10. Pengakuan

1.4K 159 53
                                    

__________________________________

Zweitson mengecek ponselnya. Tidak ada chat masuk. Ada sih, 50 pesan baru dari Misell. Isinya soal Misell yang khawatir.

Entah kenapa Zweitson malas membalasnya. Rasanya seperti... Misell berubah.

Dulu Misell tidak begini bukan? Dulu Misell sangat ramah padanya. Tapi.. Saat kejadian di kantin itu, kenapa gadis itu berubah? Sejak kapan dia berubah? Bahkan Zweitson dengar, banyak gosip buruk soal Misell. Dan sepertinya 100% itu fakta.

Zweitson menghela nafasnya berat. Pusing.

Zweitson mengecek kolom baris chat. Dan mengetuk salah satunya.

Chat nya dengan Fajri.

Isinya hanyalah soal saling save nomor,pr, dan beberapa hal random lain. Mereka berdua lebih sering mengobrol langsung daripada chat sih.. Jadi wajar saja kalau sedikit.

Zweitson mengepalkan tangannya. Kenapa tadi disekolah... Fajri... Apakah dia... Berubah juga? Kenapa? Apa alasannya? Apakah Zweitson punya salah padanya?

Zweitson menghela nafasnya lagi. Berat sekali pikirannya akhir akhir ini!

Fenly tadi datang sebentar. Memberi tahu obat mana saja yang harus Zweitson makan, juga membawa beberapa kresek buah-buahan yang dibeli dari minimarket.

Zweitson mengambil satu apel. Mengunyahnya.

Ruangan yang sepi. Hanya ada dirinya seorang. Gigitan apel itu menggema. Membuat Zweitson mendadak tertekan oleh atmosfirnya.

Eh? Zweitson menyadari, Atmosfir ini sama seperti Fajri saat marah! Mirip banget. Zweitson terkekeh.

Kriet

"Hey son!" Fenly datang.

"hai!" Zweitson menyapa kembali. "kelasnya udah kelar bang?" ujarnya.

"udah, tenang aja" Fenly menarik bangku yang ada disebelah kasur Zweitson.

"Bang..."

"apa?" Fenly menaikkan satu alisnya. Fenly tadi hendak mengambil ponselnya, tapi urung ketika Zweitson memanggilnya.

"lu... Pernah dibenci orang gak?" Zweitson menoleh ke arah Fenly. Matanya yang biasanya terlihat riang itu mendadak terlihat sendu.

Fenly menatap heran dengan raut muka Zweitson. Anak ini kenapa? Tumben banget...

"pernah sih" Fenly menjawab. Ya, dia memang pernah dibenci seseorang.

"sama siapa?" Zweitson terkejut. Dia pikir Fenly yang memiliki wajah tampan, berbakat, dan sangat ramah-tapi suka ngegas-itu takkan dibenci oleh orang.

"mantan" Fenly terkekeh. Zweitson menatapnya malas.

"yaaa, kukira siapa" Zweitson menghela nafasnya. Tentu saja yang namanya Mantan pasti bakal benci kita walaupun kita baik padanya. Dan sebaliknya. Tidak semuanya sih.

"hahaha, lagian, lu nanya aneh banget, ada apa? " Fenly tertawa, lalu menepuk bahu Zweitson.

"gue... Dibenci sama aji" Zweitson menelan ludahnya. Wajahnya terlihat tertekan sekali.

Mata Fenly membulat. Aji? Fajri? Bocah basket yang itu maksudnya? "kok bisa?!" Fenly sedikit berteriak.

"katanya gue ngerepotin..." Zweitson tersenyum canggung.

Fenly mengerutkan dahinya. Ya... Zweitson sering pingsan mendadak. Wajar saja kalau Fajri yang cuek itu kena repot. Tapi... Kenapa Fajri membicarakan itu secara langsung? Membuat hati sepupu Fenly ini terasa sakit?

I just need U || JiSon UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang