Bacalah cerita ini ditempat yang sunyi , gelap dan tak ada penerangan sedikit pun. Percayalah, akan ada seseorang yang akan menemanimu. Yaitu teman tak kasat mata Trisya.
_________________________
3. DUA GADIS SARANJANASMA Cendana Putih, memang memiliki berbagai isu yang sudah lama tersebar luas di Kalimantan Selatan. Selain harum akan prestasinya, Cendana Putih juga memiliki cerita mistis yang setiap orang mendengarnya, akan merasakan buluk kuduknya merinding.
Seperti Trisya, gadis itu sudah merasakan kehadiran makhluk yang tidak biasa. Namun ia tidak menghiraukannya, dan tidak ingin ikut andil dalam masalah ini. Sebenarnya ia hanya ingin tenang dan tidak selalu mengakitkan segalanya ke dalam hal mistis.
Meskipun hal ghaib adalah makanan seharinya, Trisya juga memiliki sisi takut untuk menghadapi semuanya.
Hujan telah turun dengan lebat, Trisya harus berteduh sampai hujan berhenti. Ruhi sudah pulang sejak tadi. Dan sekarang hanya dirinya, yang masih menunggu di depan kelas X IV. Perasaan mulai aneh. Pasti makhluk halus sedang berada di dekatnya.
Trisya? Hi, lo belum pulang?
Trisya masih diam, ia tidak ingin merespons apalagi sampai berbicara dengan makhluk halus itu.
Idih, pura-pura enggak denger lagi!
Dengan sekejap mata, makhluk halus itu pergi. Trisya merasa lega. Untuk saat ini ia tidak ingin diganggu dulu.
Netranya melihat dua gadis yang sedang berjalan menuju belakang sekolah. Trisya menyipitkan matanya, untuk melihat siapa dua gadis itu. Karena merasa penasaran, akhirnya ia membuntuti dari belakang.
“Mereka siapa, ya? Kok baru lihat?” ucap Trisya. Perlahan ia menyusuri setiap lorong. Padahal ia sangat menghindari semua itu. Semua pasang mata sedang menatapnya. Sebisa mungkin Trisya diam dan berusaha fokus.
Langkahnya terhenti, setelah melihat satu makhluk yang membuatnya takut. Trisya mencoba menetralkan deru napasnya. Setelah makhluk itu pergi, ia kembali melanjutkan membuntuti dua gadis itu.
“Ini udah mau sore, lho?! Mereka mau ke mana sih?” Trisya mulai merasakan keanehan. Aura yang begitu membuatnya panas. Bentrokkan antara energi makhluk halus mulai ia rasakan.
Trisya membulatkan matanya. Setelah melihat hanya ada satu gadis yang sedang berdiri. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari ke mana perginya gadis yang satunya.
“Tunggu, satu lagi ke mana ya? Kok tinggal satu?” ucapnya bingung.
“Apanya tinggal satu?” Trisya terkejut, mendengar suara yang berada di belakangnya. Jantungnya berdegup kencang. Ia takut untuk membalikkan badannya.
Trisya memejamkan matanya. Setelah itu membukanya perlahan. Netranya langsung menangkap dua gadis yang telah ia ikuti berada di hadapannya. Trisya terkujur kaku. Langkahnya telah mereka ketahui.
“Kamu siapa?” tanya salah gadis itu. Trisya meneguk salivanya. Apa yang harus ia katakan.
“Kamu dari tadi ikutin kita ya?” Kini gadis yang berada di sebelah kanan yang berkata.
Trisya! Trisya! Trisya!
Terdengar suara yang membuat Trisya terdiam. Matanya tertuju pada satu titik. Ia mengacuhkan pertanyaan dua gadis tadi. Kemudian berjalan ke titik yang ia lihat.
Dua gadis itu mulai panik. Dan segera menghentikan langkah Trisya. Mereka berdua langsung berlari dan mencegah Trisya untuk mendekat.
“Jangan!” cegah mereka. Trisya mencari sesuatu yang telah ia lihat tadi. Namun apa yang telah ia lihat hilang begitu saja.
Trisya kecil, ayo kemari sayang...
Kita bermain seperti dahulu
Bersenang-senang dalam setiap kebahagiaan.Trisya mendengar nyanyian yang membuatnya sangat takut sekali. Lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
“Kalian dengar nyanyian enggak?” tanya Trisya. Mereka mengangguk. Lho? Kenapa mereka mendengarnya, Ruhi yang berada di dekat Trisya saja tidak pernah mendengarnya.
Kau lari dan terjatuh
Menangis karena merasa sakit
Lalu berdiri dan tersenyum kembali.Keringat mulai membasahi sekujur tubuhnya. Dua gadis itu menyadari akan bahaya yang akan menimpa Trisya. Mereka pun langsung membawa Trisya menjauh dari tempat itu.
***
Trisya masih menatap dua gadis yang telah menyelamatkannya. Ada suatu keanehan yang terdapat pada dua gadis itu. Trisya menilik satu persatu wajah mereka. Setelah itu baru menyadari semuanya.
“Kalian sekolah di sini?” tanya Trisya tanpa ragu. Ia hanya ingin memastikan saja.
“Iya,” jawab mereka singkat.
“Kamu ngapain ikutin kita?” ucap gadis berambut pirang. Trisya tersenyum cengengesan. Apakah ia harus jujur saja?
“Kalian ngapain ke belakang sekolah?” tanya Trisya lagi. Rasa penasaran mulai menyelimuti dirinya. Dua gadis itu menatap satu sama lain. Hampir saja mereka ketahuan. Dan untungnya Trisya bisa ketahuan oleh mereka.
“Enggak apa-apa, kok!” jawab gadis dengan surai rambut panjang.
Trisya menatap tajam mereka berdua. Ada yang tidak beres pikirnya. Ada sesuatu yang mereka tutupi darinya. Trisya tak akan mudah menyerah. Mereka harus menjelaskannya.
“Kok, setelah aku lihat-lihat, kalian enggak punya garis dua di bawah hidung kalian? Entah apa itu namanya!” ucap Trisya. Dua gadis itu mulai panik. Identitas mereka akan segera terbongkar.
“Ok, aku Arin,” ucap gadis berambut pirang.
“Dan aku Lisa,” ucap gadis beramput panjang.
Trisya menjulurkan tangannya. Lalu menyebutkan namanya. “Trisya,” ucapnya.
Dengan terpaksa, mereka berdua harus menjelaskan semuanya kepada Trisya. Mereka adalah gadis Saranjana yang bersekolah di dunia manusia. Trisya sempat tidak percaya, dan menyangkal semuanya. Mereka berdua memiliki maksud tersendiri bersekolah di dunia manusia. Namun Trisya tak perlu tahu apa tujuan mereka.
“Tunggu! Saranjana? Aku pernah mendengar nama Kota itu,” ucap Trisya, lalu ia mengingat sesuatu. “Ah, aku pernah pergi ke sana!” tegas Trisya.
Arin dan Lisa membulatkan matanya sempurna. Bagaimana bisa Trisya masuk ke dimensi mereka?
- Bersambung -
______________________________________
Bogor, 15 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
SARANJANA ✓
Mystery / Thriller[FOLLOW SEBELUM BACA] Trisya tak pernah bisa membayangkan semuanya. Menjadi seorang keturunan Saranjana, bukanlah berita yang begitu bahagia baginya. Menjadi seorang indigo saja banyak rintangannya, apalagi menjadi bagian dari hidup mereka. Perjala...