Kini Melisya tengah duduk dikursi yang berada dibelakang sekolah. Akhir-akhir ini pikirannya sedang tidak baik-baik saja.

"Hei!" sapa seseorang yang langsung memeluk tubuh Melisya dari belakang membuat Melisya sedikit terkejut.

Melisya mendongak menatap siapa yang tiba-tiba memeluknya itu.

"Oh Alan," ternyata itu adalah Alan salah satu sahabat Melisya.

Alan segera berpindah dan duduk berdekatan dengan Melisya. Alan tidak melepaskan tangannya, ia begitu posesif dan selalu bersikap seperti ini dan itu membuat Melisya merasa sedikit risih dekat Alan.

"Lan lepas ah gak enak dilihat orang," kata Melisya sembari menarik tangan Alan dari bahunya.

"Why? gak akan ada yang liat, ini taman belakang sekolah yang jarang ada orang lewat," seru Alan.

"Udah deh Lan, gue lagi pengen sendiri," tekan Melisya yang jengah dengan sikap  sahabat nya ini.

"Oke oke fine, gue pergi dulu." lalu Alan pergi meninggalkan Melisya yang hanya diam menatap punggung Alan yang pergi menjauh.

"Gue binggung Lan, gue binggung sebenernya hati gue buat siapa?" teriak Melisya yang sangat frustasi dengan perasaan yang ia rasakan sekarang.

Disatu sisi ia mencintai Alan Revano laki-laki yang ia temui sejak ia pertama menimba ilmu di sekolah SMP Nusa indah 2, namun tak berselang lama ia harus bertemu dengan siswa pindahan yaitu Elzan Putra Bagaskara.

Elzan Putra Bagaskara, adalah laki-laki yang sempat Melisya benci diawal lelaki itu menjadi siswa baru di SMP Nusa indah 2.

Namun siapa sangka, seiring berjalannya waktu lelaki ber perawakan tinggi itu mampu mengambil hati gadis yang begitu membenci dirinya. Banyak para gadis yang menyukai Elzan yang terkenal sangat bad disekolah.

"Mel," panggil seseorang yang membuyarkan lamunan Melisya pada masa-masa itu.

"Hey Bim," balas Melisya dengan senyum dipaksakan.

"Lo ngapain disini? gak masuk kelas sama Eca?" tanya Bima Setiawan Firdaus salah satu sahabat Melisya juga.

"Gue lagi nenangin hati Bim," jawab Melisya sekilas melirik pada Bima.

"Gak usaha dipikirin, yang ada lo sendiri yang bakal tersiksa," tutur Bima.

"Hem, abisnya gue binggung banget sama hati gue Bim. Gue cape kalo harus terus-menerus berharap sama orang yang gak bisa mencintai gue dengan tulus," lirih Melisya.

"Sedangkan orang yang sayang banget sama gue selalu gue sia-siain Bim," sambung Melisya.

Bima tersenyum simpul mendengar cerita sahabatnya yang sangatlah rumit, cinta yang masih terasa kelabu dan membingungkan.

*****

Pelajaran terakhir akan segera berakhir, Melisya dan Eca segera membereskan buku dan alat tulisnya kembali.

"Pusing banget gue," gerutu Eca.

"CK, ngeluh mulu kerjaan lo Ca," timpal Melisya.

"Abisnya salah dikit aja dicoret," dumel Eca yang membuat Melisya terkekeh.

"Belagu sih pake masuk jurusan arsitektur segala," seru Melisya sembari menyenggol bahu Eca pelan.

"Melisya, Eca jangan ngobrol aja, selesaikan tugas kalian!" teriak Bu Firda, guru muda yang sangat bawel dan cerewet itu.

"Hehe ... siap Bu," cengir Eca yang hanya mendapat gelengan kepala dari Bu Firda.

Setelah selesai dengan tugas yang diberikan oleh Bu Firda tak lama bel pulang berbunyi.

Teng... Teng...

"Horee!" sorak semua penghuni kelas dari dalam hati masing-masing karna didepan mereka masih berdiri guru Firda.

"Oke anak-anak pelajaran hari ini cukup sampai sini, kita lanjutkan mingu depan." ucap Bu Firda yang hanya di iyakan saja oleh para siswa-siswi.

"Buset akhirnya gue bebas juga," Eca menghembuskan nafas lega.

"Lebay lo," cicit Elzan yang tiba-tiba sudah berada didepan meja Melisya dan Eca.

"Astagfirullah. Lo ke jelangkung datang gak di udang pulang tak diantar," dengus Eca yang hanya mendapat cengiran dari Elzan.

"Mau apa El?" tanya Melisya sembari berjalan meninggalkan ruangan kelas.

"Mau jenguk bini," jawab Elzan asal.

"Bini yang mana? Bini lo kan banyak," sindir Melisya.

"Itu pacar, bini gue cuma satu," kata Elzan, jemari tangannya sudah ia takutkan dengan jemari tangan Melisya.

Banyak para siswi-siswi yang berjerit melihat perlakuan yang Elzan lakukan pada Melisya yang membuat Melisya merasa risih jika Elzan terus memperlakukan dirinya seperti ini.

Tbc

Cinta yang membingungkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang