- Sunny POV
Kenapa bumi terus bergoyang? Apa yang terjadi. Aku bermimpi buruk. Sangat buruk. Aku ingin segera bangun dari mimpi buruk itu.
Aku mencoba membuka mataku. Gelap. Tapi masih ada cahaya yang masuk dari cela kayu. Dimana aku? Aku memperhatikan sekitarku. Ternyata ini didalam kapal. Tidak hanya aku disini. Ada beberapa gadis yang juga diikat sepertiku. Mereka menatapku senduh. Mereka adalah korban sama seperti diriku. Mulut kami semua dilakban sehingga kami tidak bisa bersuara sama sekali.
Kemana para penculik itu akan membawa kami?
Aku kembali menangis teringat ibuku. Apa mereka akan mengobati ibuku? Apa ibuku masih hidup?
Suara pintu dibuka terdengar keras karena dibanting. Suara langkah kaki terdengar mendekati kami. Semua langsung panik dan sebisa mungkin menyembunyikan diri mereka dikegelapan. Aku menatap para penculik dengan berani. Ingin mengingat wajah pembunuh ibuku. Aku berjanji suatu saat akan membalas semua perbuatan mereka dengan tanganku sendiri.
Kali ini ada 3 pria. Tapi hanya ada sitinggi dan 2 pria lain yang baru aku lihat. 2 pria ini terlihat sangat mirip. Hanya saja warna matanya berbeda. Biru dan hijau.
" Saatnya makan " Teriak si mata biru.
Dia melemparkan beberapa piring plastik kelantai lalu mengisinya dengan sembarangan sehingga isinya berhamburan kemana-mana." Jangan menatapku terus jika kau masih sayang dengan matamu " Si tinggi menghampiriku. Dia akhirnya terganggu karena aku terus menatapnya.
Ketika dekat dia menarik lakban dimulutku dengan keras. Rasanya sangat perih. Air mataku berlomba ingin keluar. Dengan sekuat hati aku menahannya. Aku tidak akan menangis didepan para brengsek ini.
Dengan berani aku meludahi wajah si tinggi yang masih berjongkok didepanku.
" BITCH! " Teriaknya lalu tak lama kemudian aku merasa panas luar biasa dipipi sebelah kiriku. Kepalaku terlempar kearah kanan. Aku bahkan merasakan cairan asin disudut mulutku. Kepalaku mulai terasa berputar. Aku menutup mataku mengatasi pusing dikepalaku.
" Biarkan dia makan seperti binatang. Jangan lepaskan tangannya. " Teriak si tinggi dengan emosi.
Ketika aku membuka mataku. Aku melihat gadis yang lain sudah dilepaskan ikatan tangan mereka. Diganti kaki mereka yang diikat. Mereka makan dengan diam. Mata mereka sesekali menatap kasihan padaku.
" Makan makanan kalian. " Bentak si mata Hijau.
Sebuah piring ditendang kearahku. Isinya berhamburan. Aku menatap mereka emosi. Aku ingin membunuh mereka semua.
Si tinggi menghampiriku. Tangannya mencengkram leher bagian belakangku dan memaksaku makan dilantai itu. Aku memberontak. Wajahku terkena makanan dipiring itu. Menjijikkan.
Mereka semua tertawa bahagia diatas
Penderitaanku." Aku akan membunuh kalian semua dengan tanganku sendiri. " Teriakku keras.
Lalu aku merasakan diriku basah semua. Airnya sangat dingin. Dan ternyata si mata biru pelakunya.
" Kau terlihat sangat kotor jadi aku membersihkanmu. " Ucapnya geli.
Mereka bertiga tertawa kencang.
Tak lama si pirang muncul. Dia hanya menyeringai dan memakan makanannya.
Aku kedinginan dan sedang berusaha menahannya. Tapi baju basahku sangat tidak membantu. Aku melirik gadis lainnya. Tangan mereka sudah ikat kembali. Tapi mulut mereka tidak dilakban. Lagi-lagi mereka menatapku kasihan.
Aku mencoba menutup mataku. Semoga aku tertidur dan ketika bangun bajuku sudah kering. Lalu aku merasakan sebuah kain menutupku. Aku membuka mata dan ternyata si pirang.
" Kami sudah bayar mahal untukmu. Kau tidak akan berguna jika mati. " Ucapnya sebelum pergi.
Airmataku mengalir ketika mereka meninggalkanku sendiri. Sudut bibirku perih dan perutku sangat lapar.
Aku menangis sampai tertidur. Ketika terbangun sudah gelap. Tidak ada cahaya dari cela kayu lagi. Hanya ada cahaya obor kecil disudut. Apa sudah malam? Harus berapa lama kami disini?
Gadis yang lain sudah tertidur semua. Mulut mereka sudah dilakban kembali. Tapi mereka tidak melakban mulutku. Aku melihat kearah pintu. Kemana pintu ini akan membawa kami?
Saat aku menunduk aku melihat sepiring makan utuh. Dengan cepat aku memakan makanan dipiring itu. Walau rasanya sangat menyedihkan. Tapi aku memaksa semua makanan itu masuk kedalam perutku. Aku harus kuat untuk bertahan.
Tak lama aku mendengar suara berisik diluar. Banyak orang yang berteriak. Tapi aku tidak mengerti bahasa mereka. Apa kami sudah sampai?
Pintu terbuka dan ke empat penculik itu masuk kedalam. Semua menatapku sinis kecuali si Pirang. Dan aku tahu kalau dialah yang menyediakan makananku.
" Bangun semuanya. Kita sudah sampai. " Teriak Si tinggi.
Para gadis tersentak bangun.
Mereka menyeret gadis-gadis itu keluar. Totalnya ada 6 gadis. 7 jika bersamaku.
Mereka menyisahkanku terakhir.
Tak lama Si mata biru datang dan menyeretku. Aku melihat gadis tadi yang bersamanya sudah berbaris rapi dan aku dibarisan terakhir. Beberapa orang dengan pakaian mewah berdiri disana seolah menilai kami semua.
Apa mereka pembeli kami?Si tinggi terlihat sedang menawarkan kami kepada mereka. Satu persatu gadis dibawa pergi oleh pria berpakaian mewah itu. Sisa aku dan 1 gadis yang masih sangat muda. Kurasa dia baru 13 tahun. Wajar tidak ada yang mau memilihnya.
Lalu seorang wanita dengan cat kuku merah panjang mendekatiku. Wajahnya meremehkanku.
" Jadi ini sisanya? " Tanyanya pada Si tinggi.
Si tinggi mendekat dan dengan tidak tahu malunya meremas bokong wanita cat kuku merah ini. Sedangkan dia hanya tersenyum menggoda. Dasar murahan.
" Aku selalu menyisakan yang terbaik untukmu sayangku. " Ucapnya didepan wajah wanita itu. Tangannya mulai berani masuk kedalam rok pendek wanita itu.
" Baiklah. Antar mereka ketempatku. " Ucap wanita itu kemudian berjalan pergi dengan menggoyang bokongnya sensual.
Lalu aku dan gadis muda itu diseret masuk kesebuah mobil van. Kepala kami ditutup dengan kain hitam. Entah apa yang sedang menunggu kami setelah kami keluar dari pintu mobil ini. Apapun itu aku hanya ingin membalaskan dendam ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
About ME!
Fiksi UmumAku yang diculik dan akan dijual ke tempat pelacuran. Aku tidak berdaya. Hingga suatu ketika aku menemukan cela untuk pergi dari neraka ini. Tapi ternyata lari dari sarang singa aku malah terperangkap di sarang buaya. - Sunny Sekali aku kehilangan...