6

478 27 0
                                    

- Sunny POV

Aku menutup mataku bersiap melompat tapi begitu cepat sebuah tangan meraih pinggangku dan menarikku turun dengan sangat kuat.

"Jadi untuk mati saja aku sudah tidak berhak." Bisikku menertawakan diriku sendiri.

"Ada apa ini? Astaga Sunny. Apa yang kau lakukan?" Suara Ruby menggelegar di landasan ini.

Aku membuka mataku perlahan dan langsung berhadapan dengan mata segelap malam yang menatapku tajam. Dia hanya diam.

"Rob, bawa Sunny kembali ke kamarnya. Dia sudah gila." Ruby memerintahkan pengawal mengangkatku. Sekali lagi dia hanya diam dan menatapku tajam.

Aku kembali terkurung di kamar kecil  dan pengap ini. Terbaring dikasur tipis dan tidak bergerak sejak dipindahkan pengawal Ruby. Kenapa aku harus melewati semua ini? Apa salahku? Bahkan untuk mati saja aku tidak berhak.

Klek.

Suara pintu terbuka terdengar tapi aku tidak peduli siapa yang masuk.

"Kau bodoh atau apa? Beraninya kau ingin bunuh diri. Apa yang ada dipikiranmu itu?" Ruby mengomel dengan suara kencang. Tapi aku tidak akan menjawabnya. Yang aku inginkan sekarang hanya mati dan kembali bersama ibuku.

"Aku pikir kau gadis yang pintar tapi ternyata aku salah. Tidak bisakah kau sedikit bersabar? Gunakan otakmu. Apa yang kau dapatkan dengan kematianmu? Mayatmu bahkan hanya akan dibuang ke hutan dan dimakan oleh binatang." Ruby masih terus berteriak.

"Siapa yang akan membalas para keparat yang membuat nasib kita begitu sial? Siapa yang akan menghentikan semua kejahatan ini. Aku pikir aku bisa mengandalkanmu." Suara Ruby mulai mengecil dan terdengar serak.

"Kau pikir darimana asalku? Apa kamu pikir aku dengan suka rela bekerja disini? Aku juga sama denganmu. Orang tuaku mati didepan mataku saat ingin menyelamatkanku. Saat itu aku juga sangat ingin mati. Tapi aku harus membalas semua penjahat itu." Aku terkejut dengan semua pengakuan Ruby. Selama ini dia terlihat begitu menikmati tinggal disini. Tapi ternyata kisahnya sama denganku.

"Sadarlah jika kematian kita tidak akan mengubah apapun. Selagi kita masih hidup kita masih mempunyai kesempatan itu. Kau pikir kenapa aku mendekati tangan kanan The King? Aku mempunyai rencana. Dan tadi pagi ketika kau mengacau di kamarku aku tidak mungkin bersikap baik padamu saat dia ada diranjangku. Tapi aku tidak menyangka kau akan sebodoh itu. Pikirkan baik-baik Sunny. Kau ingin mati sia-sia atau kita balas para keparat itu." Usai mengatakan itu aku mendengar Ruby melempar sesuatu di kasurku lalu pergi.

Saat pintu sudah kembali tertutup aku melihat sebuah pisau lipat ada di kasurku. Ruby memberiku pilihan. Aku mengambil pisau itu. Kali ini aku akan mati dengan mudah dan tidak ada yang menghalangiku lagi.

Aku membuka pisau itu dan mengarahkannya ke pergelangan tanganku. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Maafkan aku ibu. Maafkan aku. Aku menangis dengan kencang tidak peduli semua orang mendengarku. Aku sudah membuat keputusanku. Sekali lagi aku menatap pisau lipat ini tapi dengan cepat aku
Melipatnya kembali. Pisau ini akan mengambil nyawa seseorang tapi bukan nyawaku. Dengan begitu aku bangkit dan berjalan menuju kamar Ruby.

Sampai di kamarnya tanpa mengetuk aku langsung masuk kedalam. "Aku sudah membuat pilihan."

1 minggu kemudian.

Aku belajar banyak hal dalam seminggu ini. Merias wajah, memilih pakaian sexy, cara menggoda pria, dan juga minum alkohol. Mesti selalu saja aku mabuk di gelas pertama dan terbangun dengan kepala hampir pecah aku tetap melakukannya. Setidaknya aku bisa menghandle 2 gelas sekarang. Semua kemajuan.

About ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang