Happy reading.
Nadya memandang deretan code yang bergerak dilayar laptop. Sambil mengetes program yang sedang ia buat, pikiran Nadya melayang pada masalah yang baru ia alami.
Pada akhirnya Nadya menolak untuk ikut dengan orang yang mengaku sebagai tantenya itu. Orang itu hanya meninggalkan sebuah foto bayi yang berada dipelukan seorang wanita yang disebut sebagai ibunya, dan disebelah wanita itu berdiri seorang pria yang kemudian Nadya ketahui adalah ayahnya. Bahkan dibelakang foto itu terdapat sebuah alamat sebuah makam, tempat ayah dan ibunya di makamkan.
Kisah seperti itu yang biasa ia baca di dalam novel, tidak Nadya sangka jika akan menjadi kisahnya. Sekalipun ia saat ini bisa menolak, tampaknya orang yang bernama Bu Suti itu tidak akan menyerah. Entah apa yang mereka harapkan, toh Nadya hanya numpang lahir disana. Seumur hidupnya Nadya habiskan diluar istana, mana mungkin Nadya kembali lagi kesana.
Nadya mematikan laptop dan memasukkannya ke dalam tas. Hari ini ia harus bimbingan. Mau dia putri raja atau anak konglomerat sekalipun tidak akan mengubah bahwa ia punya tesis yang harus ia tuntaskan. Nadya bertekad untuk fokus pada pendidikan dan pekerjaannya, diluar dua hal ini bukanlah prioritasnya.
Bertepatan dengan gerakan Nadya yang berdiri, dan hendak melangkah menuju lift, Arjuna sudah berjalan ke arah Nadya. Saling melempar senyum, seolah badai yang sedang berputar itu tidak memudarkan hubungannya dengan Arjuna.
"Ayo aku antar." ucap Arjuna.
"Memangnya kamu tau, aku mau kemana?" tanya Nadya.
"Kamu ketemu dosen pembimbing hari ini kan?! Aku mau nganterin." ucap Arjuna saat mereka sudah berada di dalam lift.
"Bukannya kamu ada meeting?"
"Bisa diatur."
"Sebenarnya aku bisa pergi sendiri Jun."
"Aku gak mau kamu diculik."
"Ya ampun serem banget pikiran kamu."
"Kita harus waspada, apalagi mereka sudah tau keberadaan tuan putri yang hilang. Belum tentu pihak pemberontak itu sudah musnah semuanya." ucap Arjuna.
"Omo, itu sinetron baru ya? Putri yang hilang ya judulnya." Nadya terkekeh.
"Duh, makin jatuh cinta aku sama kamu. Udah lembut, tangguh, lucu pula. Wanita idaman banget sih putri Nadya." Arjuna mengusap lembut rambut Nadya.
"Juna, tanganmu loh. Gak enak klo ada yang lihat." ucap Nadya mewanti wanti.
"Lagian sejak kita tunangan kan semua orang udah tau kalo kamu bakalan jadi the next nyonya Wijaya."
Nadya berjalan cepat keluar dari lift meninggalkan Arjuna.
"Mana sih mobilmu Jun?" tanya Nadya.
"Tuh yang Gladiator double cabin. Masa gak tau disini yang paling bagus tu pasti mobilku dong." sahut Arjuna dengan sombong. Jabatan bolehlah kroco kalo dikantor. Tapi diluar ya tetaplah Arjuna Wijaya.
"Kirain itu mobilnya om Dika." ledek Nadya.
"Aduh masa anak kalah sama bapaknya sih." sahut Arjuna tidak terima.
Nadya tertawa geli melihat raut wajah Arjuna yang manyun. Tawa Nadya terhenti saat handphonennya berbunyi dan tertera nama papanya.
"Halo papa." sapa Nadya.
"Nadya, kamu dimana? Sama siapa?" tanya papanya.
"Nadya masih dijalan mau ke kampus pa, sama Juna." jawab Nadya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness Madness (21+) (COMPLETED)
RomantikWarning 21+ Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati karena dihianati kekasih. (Arjuna Wijaya) Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati karena terpaksa menyerah pada cinta pertama. (Nadya Indraprasta) Kegilaan satu malam yang kemudia...