Mingyu mengucek matanya sementara sebelah tangan yang lain berusaha mematikan alarm. Ia bangkit dari tidurnya kemudian melirik kasur di sebelahnya.
"Jun, sahur."
"Hm, 5 menit."
"Lima menit versi lo tuh sama aja lima jam. Buru bangun."
"Semenit dah."
"Nggak ada, bangun sekarang. Jadwal kita masak buat sahur."
Jangjun mengusap ilernya kemudian melirik jam beker. Pukul setengah tiga pagi. Ia duduk di pinggiran kasur dengan mata masih tertutup.
"Tiga puluh detik lagi deh," katanya kemudian ambruk lagi ke kasur.
Mingyu berdecak kesal. Ia tarik kaki Jangjun sampai kembarannya itu jatuh ke lantai. Jangjun masih bergeming.
"Jangan ngeluh kalau badan lu sakit-sakit."
Mingyu mulai menyeret kaki Jangjun sampai ke dapur. Setelahnya, ia ambil bahan-bahan dari kulkas.
"Si Embul katanya mau ikut puasa setengah hari, masakin apa ya?" Monolog Mingyu, "halah bocah itu semua makanan doyan."
Ia mulai memotong tempe dan tahu menjadi kotak-kotak kecil. Kemudian memotong bawang putih, bawang merah dan cabai. Sesekali ia melirik Jangjun yang masih tertidur di lantai berselimutkan sarung.
"Suram amat punya kembaran kayak dia."
Bumbu ditumis hingga harum. Ia masukkan potongan tempe dan tahu itu ke dalam wajan. Ditambahkannya beberapa jumput garam, gula, dan merica. Kemudian ia tuangkan kecap ke dalam masakan itu.
Oseng tempe-tahu manis sudah matang.
Akibat bau harum itu, Hendery keluar kamarnya dengan mata setengah terbuka. Kakinya menabrak sesuatu, ia melonjak kaget.
"Allahumma laka sumtu, laa haula ini makhluk apaan, Mas?!"
Sibuk dengan telur ceplok, Mingyu menjawab tanpa menoleh, "Mas mu itu, tendang aja ke luar."
"Mas Jangjun woy bangun Mas! SAHORR!" Teriak Hendery tepat di telinga Jangjun. Tapi ia malah dibalas suara ngorok dari masnya.
"Heng, bangunin bocil. Katanya dia mau ikut puasa setengah hari."
"Si Embul? Wih mantap," katanya sambil berjalan ke kamar Haechan.
Ia menepuk-nepuk pipi tembam Haechan, "Mbul, bangun. Katanya mau ikut puasa."
"Lima menit lagi, Mas."
"Ayo, itu Mas Kimming udah masak oseng tempe manis kesukaanmu."
"Satu menit lagi deh."
"Nanti Mas Aheng seret ke dapur lho kalo nggak bangun."
"Tiga puluh detik, Mas. Ecan masih ngantuk."
Hm, ikatan adik-kakak yang sungguh kuat.
Akhirnya Hendery menggendong Haechan dan membawanya ke ruang makan. Ia dudukkan bocah itu di samping Jangjun yang melanjutkan tidurnya.
"Mas...."
Hendery dan Mingyu kompak menoleh ke sumber suara. Hendery langsung menghampiri saat tahu siapa yang memanggil.
"Alex kebangun, Mas."
"Pasti kebangun gara-gara suara teriakanmu tadi. Sekarang bangunin Bapak sana, masakannya udah mateng."
"Males, ah. Bapak lebih parah dari Jangjun sama Haechan. Aheng nggak bisa sabar ngadepinnya."
Mingyu menata lauk-lauk ke meja, "Ya udahlah hari pertama Bapak nggak sahur ya udah. Mas juga males bangunin Bapak."
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Ramadhan'21 : Kampung Duren [✓]
أدب الهواةRamadhan Series 2021 : NCT, SVT, GOLCHA, DRIPPIN Sesuai namanya, kampung ini isinya duda-duda keren. Dari bayi sampai bapak-bapak, nggak ada satupun manusia berjenis kelamin perempuan di kampung ini. Kalau ramadhan begini, biasanya kampung ini jadi...