Happy reading.
"Arjuna kamu mau ngapain? Ini masih dikantor!" tanya Nadya sambil berbisik. Walaupun mereka berada di tangga darurat dan sedang sepi karena jam pulang kantor sudah berlalu beberapa saat lalu, hanya menyisakan beberapa orang yang kembur termasuk dirinya. Namun Nadya tidak mau ambil resiko kepergok oleh rekan kerjanya.
Ini semua gara - gara Arjuna yang tiba - tiba muncul dari pintu tangga darurat dan mengajaknya atau lebih tepatnya menyeretnya kesini. Ya kali mereka belum lama terciduk oleh orang tua, masa sekarang terciduk sama teman kantor. Gagal backstreet dong kalo kayak gini.
"Kalo kamu gak pake acara menghindari aku, gak bakal aku pakai cara kayak gini."
"Kalo kita jelasin baik - baik pasti mereka bisa mengerti Jun. Kita belum sejauh itu. Kita cuma.." Nadya melipat bibirnya ke dalam karena tidak menemukan kalimat yang tidak mengingatkannya pada malam laknat mereka.
"Cuma apa? Kenapa gak diterusin?" tanya Arjuna.
"Ya gitulah pokoknya. Kamu ngertikan kita sebatas mana." Nadya memalingkan wajahnya. Ditatap sedalam itu oleh Arjuna membuatnya kalah. Tatapan Arjuna memang bisa menghipnotisnya.
"Sama aja Nad, itu tidak mengubah fakta kalo kita minimal udah makeout." senyum Arjuna terbit saat melihat wajah Nadya yang sudah merona.
"Juna aku masih marah ya sama kamu." ucap Nadya dengan ketus. Nadya segera berbalik dan hendak mendorong pintu, namun ia merasakan pelukan Arjuna dari belakang tubuhnya.
"Aku kangen sama kamu Nad. Susah banget sih ketemu kamu." Arjuna menciumi tengkuk Nadya dan menghirup dalam dalam aroma yang ia rindukan.
"Juna.. Ah.." Nadya tak kuasa melawan saat Arjuna merapatkan tubuh Nadya ke dinding. Arjuna menciumi tengkuk Nadya dan membuat Nadya tidak berkutik. Dalam otaknya memerintahkan untuk menolak, namun tubuhnya seolah diambil alih hingga tidak mau mendengarkan perintah dari otaknya.
"Sebentar aja sayang." bisik Arjuna.
"Juna please stop." suara Nadya serak menahan gairah. Nadya mengucapkan protes saat tubuhnya mulai disentuh sensual oleh Arjuna.
Arjuna benar benar sudah gila. Melihat Nadya yang pasrah dalam rengkuhannya dan tak kuasa melawan, membuat Arjuna semakin melakukan aksinya. Sentuhan Arjuna dan ciumannya begitu lembut meluluhkan sikap Nadya yang keras.
Arjuna membalikkan tubuh Nadya untuk menghadapnya dan mulai mencium lembut bibir Nadya. Arjuna terus menggoda Nadya, hingga Nadya membalas ciuman Arjuna. Dalam hati Arjuna bersorak, tapi dia harus tetap tenang supaya momen sensual ini tidak rusak.
Tangan Arjuna mengelus paha Nadya yang hanya tertutup rok yang panjangnya diatas lutut. Kenudian membelai dan meremas pantat Nadya. Sentuhan ujung jari Arjuna bergerak menyelinap ke dalam celana dalam Nadya.
Nadya terkesiap saat jari Arjuna sudah bergerak dengan lincah menyentuh bagian sensitifnya. Mengalirkan getaran nikmat ke seluruh syaraf tubuh Nadya. Kaki Nadya terasa lemas tak kuasa menahan hasratnya.
Arjuna merengkuh pinggang Nadya. Arjuna menghentikan semua sentuhannya dan dengan tenang menatap ke dalam mata Nadya yang sama bergairahnya dengan dirinya.
"Walaupun kamu bilang kamu gak mencintaiku, tapi aku bisa membuktikan kamu menginginkan aku Nadya sayang. Sebesar aku menginginkan kamu." bisik Arjuna.
Nadya menggigit bibirnya merasakan kekecewaan karena Arjuna menghentikan sentuhan disaat tubuhnya begitu mendamba. Tapi entah mengapa Nadya tidak bisa membenci perlakuan Arjuna kepadanya. Walaupun tidak ingin mengakui, tapi hasrat Nadya meronta ronta minta untuk dipuaskan. Nadya terus menerus dibuat goyah oleh Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness Madness (21+) (COMPLETED)
RomanceWarning 21+ Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati karena dihianati kekasih. (Arjuna Wijaya) Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati karena terpaksa menyerah pada cinta pertama. (Nadya Indraprasta) Kegilaan satu malam yang kemudia...