9. MIMPI YANG NYATA?

320 17 0
                                    

Bacalah cerita ini ditempat yang sunyi, gelap dan tak ada penerangan sedikit pun. Percayalah, akan ada seseorang yang akan menemanimu. Yaitu teman tak kasat mata Trisya.

9. MIMPI YANG NYATA?
_____________________________________

Perasaan Trisya masih sangat gelisah. Apalagi, Jamal masih tertinggal di Kota Saranjana. Apakah ia baik-baik saja?

Sampai malam tiba pun, Trisya masih memikirkan orang yang belum tentu memikirkan dirinya. Malam ini begitu membuat dirinya terdiam. Kala bayangan akan kejadian yang telah menimpanya kembali terngiang-ngiang di kepalanya.

Aura negatif mulai Trisya rasakan. Hanya saja, kali ini ia tidak melihat sosok apa pun di kamarnya. Namun, ia dapat merasakan kehadiran makhluk yang sangat tidak biasa.

Tidak mau terlarut dalam pikiran yang dapat mengundang banyak aura negatif, Trisya mulai merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hanya ingin mencoba memulihkan kembali tubuhnya yang begitu lelah.

Perlahan, ia mulai masuk ke dalam dunia mimpinya. Sangat cepat sekali untuk Trisya tidur. Biasanya ia akan memakan waktu yang sangat lama untuk memejamkan matanya. Karena kalian tahu sendirilah, banyak gangguan yang harus ia hadapi.

“Siapa kamu?” tanya Trisya dengan berani. Setelah melihat bayangan hitam besar yang membawanya ke suatu tempat.

Namun, tidak ada respon apa pun. Makhluk itu hilang. Trisya tidak tahu dirinya ada di mana. Tapi, ia mengenali tempat yang baru saja ia jejaki. Kota Saranjana? Ya, ia kembali dengan begitu cara yang tidak lain.

Disepanjang gerbang masuk, ia disambut meriah oleh penghuni Saranjana. Tentunya dengan begitu antusiasme. Kenapa demikian? Apakah ada hal yang Trisya tidak ketahui?

Semua orang tersenyum, menatap Trisya bahagia. Bersorak-sorai, seperti orang hilang saja dirinya itu. Trisya hanya bisa memasang wajah palsunya. Ia sangat tidak mengerti, kenapa ia dengan mudah bisa masuk kembali ke Kota ghaib ini?

“Benar-benar membingungkan?! Kenapa aku bisa ada di sini lagi?” tanya Trisya kepada dirinya sendiri.

“Aku tidak nyaman berada di sini. Bagaimana aku kembali lagi ya?”

Netra Trisya, melihat Jamal yang tengah tersenyum kepadanya. Penampilannya tampak berubah, dengan Jamal yang ia temui sebelumnya. Trisya mulai curiga, apa mungkin Jamal sudah menjadi orang Saranjana? Pikiran kotor, dan segala yang menyangkut keselamatan Jamal Trisya pikirkan. Bagaimana pun caranya, Jamal harus segera kembali bersamanya.

“Jamal? Kamu ngapain?” tanya Trisya kepada Jamal. Namun sayang, Jamal tidak menjawab pertanyaannya, dan perlahan pergi menjauh.

Seorang laki-laki yang tidak asing lagi di matanya. Kini tengah menghampiri untuk menjemputnya. Trisya mulai bingung, kenapa orang Saranjana begitu berlebihan menyambutnya? Ia hanya remaja biasa saja.

“Enggak enak hati nih! Kenapa di setiap mimpi, atau nyata, pasti dia muncul!” gumamnya pelan.

Pria tadi mengelus lembut rambut Trisya. Belaiannya begitu membuat Trisya nyaman. Seperti Ayah kandung yang baru ia temui setelah sekian lama.

“Selamat datang kembali ... Trisya,” sambut laki-laki itu dengan ramah.

“Terima kasih,” ucap Trisya tidak kalah ramah.

Hatinya mulai berubah, perasaan begitu aneh. Kenapa ia jadi salah tingkah? Trisya akui, laki-laki yang sedang berada di depannya ini memang sangat Tampan. Wajar saja jika ia gugup berada di dekatnya.

Laki-laki itu mencekal tangan Trisya, setelah itu membawanya menuju sebuah tempat. Trisya tidak dapat mencegah laki-laki itu. Justru ia begitu menikmati perhatiannya. Tidak aneh, jika Trisya nyaman bersamanya.

Trisya teringat kembali dengan Jamal. Di mana laki-laki itu? Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, harap-harap Jamal memunculkan diri kepadanya. Namun tidak, sepertinya, Jamal memang sudah terikat dengan perbuatannya sendiri.

“Trisya, apa kamu tahu?” ucap laki-laki itu, mencairkan suasana. Trisya hanya tersenyum sebagai pertanda, kalau ia menanggapinya. “Kamu itu sangat cantik,” pujinya.

Trisya hanya biasa saja, ia sudah bosan mendengar kalimat itu dari orang-orang. Menurutnya, itu sangat tidak enak ia dengar. Semua perempuan itu cantik. Tidak ada perempuan yang tidak cantik di dunia ini.

“Semua perempuan Cantik!” tegas Trisya.

“Apa kamu merasakan sesuatu, setelah bersama saya?” tanya laki-laki itu, dengan harapan dan jawaban yang memuaskan dari Trisya.

“Em, jujur saja. Ketika melihat Anda. Saya begitu nyaman dan tidak ingin pergi dari sisi Anda,” jelas Trisya. Kemudian, laki-laki itu menitikan air matanya. Trisya yang melihatnya sungguh tidak tahu alasannya. “Kenapa menangis?” tanya Trisya. Sungguh aneh menurutnya.

Reflek, laki-laki itu langsung menyeka air matanya. Kemudian membenarkan posisinya.

“Tidak apa-apa. Bolehkah saya memeluk kamu?” pintanya. Lalu Trisya mengangguk. Entah kenapa, ia seakan tidak ingin menolak permintaan laki-laki itu. Yang jelas-jelas ia tidak tahu asal usul dan namanya pun.

Pelukannya sangat hangat, Trisya menikmati dan merasakan kasih sayang yang selama ini kurang dari Ayahnya. Justru, laki-laki ini yang memberikan apa yang Trisya inginkan sejak dulu.

“Terima kasih, Nak!” ucap laki-laki itu. Sepertinya ia sudah lebih tenang dari sebelumnya.

“S-sama-sama,” ucap Trisya.

Laki-laki itu kembali tersenyum kepada Trisya. Dan Trisya membalasnya senyumnya itu.

“Tolong! Tolong! Tolong!”

Suara teriakan minta tolong. Trisya yang mendengarnya, langsung mencari asal suara suara. Dan ternyata, suara itu berasal dari orang yang sedang ia cemaskan. Ya, siapa lagi kalau bukan Jamal. Saat ini ia sedang dalam masalah besar, Trisya harus segera menolongnya.

Trisya mengerjap. Ia mendapati Ibunya yang tengah berdiri di sampingnya. Ia mengerdarkan pandangan ke sekitar. Ia sudah berada di dalam kamarnya. Apa yang tadi ia rasakan apakah hanyalah mimpi?

Bersambung

Bogor, 11 Agustus 2021

SARANJANA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang