"Papi, Njun mau bantu boleh?"
Renjun bergelayutan di kaki papinya yang sedang sibuk menabur keju di atas kastangel yang hendak di oven. Bocah cilik itu baru selesai ganti baju setelah pulang dari sekolah. Ia langsung berlari ke dapur melihat papinya tampak sibuk.
Setelah menutup oven, Winwin menggendong Renjun dan membawanya ke meja dapur.
"Njun mau bantu apa, hm?"
"Mau bantu bikin engel!"
"Engel?"
Renjun mengangguk semangat, "Iya, Engel!"
Winwin mengikuti arah pandang Renjun menuju oven, "Oh... kastangel?"
"Iya! Engel!"
"Kas... ta... ngel."
"Ka— engel."
"Kastangel, Renjun."
"Ka— engel... SUSAH, PAPI!"
Winwin tertawa terbahak-bahak melihat anaknya kesulitan mengucapkan nama kue yang hampir selalu ada saat lebaran itu. Setelah puas menguyel-uyel pipi anaknya, Winwin akhirnya mulai memasangkan apron mini pada Renjun.
"Asisten Njun siap bekelja!"
"Lessgo!!"
"Go!"
Dengan sarung tangan melekat, ia mulai menata kastangel itu ke dalam toples. Alisnya sampai menyatu karena ia terlaku fokus. Bahkan wajahnya terlaku dekat dengan toples.
"Wajah kamu jangan deket-deket ke toplesnya, Dek."
Renjun menjauhkan wajahnya. Namun, sesaat kemudian, wajahnya kembali mendekat karena tingkat fokusnya terlalu tinggi.
"Papi, udah selesai!"
Winwin memeriksa pekerjaan Renjun. Dalam jeda cukup singkat, laki-laki itu tak bisa menahan tawa karena melihat isi toples kastangel tersebut. Bukannya di tata melingkar sampai memenuhi toples, Renjun malah menyusunnya sampai tinggi ke atas. Itupun hanya ada satu tumpukan kastangel saja di tengah-tengah.
"Kalo begini, gimana cara nutupnya?"
"Tinggal ditutup," katanya sambil berdiri mencoba memasang tutup. Sejenak setelah tutup itu menyentuh tumpukan paling atas, tower kastangel itu mulai roboh, "... telnyata ndak bisa ya, Papi?"
Bukannya marah karena beberapa buah kastangelnya jatuh ke lantai, Winwin justru mengelus kepala Renjun kemudian menciumnya.
"Kalo gitu, kamu nata yang di toples kotak aja biar gampang."
"Siap, Papi!"
Renjun membantu papinya mengemas kastangel sampai jam tidur siangnya terlewat. Ketika Winwin sadar, ternyata bocah itu sudah ketiduran dikelilingi toples kastangel sambil menggigit jempol.
"Dasar," Winwin tersenyum simpul, "kebiasaan gigit jempol kamu nurun ke anak kita."
Setelah itu, Winwin membawa Renjun ke kamarnya agar bocah itu bisa tidur dengan nyenyak. Ketika ia kembali ke dapur, tidak sengaja ia melihat sebuah foto yang sengaja ia letakkan di meja ruang makan. Ia raih pigura tersebut kemudian mengusapnya pelan.
"Kalau kamu di sini, pasti aku nggak akan selesai bikin kastangel soalnya kamu abisin semua," kekehnya pelan.
=======
"Pembayarannya cash ya, Pak? Kemungkinan nanti akan diantar setelah ashar atau agak sorean dikit. Nggak papa?"
"Nggak papa, Dek. Asalkan sepedanya dateng hari ini. Anak saya pengen naik sepeda dari lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Ramadhan'21 : Kampung Duren [✓]
Fiksi PenggemarRamadhan Series 2021 : NCT, SVT, GOLCHA, DRIPPIN Sesuai namanya, kampung ini isinya duda-duda keren. Dari bayi sampai bapak-bapak, nggak ada satupun manusia berjenis kelamin perempuan di kampung ini. Kalau ramadhan begini, biasanya kampung ini jadi...