Happy reading
Setelah berhasil menghubungi salah satu temannya, Arjuna mengatur semua keperluan Arimbi untuk melarikan diri. Semua hanya dilakukan sendirian tanpa bantuan orang tuanya. Walaupun masih muda tetapi jaringan koneksi Arjuna sangat luas. Hal ini karena selain dia adalah seorang programer tetapi dia juga bagian dari komunitas hacker underground yang bahkan keluarganya tidak ada yang mengetahuinya.
"Nadya ke ruangan saya sebentar." panggil Arjuna melalui interkom.
"Iya." sahut Nadya. Ia membawa laptop dan melangkah menuju ruangan Arjuna.
Sebelum masuk keruangan, Nadya mengetuk pintu kaca itu.
"Masuk." sahut Arjuna.
"Aku belum berhasil mendeteksi errornya dimana." ucap Nadya sambil meletakkan laptop di meja tamu dan duduk di sofa. Arjuna melangkah mendekati Nadya dan duduk di sebelahnya. Dengan jeli, Arjuna melihat satu persatu code program yang dibuat oleh Nadya.
"Hem.. Aku sepertinya tau." ucap Arjuna sambil menscrol layar dengan mouse ditangan kanannya sedangkan tangan kirinya memeluk pinggang Nadya.
"Juna, nanti ada yang lihat." Nadya berusaha melepaskan tangan Arjuna yang sudah melekat dipinggangnya layaknya seatbelt.
"Sst.. Fokus Nad." ucap Arjuna mengabaikan protes dari Nadya.
Arjuna berdiri sambil membawa laptop Nadya dan melangkah menuju mejanya. Nadya pun mengikuti Arjuna dan berdiri di sebelah kirinya.
"Mana yang error?"
"Sini nih kamu lihat." Nadya membungkukkan badan dan berpegangan pada meja.
"Yang baris ke berapa?" tanya Nadya karena belum menemukan yang Arjuna maksud.
"Disini Nad. Ini seharusnya bukan 0 dan ini.."
"Arjuna!" Nadya memekik saat merasakan tangan Arjuna yang membelai betisnya.
"Kamu mau kedengeran satu ruangan?" ucap Arjuna santai.
"Tolong ya, tangan jangan kemana mana."
"Engga kemana mana kok, cuma mau kesini aja." Arjuna kembali menggoda Nadya dengan membelai paha bagian dalam milik Nadya.
"Klo kamu gak serius aku cari sendiri aja deh." Nadya hendak mengambil alih laptop namun ditahan oleh Arjuna.
"Serius banget sayang, nih cuma salah tulis, udah aku benerin. Nih liat salahnya. Harusnya kayak gini, tadi kamu salah masukin rumusnya." ucap Arjuna sambil mengetik.
"Oke. Udah ngerti. Tinggal dilanjutin cari yang ini trus dibenerin kode ama rumusnya kan?" tanya Nadya.
"Pinter. Diajarin sekali langsung ngerti ya." puji Arjuna.
"Iya dong. Nadya gitu." sahut Nadya.
"Duh kalo ga ada orang aku pengen cium kamu Nad." ucap Arjuna sambil memandang mesra ke arah Nadya.
"Makasih Jun, aku balik ke kubikel."
"Nad, hari ini jangan lembur. Ingat acara kita, awas klo kamu kabur, keujung benuapun aku pasti bisa nemuin kamu."
"Iya bawel banget. Kerja dulu ya." ucap Nadya.
Arjuna kembali fokus pada pekerjaannya. Sebuah notifikasi email muncul disudut kanan bawah laptopnya. Email dari Arimbi. Telpon kantornya berdering.
"Halo Selamat siang." sapa Arjuna
"Arjuna kesini sekarang." Sahut Randika
"Ok pa." Arjuna menutup telponnya dan berjalan menuju lift. Dalam hatinya Arjuna merasa tidak tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness Madness (21+) (COMPLETED)
RomanceWarning 21+ Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati karena dihianati kekasih. (Arjuna Wijaya) Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati karena terpaksa menyerah pada cinta pertama. (Nadya Indraprasta) Kegilaan satu malam yang kemudia...