~ 23 ~

7.1K 382 11
                                    

Happy reading.

Nadya duduk ditepi tempat tidur sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Pandangannya menelisik setiap sudut kamar. Kemudian dahinya mengernyit menatap beberapa pigura yang terdapat piagam didalamnya bertuliskan penghargaan. Gerakan tangannya terhenti, Nadya kemudian berdiri dan melangkah mendekati pigura pigura tersebut.

Satu persatu Nadya baca setiap penghargaan yang dicapai. Dalam benaknya bertanya tanya siapa pemilik penghargaan ini, dan timbul pertanyaan tentang keberadaan penghargaan ini yang berada di dinding kamarnya.

Nadya terkesiap dan matanya melebar. Ada satu jawaban yang sebenarnya terlintas dibenaknya bahwa semua penghargaan ini adalah hasil jerih payahnya. Tetapi ia kemudian menghela napas, karena tidak ingat sama sekali.

"Apakah ini benar adanya? Lantas semua pengetahuanku ini akan sia sia?" gumam Nadya.

Arjuna yang baru saja keluar dari kamar mandi merasa heran dengan Nadya yang berdiri terpaku di depan salah satu pigura piagam penghargaan yang tergantung di dinding.

Perlahan Arjuna melangkah menghampiri Nadya, mengikuti pandangan wanita itu. Seolah tidak terganggu dengan keberadaannya, Arjuna melihat ekspresi wajah Nadya yang seperti sedang memikirkan sesuatu.

Arjuna menjadi penasaran, apa yang dipikirkan oleh Nadya. Apakah wanita ini mulai mengingat sesuatu.

"Ini adalah penghargaan yang kamu dapatkan tanpa kamu ketahui. Waktu itu Om Gatot melihat design software game yang kamu buat karena iseng. Diam - diam Om mendaftarkan hasil karyamu itu untuk mengikuti salah satu kompetisi desain game. Dan tidak disangka ternyata desainmu yang menang." Jelas Arjuna.

"Oya? Saat itu aku kuliah semester berapa?" tanya Nadya.

"Waktu itu kamu baru lulus SMA. Dan kalo yang ini.." Arjuna mulai menjelaskan satu persatu penghargaan yang ada di dinding itu.

Sesekali Nadya melirik ke arah Arjuna sambil mendengarkan penjelasan Arjuna. Dari sudut matanya Nadya mengamati pria yang tampak lebih dewasa dari terakhir yang bisa Nadya ingat.

Nadya menyadari Arjuna yang tumbuh lebih tinggi, jambang yang dibiarkan tumbuh tipis disekitar dagu. Berbeda dengan ingatan Nadya yang selalu melihat Arjuna dengan dagu licin tanpa jambang. Belum lagi Nadya mulai tertarik memperhatikan leher dan jakun Arjuna yang bergerak naik turun seiring pergerakan bibir pria itu.

Nadya menjadi bertanya tanya, sebenarmya berapa tahun yang ia lewati sehingga sosok pria disampingnya ini banyak sekali berubah secara fisik. Dan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka hingga akhirnya ia memutuskan untuk menikah dengan Arjuna.

Yang lebih menganggu Nadya dari tadi adalah aroma sabun mandi miliknya yang menguar dari tubuh pria ini. Entah mengapa harumnya menjadi lebih wangi saat dipakai oleh Arjuna. Nadya terkejut sendiri dengan pikirannya yang terus berkelana dan menjadi sangat detail memperhatikan penampilan Arjuna.

Bahkan setiap titik air di sekitar dahi Arjuna pun tidak lepas dari penglihatannya. Nadya menjadi heran sejak kapan indera penglihatannya menjadi seperti singa yang mengincar mangsanya.

"Nadya."

"Ya?" suara Arjuna yang memanggil namanya membuatnya kembali mendapatkan kesadarannya yang sedari tadi melayang layang tidak jelas.

"Aku gak tau bisa menahan diri sampai kapan kalo kamu terus menerus memandangiku seperti ini." ucap Arjuna.

"Ge er banget siapa juga yang memandangi kamu. Emang menurutmu aku ngliatin kamu kayak apa?" ucap Nadya sewot karena terciduk.

Arjuna sedikit membungkuk dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Nadya. Dengan perlahan Nadya memundurkan wajahnya namun ditahan oleh tangan Arjuna. Mendapat tatapan begitu dalam oleh Arjuna membuat Nadya kesulitan bernapas, dan seolah tak berdaya untuk menghindar saat wajah Arjuna semakin mendekati wajahnya. Karena gugup, Nadya memejamkan matanya erat erat.

Sadness Madness (21+) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang