delapan

466 57 5
                                    

" MESKIPUN CERITA INI TIDAK SEBERAPA DENGAN CERITA LAINNYA YANG LEBIH FANTASTIC,  AKU HARAP TEMAN-TEMAN BISA MENINGGALKAN VOTE ATAU BAHKAN COMMENT SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN UNTUK CERITA INI.

JIKA TIDAK KEBERATAN, AKU HARAP TEMAN-TEMAN
BISA MEMFOLLOW AKUN-KU SEBAGAI BENTUK
DUKUNGAN UNTUK-KU. TERIMA KASIH.
(kamu bisa minta untuk feedback) "

Warning!
RenjunShuhua Area!

Ini adalah cerita pertama tentang Renjun dan Shuhua yang aku buat. Semoga suka dan mohon maaf atas penulisan yang kaku, tidak rapi, atau bahkan typo.

Sebisa mungkin aku melakukan yang terbaik dan tidak mengecewakan pembaca.

Happy reading...

••••


Sudah memasuki hari ke dua dimana kedua orangtua Shuhua mengunjunginya di Seoul, hari ini Shuhua berkeinginan memasak masakan rumah khas Korea untuk Mama dan Papanya.

Kaki jenjangnya melangkah secara perlahan menyusuri berbagai rak makanan di sebuah supermarket. Memasuki bahan yang diperlukan ke dalam troli belanja.

Jangan lupa jika Shuhua dalam keadaan berbadan dua, wanita ini mengambil banyak cemilan beku yang bisa dia panaskan di rumah.

Suasana hati yang sangat baik membuat troli yang di dorong Shuhua terisi penuh.

"Ugh, kaki nya sakit..." keluh Shuhua mengangkat sebelah kaki untuk dia pijit.

Meski begitu, wanita dengan dres berbahan satin putih polos ini tetap melanjutkan langkahnya hingga kini telah berada di area daging.

"Pork... or beef?"

Dengan mata yang nyalang Shuhua memilah daging yang ingin dia beli.

Lima belas menit berakhir saat dirinya memilih untuk membeli kedua jenis daging tersebut. Mengabaikan seorang pemuda yang berdiri di sebelahnya ikut memilih daging.

"Bagus yang mana? Eum..." Shuhua melotot, dia kenal suara ini. "Saeron, dia suka ini..."

Hanya melirik dengan ujung mata, Shuhua tau siapa pemuda yang berdiri tujuh langkah dari dirinya itu. Mengemat erat dompet yang dia genggam, Shuhua berdoa dalam hati agar dirinya tampak transparant untuk kali ini.

Mohon... Jangan sadar jika diriku disini,

"Ini dagingnya nyonya, terima kasih."

Shuhua tersentak, menerima bungkusan daging yang sudah dipotong oleh karyawan yang bersangkutan, membungkukan diri lalu Shuhua bergegas pergi dari area itu.

Sangat ingin merasa baik-baik saja, namun itu hanyalah hayalan. Shuhua terisak disela tangisannya, menunduk sepanjang jalan tak peduli beberapa orang yang menatap aneh padanya.

Tiba di ujung, Shuhua berhenti. Meremat rambut depannya berharap rasa sakit pada dada bisa berkurang.

"M-maaf dek... Maaf..."

"Maaf bunda gak bisa bawa kamu ke ayah."

Shuhua bergumam sembari mengusap pelan perut datarnya.

"Maksudnya kak Shuhua?"

Seakan ada petir di tengah supermarket ini, suara yang masuk ke telinga Shuhua ini memberikan efek menakutkan bagi Shuhua.

Mendapati Chenle yang memasang wajah bingung berdiri di sampingnya. Berniat ingin menepuk pundak Shuhua, Chenle menjadi mematung setelah mendengar ucapan Shuhua yang kurang dia mengerti, bahkan tangannya masih menggantung di udara.

[✓] When We Hurt | Renshu ft. SaeronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang