8. same but nothing alike (2)

12 3 0
                                    


"Rara pulang," Ucap gue setelah masuk ke dalam rumah. Entah Cuma perasaan gue atau gimana, hawa di rumah terasa dingin nggak kaya biasanya.

"Ngapain bang Natha keluar dari kamar bunda?" tanya gue ke bang Natha yang keluar dari kamar bunda.

"Lo ngapain aja jam segini baru pulang?" tanya bang Natha tiba-tiba dingin ke gue.

"Ya nggak ngapa-ngapain bang. Orang Cuma ngopi doang. Kenapa sih?"

"Masuk ke kamar lo sekarang."

"ha apaan sih? Gue tanya, emang ada apaan? Tadi juga kenapa bang Natha keluar dari kamar bunda."

"Masukk Ra. Sebelum kesabaran gue habis."

"apaan sih, terserah gue lah gue mau masuk kamar atau nggak. Kalau lo nggak mau bilang alasannya, biar gue sendiri yang masuk ke kamar bunda." Belum sampai gue membuka pintu kamar bunda, bang Natha udah narik tangan gue dan gue dibawa paksa ke kamar gue.

"bang apa-apaan sih?! Lepas nggak?! Bang Natha lepas!" teriak gue dan akhirnya Bang Natha melepaskkan cengkraman tangannya di pergelangan tangan gue.

"lo sekarang masuk ke kamar." Todong bang Natha ke gue.

"sebenernya ada apa sih?! Gue tanya bang, sebenernya habis ada apa di rumah ini, yang bikin lo kaya gini? Jawab bang? Gue juga harus tau apa yang sebenernya terjadi?"

"masuk, gue jelasin."

*flashback 2 jam yang lalu*

"ayah, ini apa?" tanya bunda ke ayah sambil menunjukkan isi chat yang ada di handphone ayah.

"ngapain bunda buka-buka handphone ayah?" tanya ayah balik.

"jawab ayah, bukan malah tanya balik."

"bukan apa-apa, bun."

"ayah, jawab. Itu tadi apa?"

"nggak ada apa-apa bunda. Udah jangan bahas lagi."

"tadi bunda angkat telfon dari handphone ayah, nama kontaknya bos tapi waktu bunda angkat suaranya perempuan, dan langsung bilang, halo pa? maksudnya apa ayah?"

"salah sambung, bisa bun."

"ayah jawab pertanyaan bunda, atau bunda yang jawab sendiri pertanyaan bunda."

"bunda apa-apaan sih, udah bun."

"ini udah hampir 22 tahun ayah, dan ini ketiga kalinya. Bunda diem yah, diem. Masih memaafkan, tapi kenapa malah ayah maanfatin? Jawab yah, jawab pertanyaan bunda!?"

"udah cukup. Aku bilang udah, ya udah. Kenapa malah dibesar-besarin sih?!" sentak ayah ke bunda.

"apa? Ayah bilang apa? Dibesar-besarin? Bunda pendem ini selama hampir 22 tahun yah, 22 tahun. Selama itu. Denger sekali lagi, ayah udah selingkuhin bunda sama mantan ayah yang belum bisa buat move on ayah selama 22 tahun, dan ketahuan sama bunda ke tiga kali ini. Dan ayah bilang ini masalah kecil? Iya emang kita, terlihat baik-baik di depan mata Natha sama Rara, tapi bunda yah, bunda nahan semua ini. Nahan biar anak-anak nggak ikut dampaknya."

"lihat siapa yang malah besar-besarin masalah?" ucap ayah dengan seenaknya, dan mendapatkan tamparan dari bunda.

"bunda kira yang kedua kalinya ayah bakalan udah lupa, bakalan kapok. Tapi ternyata nggak semudah yang bunda pikir." Ucap bunda mulai menangis.

"aku capek, jangan buat ini jadi masalah besar." Ucap ayah dan untuk kedua kalinya mendapatkan pukulan, bukan tamparan. Dan yang memukul bukan bunda tapi bang Natha.

(n) RealmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang