7

466 28 3
                                    

- Sunny POV

Tepat sebulan sudah sejak aku tidur yang hanya tidur dengan The King. Saat terbangun dia sudah tidak lagi disampingku. Dia menghilang atau memang itu kebiasaannya menghilang setelah tidur dengan jalang. Setelah itu aku mendengar Ruby bercerita bos kami mendapatkan bayaran besar dari dia. Tapi sebesar apapun uang yang diberikan tetap saja ini sudah sebulan dan Mr. Pop sudah memperingatiku untuk tidak menolak pelanggan lagi jika masih ingin hidup.

Aku memandang sekelilingku. Semakin malam semakin gila manusia disini. Entah karena alkohol atau karena mereka memang butuh menjadi gila saat mereka sudah berusaha mencoba waras di pagi hari. Lalu mataku bertemu dengan mata biru yang mulai kemerahan itu. Bukan wajah yang asing karena dia cukup sering berada disini dan bahkan pernah dilayani oleh Ruby sendiri. Dia berjalan ke arahku dengan menabrak siapa saja yang mengganggu jalannya. Sialan dia mabuk. Aku segera turun dari kursiku dan berjalan menghindar. Tapi aku kurang cepat saat dia berhasil menarik lenganku kuat.

"Halo cantik. Siapa namamu? Aku Davis Brooke." Wajahnya terlalu dekat denganku sampai aku bisa mencium nafasnya yang sangat bau alkohol. Berapa banyak yang sudah dia minum?

Aku melirik ke lantai VIP dan mendapatkan Ruby yang menatapku dengan aneh. Disampingnya Mr. Pop menatapku tajam seakan berkata 'jangan berani menolak pelanggan lagi.'

Davis menarikku duduk di pangkuannya. Disaat mabuk seperti ini dia masih bisa mencari tempat kosong. Dia belum semabuk dugaanku.

"Anda bisa memanggilku Sirius." Jawabku berusaha menghindari bibirnya yang ingin mencium bibirku.

"Sirius? Ah bintang yang bersinar paling terang. Aku suka nama itu sama sepertimu yang terlihat paling bersinar disini." Lagi-lagi bibirnya mencari bibirku. Tangannya sudah tidak lagi diam. Tangannya mulai mengelus pahaku perlahan membuat aku merinding.

Tangannya menarik tengkukku saat aku ingin menghindar lagi ketika dia ingin menciumku. Sepertinya kesabarannya sudah habis. Dia berhasil mencium bibirku dengan liar. Tangannya meremas bokongku kuat membuat aku meringis karena sakit. Saat itu dia manfaatkan dengan memasukkan lidahnya kedalam mulutku. Kami berciuman cukup lama sampai aku mulai merasa sesak karena kekurangan oksigen. Aku memukul lengannya kuat sampai dia melepaskan bibirku.

"Kau membuatku gila sayang." Belum kembali semua kesadaranku tanganku sudah ditariknya masuk ke dalam kamar kecil yang memang disediakan club ini dan bisa disewa oleh siapapun jika tidak sanggup menyewa kamar di lantai atas. Karena harga kamar di atas sangat mahal.

Ranjangnya cukup besar walau kamar ini kecil. Karena tidak ada perabotan lain lagi selain ranjang dikamar ini. Dia mendorongku ke ranjang dan menutup pintu dengan kakinya. Tapi pintu itu tidak menimbulkan suara kencang seperti pintu pada umumnya.

Aku dibuat terkejut saat dia melepas baju dan juga celananya. Menyisakan boxer hitam untuk menutup asetnya.

" Maaf tuan, aku sedang tidak menerima pelanggan." Ucapku pelan dan berdiri mencoba keluar dari kamar kecil ini. Tapi sial karena kamar yang kecil ini aku harus berdiri sedekat ini dengan pria ini.

"Berapa hargamu? Aku mampu membayarnya." Ucapnya tidak menyerah. Wajahnya terlihat sangat merah efek dari alkohol. Dia mendekatiku dan aku mundur walau hanya 1 langkah. Karena jika aku mundur lagi maka aku akan jatuh ke ranjang.

"Bukan seperti itu tuan. Aku yakin anda mampu membayar saya. Saya hanya sedang off malam ini. Maafkan saya." Setelah mengucapkan itu aku langsung berjalan cepat menuju pintu. Hanya 3 langkah pasti aku bisa.

Tapi aku terlambat karena tangan besar itu menarik lenganku kuat dan melempar tubuhku ke ranjang. Kepalaku sedikit pusing karena begitu tiba-tiba. Lalu pria itu naik keatas tubuhku. Tangannya menahan kepalaku dan menciumku liar. Aku mencoba berontak tapi aku tidak bisa. Kekuatan kami beda jauh. Tangannya menjelajah tubuhku dan dengan kurang ajarnya dia merobek gaun tipis ini dengan mudah. Aku semakin memberontak saat tangannya mencoba melepaskan bra hitamku.

Dengan penuh ketakutan aku menggigit lidahnya keras membuatnya langsung berhenti dan berteriak keras. Namun aku tidak menyangka sebuah tamparan keras dia layangkan berkali-kali ke wajahku. Seakan tidak cukup dia mencekikku dengan kedua tangan yang besarnya. Aku pikir ini adalah hari kematianku. Tapi dia melepaskan tangannya disaat aku mulai kehabisan nafas. Aku terbatuk keras dan dengan sekuat tenaga bangun dan pergi mencari bantuan karena percuma berteriak tidak akan ada yang mendengarku.

Pria itu tidak membiarkanku pergi karena selanjutnya tangannya menarik rambutku dan menghantam kepalaku berkali-kali ke dinding. Aku sudah tidak kuat lagi dan terjatuh di lantai yang dingin ini. Seakan belum puas dia menendang kedua kakiku yang mengganggu jalannya saat dia ingin mengambil celananya.

"Jangan pernah berani menolakku." Ucapnya tajam dan menendang perutku kencang. Sebelum pergi dengan kesal meninggalkan aku yang sekarat. Kepalaku berdarah dan rusukku sakit luar biasa. Aku tidak sanggup bergerak sedikitpun. Aku menangis dan terus menangis.

Lalu pintu terbuka dan suara wanita yang berteriak kencang membuat semua orang berlari masuk ke dalam kamar. Beberapa hanya diam dan tidak berani mendekatiku. Sampai aku mendengar suara Ruby berteriak kencang membuat orang-orang menyingkir memberinya jalan.

"Astaga Sunny! Panggilkan ambulans cepat." Hanya itu yang aku ingat sebelum aku benar-benar menutup mataku.

***

Perlahan aku membuka mataku karena mendengar suara berisik. Aku mengerang saat kepalaku berdenyut kencang saat aku membuka mataku. Aku masih berada di dalam kamar sempit ini. Aku belum mati.

Aku membuka bajuku untuk melihat perutku dan sebuah tanda biru besar ada disana. Pantas aja untuk bernafas saja rasanya begitu sakit. Aku mencoba mengatur nafasku sepelan mungkin agar tidak terlalu sakit.

Lalu pintu kamarku terbuka dan aku tidak pernah bermimpi dia akan berdiri disana dan menatapku dengan mata tajamnya. Perlahan dia berjalan mendekat tatapannya semakin tajam saat dia sudah berdiri di samping ranjang kecilku. Apa karena wajah babak belurku?

Aku melihat Mr. Pop dan beberapa orang berdiri di luar dengan wajah cemas. Lalu Mr. Pop masuk saat The king menoleh padanya.

"My King. Ini hanya salah paham. Mr. Brooke sedang mabuk saat itu. Jadi dia tidak sengaja melakukannya." Jelas bos yang membuat mataku membesar tidak percaya dengan perkataannya. Dia membela pria sialan yang menganiayaku didepan mataku. Apa dia tidak melihat aku yang babak belur ini?

"Dia memaksaku melayaninya dan dia marah karena aku menolaknya." Ucapku cepat dan kemudian mengerang kesakitan. Aku menutup mataku menenangkan diri dari denyutan di kepalaku yang membuatku sangat ingin menangis. Aku tidak ingin mereka melihat air mataku.

Ketika aku membuka mata aura mematikan memancar kuat di dalam kamar ini. Rasanya sangat sesak. Siapa lagi kalau bukan dari The King. Semua orang terdiam dan tidak berani bersuara.

Dia berjalan keluar dari kamar dengan pelan. Lalu berbisik kepada Mr. Pop dan dibalas dengan anggukan cepat. Lalu begitu saja dia pergi meninggalkanku. Tanpa menoleh. Apa yang aku harapkan? Mungkin selama ini aku menaruh terlalu banyak harapan padanya.

About ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang