10. friends, nothing else

12 3 0
                                    

"dunia gue perlu seseorang kayak lo Ca. Gue butuh lo dihidup gue Dineshcara."

~ ~

"Sebenernya gue selama nggak masuk kemarin ada alasannya, Ca." ucap Juna terlihat tenang dan pasrah.

Gue tidak merespon ucapannya namun gue serius mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh Juna. "Papa sakit, dan Cuma gue yang bisa ngerawat papa."

"maaf gue nggak tau Juna," ucap gue ikut bersedih.

"it's okay Ca,"

"Mama lo emang kemana?" tanya gue hati-hati. Tidak menjawab pertanyaan gue, Juna malah membuang muka.

"Kalau lo nggak mau jawab gapapa kok Jun," ucap gue setelah melihat respon yang diberikan Juna atas pertanyaan gue.

"Gue bingung Ca, gue kayak ngerasaa..dunia gue hancur..nggak kayak dulu lagi. Dan gue butuh seseorang untuk menopang dunia gue. Dan itu lo Ca, gue butuh lo di hidup gue, gue butuh lo di dunia gue." Ucap Juna ke gue.

"Juna gue..,"

Dihadapkan badan Juna ke arah gue dan tangannya memegang pundah gue, "Neshca, please gue butuh lo." Ucapnya sekali lagi kemudian merengkuh tubuh gue dalam pelukannya.

Hangat itu yang gue rasakan saat Juna memeluk gue. Dan nyaman pastinya. Gue pun membalas pelukan Juna dan mencoba menenangkan Juna dengan memberikan elusan pada punggung Juna.

"Juna gue nggak tahu masalah lo yang sebenernya apa, tapi kalau ada apa-apa sama lo cerita ya sama gue? Gue nggak tahu apa gue pantas ada di dunia lo, tapi gue akan berusaha semampu gue, oke?"

"Makasih Ca, makasih banyakk," ucap Juna dan semakin mengeratkan pelukannya ke gue.

"Juna gue juga sebenernya-" belum selesai gue bicara, tiba-tiba bunyi HP Juna berbunyi.

"sebentar ya Ca," ucap Juna sambil melepaskan pelukannya dari gue.

"Halo?" ucap Juna membalas telfon dari seseorang.

"...."

"iya Juna pulang sekarang,"

"...."

"iya,"

Setelah selesai mengangkat telfon Juna kembali ke tempat dimana dia duduk disebelah gue tadi.

"ada apa?" tanya gue.

"gue disuruh pulang, papa gue nggak ada yang jaga," ucapnya.

"pulang? Yaudah ayo pulang, Juna."

"Lo, gue anterin pulang dulu ya?"

"iya, ayo" ucap gue dan mulai beranjak turun dari rumah pohon tersebut.

selang 30 menit, sampailah Juna dan gue di depan rumah gue.

"makasih ya Jun, udah dianterin pulang." Ucap gue selesai turun dari motor Juna dan memberikan helm bogo milik Juna.

"gue yang seharusnya makasih sama lo Ca,"

"udah cepet pulang kasihan papa lo udah nungguin,"

"ngusir?"

"iya gue usir, cepet pulang."

Setelah gue mengucapkan itu, Juna hanya merespon dengan senyuman. Pastinya senyuman yang bisa buat semua perempuan atau mungkin gue lebih tepatnya jadi salting. Karena emang manis.

Dan dengan tiba-tiba Juna memajukan kepalanya dan menempelkan bibirnya dipipi gue. Dan untuk kesekian kali gue hanya bisa diam tanpa respon dan pastinya wajah gue seketika memerah.

(n) RealmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang