Happy reading
Nadya termenung di depan meja riasnya. Maksud hati ia ingin membersihkan make up diwajahnya. Namun saat ia sudah membasahi kapas dan hendak mengusapkan ke pipinya, kilasan balik adegan Arjuna mencium bibirnya kembali terlintas.
Nadya masih bisa merasakan hangatnya telapak tangan Arjuna yang menyentuh pipinya. Dan aroma tubuh Arjuna yang bercampur bau alkohol yang membuatnya terhanyut masih tersisa di indera penciumannya.
Nadya menyentuh bibirnya yang membengkak beberapa saat yang lalu. Apa yang dipikirkan Arjuna hingga pria itu tiba - tiba menciumnya dengan alasan untuk memastikan sesuatu. Sebenarnya apa yang mau dipastikan, gak mungkin kan lelaki itu mulai menyukainya.
Membayangkan kemungkinan jika Arjuna menyimpan rasa padanya, membuat Nadya tertawa, menertawakan tebakan konyolnya. Nadya menggelengkan kepala dan tersenyum. Arjuna itu sahabatnya, gak mungkin orang ity seberani itu. Ada yang salah mungkin dengan fungsi otaknya. Namanya juga orang mabuk.
Ehem!
Sesaat tadi Nadya terlena dan benar - benar terbuai dengan ciuman Arjuna. Jika tadi Arjuna tidak berhenti, mungkin Nadya sudah tertarik untuk membalas ciumannya. Tidak mengherankan banyak wanita yang tidak rela jika harus putus dari Arjuna.
Nadya menghela napas. Ia teringat jika tadi ia menampar Arjuna setelah pria itu meminta maaf telah menciumnya. Lagipula kenapa pria itu tampak menyesal karena sudah menciumnya. Amarahnya kembali muncul. Apa yang dipikirkan Arjuna setelah membuatnya melambung tinggi kemudian menghempaskannya. Kepala Nadya mendadak pusing saat membayangkan hari esok dia harus bekerja dan bertemu Arjuna.
Damn!
"Arjuna." Nadya membelai kepala Arjuna yang sedang rebahan di tempat tidurnya.
"Nadya! Kok kamu bisa masuk kamarku?" Arjuna bangkit dari posisi rebahannya dan bersandar di kepala ranjang. Arjuna menelan ludah melihat penampilan Nadya yang sangat seksi hanya mengenakan kemeja lengan panjang yang panjang kemejanya hanya menutupi sebagian pahanya. Ingin rasanya Arjuna membelai paha Nadya.
"Kan kamu yang manggil aku kesini." ucap Nadya dengan manja. Nadya merangkak diatas ranjang dengan senyum menggoda semakin mendekati Arjuna.
"Nad. Apa yang mau kamu lakukan?" tanya Arjuna dengan gugup.
"Kamu maunya gimana Jun?" Arjuna memejamkan mata saat merasakan belaian halus tangan Nadya yang membelai leher dan belaian turun ke dada bidangnya.
"Nad." Arjuna sekali lagi berbicara dengan gugup.
"Hem... Mau mulai dari mana dulu Jun?" Arjuna lagi - lagi tak berkutik saat melihat Nadya mulai melepas satu persatu kancing dengan gerakan sensual. Mata Arjuna menatap lekat jemari Nadya dan dia bisa melihat tojolan dada Nadya yang masih terbungkus bra hitam berenda itu.
Sial!
Ingin rasanya Arjuna merobek semua penghalang yang menutupi tubuh Nadya. Tapi Arjuna tak bisa menggerakkan tangannya. Arjuna hanya bisa puas memandangi tubuh Nadya. Arjuna mendesah saat merasakan kecupan basah di sepanjang rahangnya dan lehernya. Matanya terpejam menikmati semua sentuhan dan cumbuan dari Nadya. Namun sentuhan itu tak berlangsung lama. Saat Arjuna perlahan membuka mata.....
"Loh Nad Nad mau kemana? Kenapa kamu mundur. Nad tunggu.."
"Hah sial!
Arjuna terbangun dari tidurnya. Ia kecewa karena ternyata ia hanya bermimpi. Tetapi ada rasa kelegaan dihatinya, setidaknya bukan mimpi buruk lagi yang ia alami. Menengok jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi. Arjuna segera beranjak dari tempat tidurnya dan ke kamar mandi. Ia harus segera bersiap berangkat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness Madness (21+) (COMPLETED)
RomanceWarning 21+ Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati karena dihianati kekasih. (Arjuna Wijaya) Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati karena terpaksa menyerah pada cinta pertama. (Nadya Indraprasta) Kegilaan satu malam yang kemudia...