tujuh

480 55 0
                                    

" MESKIPUN CERITA INI TIDAK SEBERAPA DENGAN CERITA LAINNYA YANG LEBIH FANTASTIC,  AKU HARAP TEMAN-TEMAN BISA MENINGGALKAN VOTE ATAU BAHKAN COMMENT SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN UNTUK CERITA INI.

JIKA TIDAK KEBERATAN, AKU HARAP TEMAN-TEMAN
BISA MEMFOLLOW AKUN-KU SEBAGAI BENTUK
DUKUNGAN UNTUK-KU. TERIMA KASIH.
(kamu bisa minta untuk feedback) "

Warning!
RenjunShuhua Area!

Ini adalah cerita pertama tentang Renjun dan Shuhua yang aku buat. Semoga suka dan mohon maaf atas penulisan yang kaku, tidak rapi, atau bahkan typo.

Sebisa mungkin aku melakukan yang terbaik dan tidak mengecewakan pembaca.

Happy reading...

••••


"Aku pulang..."

Renjun memasuki apartmentnya dalam keadaan letih. Wajahnya terlihat sangat kacau, belum lagi kemeja putih yang sudah keluar dari celananya, rambut yang cukup acakan, juga ransel hitam yang selalu dia bawa kerja tengah diseret hingga Renjun menjatuhkan tubuh ke sofa.

Nafasnya sedikit menipis setelah menjalani hari yang melelahkan.

Pekerjaan kantor yang tak pernah beres, juga pekerjaan rumah yang akan selalu menunggu untuk Renjun sentuh.

Dua bulan berlalu dengan menyedihkan. Renjun hidup dalam penyesalan dan juga harapan, sendiri mengurus diri yang kelelahan disaat dirinya stres terhadap kerjaan.

Meskipun jabatan yang tidak terlalu tinggi, Renjun cukup kelelahan menyiapkan sketsa bangunan yang menjadi projek ke dua nya dalam tiga bulan ini.

Arsitek adalah kerjaannya, di sebuah perusahaan sang paman yang sudah menyiapkan posisi bagus untuk si jenius Huang Renjun.

Mengusap wajah dengan kasar, Renjun bangkit dari sofa sembari membuka jas hitamnya dan dasi yang sudah tidak tertata rapi. Berjalan menuju dapur mengambil segelas air putih untuk di teguk.

Hingga sesaat kemudian ponsel yang masih bersarang di saku celana bahannya bergetar.

"Hm?"

"Kau sudah di apartemen?"

Renjun hanya bergumam menjawab. "Ok, aku dan Jaemin segera ke sana."

Tut.

Renjun mendengus karna Haechan yang telah memutuskan sambungan terlebih dahulu.

Pemuda Huang ini memejamkan mata serta menumpukan badan pada pantry, merasakan kepala yang sudah beberapa hari ini sering dilanda pusing di malam hari.

Perlahan langkahnya membawa ke dalam kamar, lanjut masuk kamar mandi berharap setelah mandi kepalanya tidak akan terlalu terasa sakit.

Baru lima menit, Renjun dapat mendengar jika bel apartment nya berbunyi. Meyakini jika itu adalah Haechan dan Jaemin, Renjun kembali bergegas menyelesaikan ritual mandinya.

Sedangkan di ruang tamu Haechan juga Jaemin menatap nanar seisi ruangan yang sangat berantakan.

Jas yang tergeletak di lantai, juga dasi, kaus kaki, dan lantai yang berdebu.

"Apa dia tidak meminta layanan pembersih apartment ini?" Tanya Jaemin tak habis pikir.

Haechan menggelengkan kepala dibuatnya, meletakkan satu kotak pizza yang dia beli ke atas pantry lalu mulai mengumpulkan sesuatu yang berserak di lantai.

[✓] When We Hurt | Renshu ft. SaeronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang