Prolog

1.1K 41 0
                                    

Disebuah desa kecil dibagian utara. Desa kecil yang sangat miskin. Semakin hari semakin marak penculikan gadis remaja. Yang kononnya akan dijual ketempat pelacuran atau dijual menjadi budak orang kaya. Desa kecil miskin yang terpencil membuat mereka tidak berdaya. Pemerintah daerah seakan tidak perduli dengan kasus penculikan yang semakin bertambah setiap harinya.

Setiap keluarga menjadi sangat ketakutan dan mengurung putri mereka didalam rumah. Tapi para penculik seakan tahu setiap penduduk didesa kecil tersebut.

Malam itu semua sedang tertidur. Dengan hanya diterangi oleh cahaya lilin kecil. Menjadi saksi bagaimana para penculik kembali datang mengambil permata dikeluarga malang itu. Mereka selalu datang berdua. Si tinggi dan si pirang.

" Tolong jangan bawa putriku. " Suara permohonan yang terdengar pilu itu terus memohon para si pirang.

" Ibuuu... Lepaskan aku. Lepas! " Gadis muda itu memberontak dan terus berteriak. Si tinggi memegangnya dengan kuat.

" Tuan tolong jangan ambil anakku. Aku mohon tuan. " Dia berlutut memohon para penculik itu berbaik hati.

Tapi yang dilakukan penculik itu hanya mengeluarkan uang dan melemparkannya kehadapan wanita yang masih berlutut memohon itu.

Desa kecil yang miskin ini hanya mengandalkan hasil tumbuhan untik bertahan hidup. Tempat tinggal mereka hanya gubuk kecil yang dibangun seadanya.

" Ambil uang itu dan tutup mulut sialanmu itu. " Teriak penculik itu. Wajahnya tertutup oleh kain sehingga tidak ada yang bisa mengenalinya.

" Ibuuu... Tolong aku. " Teriak gadis itu dan menangis. Dengan sekuat tenaga dia memberontak dan berhasil terlepas dari penculik itu.

Dia berlari sekencang mungkin. Tapi karena gelap malam dia terjatuh karena kakinya tersangkut akar pohon.

Suara langkah kaki mendekatinya terdengar. Ibunya masih terus memohon pada penculik itu. Tapi mereka semua hanya manusia tanpa hati yang akan melakukan apapun untuk mendapatkan uang banyak.

Tidak ada yang berani keluar untuk menolong. Karena kebanyakan penduduk disini adalah perempuan. Sedang para lelaki keluar untuk mencari nafkah dan hanya akan kembali diakhir pekan.

" Dasar jalang merepotkan. " Penculik itu menarik rambutnya dan menyeretnya. Dia menangis kencang. Begitupun dengan ibunya.

Malam itu adalah malam yang mencekam. Suara tangisan dan juga terdengar jelas. Tapi mereka tidak berdaya.

Saat penculik itu tidak memperhatikan, ibunya mengambil kayu besar dan memukul penculik itu tepat dikepalanya. Penculik itu kaget dan melepaskan putrinya.

" Lari Sunny. Lariiii... " Teriak ibunya kencang. Masih memukul penculik itu.

Sunny berlari sekencang mungkin. Luka dikakinya seakan tidak dihiraukan lagi. Tapi dia berhenti seketika ketika mendengar suara senjata api.

Air matanya mengalir lebih deras. Dia terdiam tanpa bisa melakukan apapun. Kepalanya berputar. Jantungnya seakan berhenti berdetak

Ibu

" Ibu.. " Teriaknya kencang.
Dia berlari kencang kembali ketempat ibunya.

Ibunya tergelatak ditanah dengan darah yang mengalir deras diperutnya. Air mata ibunya mengalir sebelum ia menutup matanya untuk selamanya.

Saat dia akan mendekati ibunya. Penculik itu mendekat dan membekap mulut dan hidung dengan kain yang sudah diberikan obat bius.

Dia memberontak tapi dia kalah. Perlahan penglihatannya mulai kabur. Badannya mulai tak bertenaga. Air matanya terus mengalir. Kenapa hidup ini begitu tidak adil pada mereka. Apa salah mereka?

Sebelum matanya terpejam sempurna dia melihat penculik itu mengangkat tubuh ibunya. Setelah itu semuanya gelap.

Akankah cahaya datang menerangi hidupnya? Atau dia akan terus berada didalam kegelapan ini.

About ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang