sepuluh

555 52 7
                                    

" MESKIPUN CERITA INI TIDAK SEBERAPA DENGAN CERITA LAINNYA YANG LEBIH FANTASTIC,  AKU HARAP TEMAN-TEMAN BISA MENINGGALKAN VOTE ATAU BAHKAN COMMENT SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN UNTUK CERITA INI.

JIKA TIDAK KEBERATAN, AKU HARAP TEMAN-TEMAN
BISA MEMFOLLOW AKUN-KU SEBAGAI BENTUK
DUKUNGAN UNTUK-KU. TERIMA KASIH.
(kamu bisa minta untuk feedback) "

Warning!
RenjunShuhua Area!

Ini adalah cerita pertama tentang Renjun dan Shuhua yang aku buat. Semoga suka dan mohon maaf atas penulisan yang kaku, tidak rapi, atau bahkan typo.

Sebisa mungkin aku melakukan yang terbaik dan tidak mengecewakan pembaca.

Happy reading...

••••

Semua orang berhak memimpikan sesuatu di masa depan. Entah itu pendidikan, pekerjaan, atau kehidupan seterusnya.

Begitu pula dengan Shuhua yang bermimpi menikah dengan sang kekasih hati dengan layak. Sebuah pesta yang megah, juga yang pastinya janji suci yang diucapkan dengan sepenuh hati.

Melayani juga menerima ucapan doa dari para tamu, mengambil beberapa foto kenangan dengan para sahabat, lalu bersantai ria dengan sang keluarga.

Setelahnya Shuhua juga bermimpi akan berbulan madu di Bali, berdua debgan sang suami tanpa ada halangan apapun. Ingin melakukan apapun juga tidak memberi tekanan batin untuk dirinya.

Namun itu semua hanya mimpi, ketika Shuhua yang selalu berdoa agar bisa menikah satu kali seumur hidup, lalu hari ini.

"Kamu yakin, sayang?"

Shuhua menoleh dengan senyum tipis, menyentuh pundak sang mama yang tampak tidak rela jika anaknya harus mengorbankan sebuah perasaan.

"Untuk yang kesekian kalinya Shuhua jawab yakin, ma." jawab Shuhua meski tidak tegas.

Mama Shuhua hanya mengangguk lalu memeluk tubuh putrinya yang sudah rapi dengan balutan dress putih berbahan satin yang sederhana.

Mengecupi kening Shuhua juga mengelus perut sang putri yang sudah membesar.

Shuhua menghela nafas, "...maaf udah ngecewain mama."

Mama semakin memeluk Shuhua, sedikit tidak rela akan kenyataan jika putrinya itu akan menikah walau tidak sesuai harapan mereka.

Hari itu Shuhua mencoba untuk bertahan, mencoba untuk egois dengan mengabaikan perasaannya yang masih melekat dengan kuat.

Dengan keegoisannya itu, maka Renjun menyerah.

Toh, pemuda Huang ini juga masih ragu pada hatinya yang masih dibawa pergi oleh Saeron meski separoh.

Papa Shuhua membawa dua wanita yang dia cintai itu untuk pulang ke Taiwan, meninggalkan segala kesalahan dan juga kenangan manis maupun pahit di kota Seoul.

Tanpa Shuhua ketahui, jika Renjun yang mulai merasa tak tenang, selalu merindukan tatapan mata teduh Shuhua bahkan disaat dulu mereka bertengkar, Shuhua masih bisa memberinya tatapan itu.

[✓] When We Hurt | Renshu ft. SaeronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang