Happy reading.
Nadya memasuki kamar yang telah disiapkan untuknya. Setelah berjalan sebentar melihat kondisi vila bersama Arjuna.
Nadya berjalan ke arah pintu saat terdengar ketukan.
"Maaf menganggu istirahat nona Nadya, tapi tuan Arjuna ingin saya mengantarkan ini. Untuk dipakai saat makan malam." ucap seorang pelayan.
"Terima kasih." ucap Nadya.
Nadya menerima sebuah kotak besar berbentuk persegi panjang yang dihiasi sebuah pita diatasnya. Ada sebuah kartu diatas kotak tersebut. Nadya mengambil kartu tersebut dan membukanya.
To : My love, Nadya Indraprasta.
Please come to backyard garden. At 7 o'clock.
I am waiting for you.
Yours : Arjuna
Nadya tersenyum dan melipat kembali kartu tersebut. Nadya membuka ikatan pita dan kemudian mengangkat tutup kotak tersebut.
Perlahan Nadya mengangkat gaun berwarna hijau zamrud dari dalam kotak. Lipatan gaun itu terbuka, dan menampilkan gaun yang cantik. Nadya tersenyum membayangkan Arjuna yang masih sempat sempatnya mempersiapkan gaun secantik ini ditengah tengah acara pesembunyian Nadya.
Tidak hanya itu, Arjuna juga mengirimkan satu set asesoris, kalung dan anting yang berwarna senada dengan gaun. Tak lupa juga sepatu heels kesukaan Nadya.
Yang membuat Nadya heran, darimana Arjuna bisa mengetahui detail ukurannya, padahal selama ini Nadya tidak pernah belanja dengan Arjuna, kecuali dengan Arimbi kembaran Arjuna.
Berbicara tentang Arimbi membuat Nadya menjadi penasaran. Dimana Arimbi berada dan apa yang terjadi pada Arimbi. Beberapa kali mas Johan menghubunginya untuk mencari keberadaan Arimbi tetapi Nadya enggan membantunya. Karena Nadya tidak mau lagi berurusan dengan sepupu itu.
Nadya mengisi bathtub dan menuang sabun ke dalamnya. Setelah dirasa cukup, Nadya mematikan keran dan kemudian berendam. Badannya menjadi lebih rileks dan semua ketegangan mulai mengendur.
Sementara dikamar lain di vila yang sama. Arjuna tengah berbicara dengan Alexander Wiratha. Banyak hal yang mereka bahas. Termasuk rencana pernikahannya dengan Nadya.
"Aku akan siapkan semua. Malam ini kamu harus bisa meyakinkan Nadya." ucap Alex.
"Yap. Wish me luck Lex." ucap Arjuna.
"Pasti bro. Aku pamit ya, mau balik ke hotel. Good luck." ucap Alex.
Menjelang malam hari, waktu yang ditentukan oleh Arjuna telah tiba. Nadya perlahan menuju ke taman belakang. Mendekati pintu selasar yang mengarah ke taman, tersebar bunga mawar disepanjang jalan setapak.
Nadya menjadi gugup, pikirannya berkelana menebak apa yang sedang dipersiapkan oleh Arjuna. Perlahan Nadya melewati pintu besi berukir dan matanya melebar melihat lampu lampu cantik yang menghiasi taman. Terdapat meja yang juga dihias cantik dengan taplak berwarna putih dan rangkaian bunga didalam vas kecil beada diatas meja. Cawan lilin menopang kuat lilin yang menyala membuat kesan romantis dan manis.
Nadya tersenyum pada sosok lelaki yang sedang melangkah ke arahnya, membawa setangkai mawar putih. Arjuna tampak gagah dengan setelan jas hitam, sedang tersenyum lebar sambil menatap Nadya.
"Nadya, kamu selalu cantik." ucap Arjuna sambil memberikan setangkai mawar kepada Nadya.
"Makasih Jun. Kamu selalu keren." ucap Nadya. Arjuna meraih sebelah tangan Nadya dan menggegam telapak tangan Nadya. Mereka berdua berjalan menuju ke meja makan. Arjuna menarik kursi dan mempersilahkan Nadya duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness Madness (21+) (COMPLETED)
RomanceWarning 21+ Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati karena dihianati kekasih. (Arjuna Wijaya) Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati karena terpaksa menyerah pada cinta pertama. (Nadya Indraprasta) Kegilaan satu malam yang kemudia...