egois...

197 26 2
                                    

"Ya boleh. Kamu boleh kapan pun menginap di rumah kami". Kata Rayana malah menyetujui keinginan Rain. Nenek yang mendengar itu memberikan Raut wajah marah kepada Rayana karena tidak mengikuti apa katanya.

Rain seneng banget saat karena di perbolehkan untuk menginap di rumah Aidan lagi. Itu membuat Rain ingin cepat cepat pulih agar bisa menginap di rumah Aidan.

Nenek keluar dari kamar rawat Aidan di susul oleh Rayana yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepada nenek tentang Rain. Rayana melihat nenek duduk di kursi depan ruang rawat Aidan dan menghampirinya.

"Nenek". Panggil Rayana.

Nenek melihat Rayana dengan tatapan marah karena Rayana terlalu egois saat mengizinkan Rain untuk menginap di rumahnya setelah sembuh.

"Aku tau. Aku egois, tapi coba nenek di posisi aku. Apa nenek akan bisa menahan rindu kepada anak nenek yang sudah menghilang selama belasan tahun?". Tanya Rayana.

Nenek hanya bisa menghela nafasnya mendengar perkataan Rayana.

"Kamu tau... Saat kamu melakukan itu kamu merasa bahagia tapi apa kamu tau orang tua dan keluarga Zonan akan sedih mendengarnya". Kata Nenek.

Mereka memang berada di posisi serba salah karena di satu sisi Rayana hanya ingin bersama dengan Rain anak kandungnya, tapi di satu sisi Rayana memang seperti perlahan menjauhkan Rain dari keluarga yang selama ini merawatnya.

"Nenek tau. Elina dan Rizal memperlakukan Rain dengan tidak adil selama ini, tapi nenek hanya ingin menjaga hati Rain agar tidak terluka lagi. Nenek tidak mau Rain pada akhirnya akan tersakiti lagi, cukup dia tersakiti oleh orang tua angkatnya, tapi jangan tambah lagi dengan kenyataan dari orang tua kandungnya. Biarkan Rain perlahan pulih dan semakin dewasa untuk menerima segalanya". Kata nenek.

Rayana merenungkan apa yang di katakan nenek. Semua yang di katakan nenek memang benar kalau Rain sudah memiliki luka dan belum sembuh jika keluarganya menambahkan luka lagi maka mungkin sulit untuk mengobatinya.

"Biarkan keluargaku dekat dengan Rain seperti biasanya. Aku dan keluarga akan mulai mencoba masuk ke dalam kehidupan Rain agar Rain coba untuk belajar menerima kenyataan perlahan". Kata Rayana.

Nenek mengangguk dan meninggalkan Rayana pergi ke toilet.
Tanpa mereka sadari Elina mendengar percakapan mereka tadi dan merasa bahwa semua yang terjadi pada Rain adalah kesalahannya akibat dari ketidakadilan dia dan suaminya dalam merawat Rain. Elina datang menghampiri Rayana.

"Hai". Sapa Elina sambil duduk di samping Rayana.

Rayana melihat dan tersenyum kepada Elina sebagai balasan sapaan Elinaa tadi.

"Emmm...". Elina bergumam membuat Rayana melihat kearahnya.

"Aku... ". Elina ingin mengatakan sesuatu tapi rasanya tidak bisa.

"Ada yang ingin kamu katakan?". Tanya Rayana.

Elina mengambil nafas panjang dan bersiap untuk mengatakan sesuatu kepada Rayana.

"Aku dan suamiku minta maaf atas semua sikap tidak adil yang di terima Rain selama ini". Kata Elina merasa sangat bersalah.

Rayana hanya tersenyum saat mendengar perkataan Elina.

"Kamu dan suamimu memang salah tidak memperlakukan Rain dengan adil, tapi aku dan suamiku lebih bersalah, mungkin Rain tidak akan pernah memaafkan kami dan tidak menganggap kami sebagai orang tua kandungnya". Kata Rayana sambil tersenyum miris.

Mereka berdua sama sama tersenyum miris dengan apa yang mereka lakukan kepada Rain selama ini.

"Aku ingin memberitahu bahwa aku dan suamiku mengadopsi Rain untuk mendapatkan seorang anak. Setelah Zain lahir kami melupakan Rain. Selama ini Rain lebih banyak di urus oleh orang tua suamiku. Rain tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus selayaknya orang tua kepada anaknya. Selama ini juga Rain tidak tau kalau dia adalah anak adopsi dan bukan anak kandung kami". Kata Elina memberitahu semuanya yang dilakukan dia dan suaminya selama ini kepada Rain.

"Aku orang tua yang tidak bertanggung jawab dengan menitipkan anaknya ke panti asuhan dan melupakannya". Kata Rayana merasa kalau dia yang paling membuat Rain menderita.

"Aku akan berusaha mendekatkan kalian, agar Rain mendapatkan kasih sayang orang tua yang tidak dapat kami berikan selama ini". Kata Elina mencoba untuk mengiklankan dan menebus semua kesalahannya.

"Terima kasih, tapi aku masih memikirkan cara memberitahu Rain yang sebenarnya dan apakah dia akan menerima semua kenyataan ini". Kata Rayana masih memikirkan cara agar semua kebenaran ini tidak membuat Rain sakit hati.

Elina juga bingung harus bagaimana, tapi tidak mereka saja semuanya juga bingung bagaimana cara agar Rain menerima semua kebenaran ini.

1 jam di dalam ruang rawat Aidan, akhirnya Rain harus kembali ke ruang rawatnya untuk beristirahat. Rain sedang di temani oleh nenek dan kakeknya di ruang rawat. Sementara yang lain pergi ke kantin.

"Nenek. Kapan aku bisa pulang ke rumah?". Tanya Rain yang mulai merindukan rumahnya.

"Kamu baru saja siuman udah tanya kapan pulang. Setelah kamu sudah sehat betul baru pulang". Kata nenek.

"Nenek dan kakek malam ini temani aku di rumah sakit ya. Mama sama papa pasti pulang ke rumah nemenin Zain". Kata Rain.

Elina datang membawa makanan untuk mertuanya dan Rain. Saat sudah sampai di depan pintu ruang rawat Rain Elina berniat masuk dan pintu sudah terbuka sedikit, dia bisa mendengar apa yang di bicarakan Rain dan mertuanya. Mendengar Rain berkata seakan suaminya dan dirinya masih belum berubah, masih tidak akan memperdulikan Rain. Elina tidak mau Rain terus berpikiran seperti itu terhadap dirinya dan suaminya langsung masuk ke dalam ruang rawat Rain.

"Biarkan mama dan papa yang temani kamu di rumah sakit ya. Nenek dan kakek butuh istirahat pasti mereka lelah dengan semua kejadian hari ini". Kata Elina setulus hati ingin menemani Rain di rumah sakit.

Rain terdiam dan menatap mamanya, lalu menatap nenek dan kakek. Sebenarnya Rain masih takut kalau nanti di tinggal begitu saja oleh mama dan papanya saat tiba tiba Zain menelpon. Rain takut sendirian di rumah sakit, akhirnya memilih untuk nenek dan kakeknya saja yang menemani dia di rumah sakit

"Nenek dan kakek mau kan temenin Rain di sini?". Tanya Rain ke nenek dan kakek.

Nenek dan kakek menatap menantunya yang sedih, tapi mereka juga masih tidak yakin membiarkan mereka menemani Rain, mereka masih ragu meninggalkan Rain dengan menantu dan anaknya.

"Ya. Nenek dan kakek yang akan menemani kamu di sini ya". Kata kakek sambil mengusap kepala Rain.

Elina yang mendengar itu merasa sesak di dadanya karena anaknya masih beranggapan bahwa dia dan suaminya belum berubah. Elina tersenyum dan duduk di samping Rain, mencoba mengajak Rain ngobrol agar Rain tidak bosan.

Zain dan Rizal masuk membawa beberapa cemilan untuk di makan bersama sama.

Malam tiba...

"Ayah dan ibu pulang saja bersama Zain biar aku dan Elina yang menemani Rain di rumah sakit". Kata Rizal ke ayah dan ibunya.

"Ayah dan ibu yang akan menemani Rain di rumah sakit. Kalian pulang saja". Kata Kakek.

"Rain ingin di temani nenek dan kakek saja. Mama dan papa temani Zain di rumah". Kata Rain.

Rizal menatap Elina istrinya. Elina memberikan anggukan kalau dia menyetujui keinginan Rain untuk di temani mertuanya.

Akhirnya Rizal, Elina dan Zain berpamitan pulang.

Di dalam mobil.
Suasana hening, sementara Zain sudah tertidur di kursi penumpang. Rizal sesekali melirik ke arah Elina yang murung sambil melihat ke luar jendela mobil.

"Kamu kecewa karena Rain lebih memilih di temani orang tuaku?". Tanya Rizal.

Elina menggelengkan kepalannya.
"Dia masih tidak nyaman bersama dengan kita, mungkin dia masih merasa kita belum berubah". Kata Elina.

Rizal memang merasakan hal yang sama dan mengingat sikap mereka kepada Rain dulu memang tidak akan langsung membuat Rain nyaman dan percaya mereka sudah berubah.

Next...

Haiii guys...
Maaf ya kalau cerita ini updatenya lama. Semoga kalian bisa mengerti dan selalu setia menunggu cerita ini update.

Jangan lupa
Vote
Komen
Follow akun aku...

Biar aku semangat bikin cerita selanjutnya...

ONLY HOPE  (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang