Tragedi Sandal

87 17 2
                                    

"Mas jelek ayo cepet!"

Haechan bergelantungan di kaki Mingyu. Sedangkan Mingyu hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.

"Ayo talawih, Mas!"

"Baru buka, Mbul. Sabar dikit napa."

"Sabal kok telus. Ecan capek sabal telus."

Mingyu terkekeh gemas. Ia mengacak-acak rambut adiknya sampai benar-benar berantakan. Haechan marah. Ia menggembungkan pipinya sambil menatap tajam mata Mingyu.

Aheng muncul kemudian menusuk pipi Haechan, "Meletus pipi Embul, Dor!"

Haechan berbalik kemudian menendang-nendang kaki Aheng alias Hendery dengan sepenuh tenaga. Tapi kakaknya itu malah menertawakan adiknya yang tampak susah payah mengangkat sarungnya.

"Mas, mau ke rumahnya Mark," kata Hendery pada Mingyu, "udah ditungguin trio curut."

"Siapa dah trio curut?"

"Joochan, Jibeom, sama Donghyun."

"Ngapain ngumpul di rumah Mark?"

"Biasalah," Hendery menaik-turunkan alisnya, "nyari 8 rakaat."

Kali ini Jangjun muncul membawa sepiring gorengan dengan sambal petis di mangkok kecil, "Di sini aja napa, Heng? 23 rakaat emang lama, tapi liat nih perut Mas."

Hendery melirik perut kotak-kotak milik Jangjun, "Halah, nanti pas lebaran balik bulet lagi," katanya lalu lari keluar rumah.

"Masih muat perut lo?" Tanya Mingyu.

"Niatnya sih mau nambah lagi."

"JANGAN CUEKIN ECAN!"

Duo kembar melongok ke bawah dan baru ingat kalau masih ada si kecil Haechan yang tengah uring-uringan. Haechan menatap Jangjun kemudian mulai menendangi kaki kakaknya.

Jangjun mengulurkan satu gorengan bekas gigitannya, "Mau?"

"NDAK!"

"Terus mau apa? Es lilin? Gaada, udah diborong Jungwoo."

"NDAK MAU ES LILIN!"

"Ming," panggil Jangjun, "adik lo lagi pms?"

"Ngawur, adik lo juga kali."

"AYO KE MUSHOLAAAA!!!"

"Isya masih lama, Embul!" Seru si kembar bebarengan.

Kalau dalam komik, bisa dilihat kini tampak asap mengepul keluar dari kedua telinga Haechan. Bocah itu marah bukan main.

Dari arah pintu, datanglah seorang bocah dengan peci kegedean dan baju kokonya yang masih bersih nan cemerlang.

"Ecan! Yuk belangkat sekalang!"

Wajah Haechan berubah cerah. Ia membenahi pecinya kemudian lari ke arah pintu sambil mengangkat sarung layaknya Cinderella.

"Bapak! Dedek! Ecan belangkat ke mushola dulu ya? Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumussalam! Ati-ati jalannya di pinggir. Kalo mau nyebrang tengok kanan-kiri dulu."

"IYA, BAPAK CELEWET!"

Alex berlari kecil menyusul kakaknya, lalu ia berkata sambil melambaikan tangan, "Aci-aci~ akak~" (hati-hati, kakak)

Johnny buru-buru keluar dari ruang keluarga, "NANTI KALO WUDHU, AIRNYA JANGAN DIMINUM!"

"SIAP!"

Sementara mereka heboh ketika Haechan hendak berangkat lebih dulu, duo kembar malah memasang wajah keheranan.

[3] Ramadhan'21 : Kampung Duren [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang