~ 22 ~

7.5K 387 17
                                    

Happy reading.

Udara dingin menyelimuti suasana villa. Nadya terbangun dari tidur lelapnya karena terusik dengan suara kicauan burung. Perlahan Nadya membuka mata. Menyadari ada sosok pria yang terbaring disebelahnya masih terlelap dalam tidurnya.

Nadya mengelus kepala pria yang adalah suaminya dengan lembut. Pria inilah yang sudah berhasil mengisi hatinya. Yang selalu bisa membuat Nadya merasa spesial.

Selama tiga hari mereka menikah, tidak ada lelahnya bercinta. Nadya ingat pagi pertama setelah mereka menikah, tubuhnya terasa remuk dan banyak tanda kemerahan yang dibuat oleh Arjuna.

Nadya tidak ingat berapa kali mereka bercinta selama mereka berbulan madu di vila. Entah Arjuna yang mulai menggoda atau Nadya juga yang menyerang Arjuna lebih dulu.

Nadya merasa lapar namun Arjuna belum bangun juga. Akhirnya Nadya beranjak dari tempat tidur. Mengambil jubah dan menuju ke dapur.

Nadya hanya ingin membuat sarapan ringan dan cepat untuk mengganjal perutnya. Mengambil beberapa roti dan mengolesinya dengan selai. Menata roti diatas piring dan siap untuk dibawa ke meja makan. Nadya terkesiap saat ada lengan kekar memeluknya dari belakang. Senyum tersungging dibibir Nadya karena Arjuna yang memeluknya.

"Morning sayang." Arjuna mengecup puncak kepala Nadya tanpa melepaskan tangannya yang masih melingkari pinggang Nadya.

"Kok udah bangun?" tanya Nadya saat menoleh pada pria yang memeluknya.

"Pas aku buka mata, ga ada kamu." ucap Arjuna sambil menyibakkan rambut panjang Nadya. Arjuna menciumi tengkuk Nadya sedangkan tangannya mulai bergerak membelai paha Nadya yang jubahnya sudah tersingkap karena ulah Arjuna. Sedangkan tangan yang satu lagi sudah menyusup ke dalam jubah dan meremas dada Nadya.

"Juna." desah Nadya.

"Nadya." bisik lembut Arjuna ditelinga Nadya dan mengulum cuping telinga Nadya.

"Ah.. Juna, aku laper." Nadya mendesah manja.

"Kamu bikin sarapan apa?" tanya Arjuna dan kemudian menghentikan aktifitasnya yang sedang asik meraba tubuh istrinya.

"Roti selai. Gak papa kan?" ucap Nadya sambil membawa roti - roti ke atas meja makan.

"Its oke." ucap Arjuna sambil menarik pinggang Nadya hingga Nadya jatuh ke pangkuan Arjuna.

"Juna, aku mau makan." rengek Nadya.

"Iya makan aja, aku cuma mau meluk kamu."

"Kamu juga makan dong."

"Suapin dong sayang." ucap Arjuna manja.

"Aduh baru tau klo suamiku ini ternyata masih bayi." ledek Nadya sambil menyuapkan roti ke dalam mulut Arjuna.

"Bayi yang bisa bikin bayi." balas Arjuna masih sambil mengunyah makanan.

"Haish. Dasar mesum." ucap Nadya.

"Kamu sih terlalu menggoda." ucap Arjuna sambil mengedipkan sebelah mata.

Nadya menghela napas. Entah kenapa setiap Arjuna menggoda atau merayunya, Nadya selalu kehilangan kata - kata untuk membalasnya. Nadya lebih sibuk menenangkan detak jantungnya yang berdetak cepat karena ulah Arjuna.

Mereka berdua menghabiskan sarapan sambil sesekali saling meledek, lebih tepatnya Arjuna yang lebih mendominasi ledekan itu karena untuk kesekian kalinya Nadya dibuat mati kutu dengan gombalan receh Arjuna.

.....

Menjelang sore hari, Nadya dan Arjuna meninggalkan vila. Mereka kembali ke Jakarta. Meninggalkan mimpi indah mereka sejenak di pulau Wiratha. Saatnya kembali ke dunia nyata.

Sadness Madness (21+) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang