~ 5 ~

11.4K 573 29
                                    

Happy reading.

"Kenapa Jun? Tumben kamu gak fokus." tanya Randika sambil duduk di sebelah Arjuna anak lelakinya.

"Gak ada apa - apa pa. Juna cuma lagi capek aja." ucap Arjuna sambil meminum jus buah buatan mamanya.

"Kalo capek ya istirahat, bukannya malah main basket. Berapa kalipun kamu three point ga ada yang masuk sama sekali. Heran deh. Masa cuma gara - gara lembur kerja kamu jadi capek gitu." ucap Randika.

"Papa gak ikut ke Shanghai?"

"Buat apa papa kesana? Kamu udah cukup bisa diandalkan. Tahun depan kamu bisa ikutan promosi jabatan. Atau lebih cepat juga lebih baik." ucap Randika sambil mengulas senyum bangga.

"Ngapain sih cepet - cepet. Juna masih mau menikmati jadi karyawan sambil mengembangkan bisnis Juna sendiri. Kalo papa buru - buru tu bisa suruh Arimbi aja yang pimpin perusahaan gantiin papa."

"Sembarangan!" celetuk Arimbi yang muncul ditaman belakang sambil membawa nampan yang berisi sepiring kue.

"Nah. Jodohin aja lagi Arimbi ama mas Johan. Tar biar mas Johan deh yang bantuin papa." ucap Arjuna sambik nyengir.

"Sekali lagi ngomong ngaco, aku pukul kamu Jun."

"Arimbi kamu ni dikit dikit ngancemnya mau mukul aja. Belajarlah buat elegan dikit gitu. Cowok cowok pada takut klo mau deketin kamu. Kasar gitu... Aduhh.. Papa.. Arimbi tuu main getok aja." ucap Arjuna sambil mengusap kepalanya yang dipukul Arimbi memakai nampan.

"Rim. Belajar kendalikan emosimu. Latihan lagi sana yang banyak. Kurangi tu gaya tomboymu. Anak papa cewek ni biar tambah cantik." ucap Randika.

"Iya papa. Kenapa sih laki laki dirumah ini pada bawel. Bawelnya melebihi mama." ucap Arimbi dengan muka cemberut.

"Iya klo kita cuek salah, kita bawel juga salah. Dasar ya kenapa sih wanita di rumah ini bikin kita serba salah." cibir Arjuna.

"Juna awas ya klo pulang dari Shanghai ga bawa apa apa. Beliin oleh oleh pokoknya. Aku ga mau tau." ucap Arimbi.

"Besok pagi pagi anterin ke bandara. Klo gak mau, gak aku bawain oleh oleh." pinta Arjuna.

"Iya ih bawel. Eh bentar ada telpon." ucap Arimbi.

"Mandi sana trus makan malam. Oya kamu mandi di bawah aja. Kamar mandi diatas belum bisa dipake kemarin papa ganti klosetmya."

"Oke pa."

Arjuna selalu menghabiskan weekendnya dirumah orangtuanya. Itulah perjanjian yang ia buat dengan papa mamanya saat ia membujuk untuk hidup mandiri.

Arjuna mendongakkan kepalanya saat air dari pancuran shower mengalir keluar. Merasakan guyuran air diseluruh tubuhnya yang lengket karena keringat. Arjuna merasa segar kembali.

Sementara itu Arimbi kedatangan tamu. Apa bisa disebut tamu ya kalo yang datang adalah anak dari tetangga sebelah.

"Aku cuma mau ngembaliin ini aja. Makasih ya Rim udah dipinjami." ucap Nadya.

Rumah Randika Wijaya dan Gatot Indraprasta memang bersebelahan. Makanya tidak heran jika anak - anak dari dua keluarga ini sering keluar masuk rumah mereka dengan bebas. Tapi Nadya selalu menjaga sikap, dia tidak mau sembarangan jika tidak diundang masuk.

"Masuk yuk Nad. Tante udah masak banyak buat makan malam. Papa mama mu lagi pergi kan? Lagipula kamu udah jarang kesini kalo pas pulang ke rumah." ucap Sita.

"Iya tante. Nadya bantuin menata meja ya tan." ucap Nadya yang mengikuti Arimbi dan Sita ke dapur.

"Eh kamu duduk sini aja. Udah siap kok, tinggal ngambil sop aja." ucap tante Sita.

Sadness Madness (21+) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang