"Raraaaa. Bangun woii." Teriak abang gue pagi-pagi. "Bangun elah, udah jam set.9 pagi nihh. Perawan bangunnya siang-siang, pamalii."
Gara-gara kemarin malem abang gue kerjaan magangnya dibawa ke rumah, dan gue jadi korbannya. Gue juga ikut lembur bareng abang gue, buat bantuin beres kerjaan magangnya sampai jam set.1 pagi. Gila nggak tuh. Dan berakhirlah gue bangun siang.
"Berisik aduhh bang, gue masih ngantukk." Bela gue karena emang gue masih ngantuk.
"Perawan jam segini itu bantuin ibunya masak, beberes, nggak malah molor kayak gini."
"Lo juga yang bikin gue molor kayak gini, mana udah beres dibantuin nggak bilang terimakasih."
"Jadi lo minta imbalan? Nggak ikhlas dong lo berarti bantuin gue kemarin."
"Lo bisa bahasa manusia nggak sih? Capek gue ngomong sama lo. Pergi dah lo dari kamar gue."
"nyenyenye."
Saat gue dan bang Natha belum selesai bercekcok, bunda masuk ke kamar gue.
"Eh ini disuruh bangunin kok malah berantem sih." Tegur bunda kekita berdua.
"Abang nih bun."
"Kok gue sih? Ya lo lah." Todong bang Natha.
"udah-udah. Kamu Ra udah tau temennya mau kesini juga jam segini baru bangun."
"Kan abang juga yang bikin aku bangun jam segini." Bela gue. "Temen aku kesini bun? Siapa? Kayaknya nggak ada deh." Tanya gue. siapa coba pagi-pagi gini ke rumah gue. Lita? Tapi waktu kemarin gue chatan sama dia juga nggak nyinggung apa-apa. Terus siapa.
"Ada, dia udah ada dibawah. Cepet kamu temuin ngga sopan ih dibiarin."
Hah? Siapa sih? Tanpa pikir Panjang gue langsung cabut dari atas tempat tidur menuju ruang tamu. Saat gue menginjakkan kaki di tangga ke 3 terakhir. Gue sempat kaget dan terdiam. Temen gue yang dimaksud bunda adalah seorang Arjuna Tarendra Janardana.
"JUNA NGAPAIN LO DI RUMAH GUE JAM SEGINI ?!" Todong gue ke Juna to the point.
"Kaget Ca. Lo mah ada tamu nggak disambut baik-baik malah diteriaki gitu." Ucap Juna ke gue dengan pandangan heran.
Akhirnya gue menghampiri Juna dan ikut duduk disebelah Juna. Dan ingatkan fakta bahwa gue baru bangun tidur dan belum mandi.
"Lo ngapain sih ke rumah gue? Jangan ngadi-ngadi lo."
"Ya emang gue nggak boleh main ke rumah lo?"
"Ya tapi ngapain? Lo mau ngapain ke sini."
"Nggak gue aja kok yang mau kesini, Lita, Bagas, sama Evan juga katanya mau kesini."
"Apa? Gila kali. Lo kan pasti biang keroknya, yang ngajak mereka kesini."
"Suudzon mulu lo sama gue."
Belum selesai gue bicara sama Juna, datanglah mereka yang dimaksud sama Juna tadi. Astaga ngapain coba mereka kesini.
"ASSALAMUALAIKUM WR.WB" ucap Lita didepan pintu rumah gue dan langsung masuk ke rumah gue seolah-olah rumah gue juga rumahnya "Raraaa I'm homeee."
"Assalamualaikum Ra," ucap Bagas sama Evan.
"Waalaikumsalam," jawab gue. "Ini kalian ngapain sih? Pagi-pagi ke rumah gue?"
"Ih bukannya seneng didatengin temennya, malah ditodongin kaya gitu." Ucap Lita.
"Ya nggak gitu, dalam maksud apa kalian ke rumah gue? gue nggak lagi ada acara hajatan, kenapa kalian kesini."
KAMU SEDANG MEMBACA
(n) Realm
Jugendliteratur(n) berarti 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢. perihal dunia apa yang akan membebaskan aku, aku benar-benar mengharapkan dia di sampingku. . . sebelumnya udah pernah publish cerita ini tapi kurang srek sama jalan ceritanya, kurang jelas siapa roleplaynya, pokok ngga jel...