.
Happy reading
.
.
.
.
"Sial, Alex, masih ngikutin gw," runtuk Rausan berusaha menghindar dari seseorang yang bernama Alex itu.Rausan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi, ia melihat sebuah rumah yang halamannya terdapat banyak orang disana.
Gw harus masuk kesana, Alex, nggak mungkin bisa nemuin gw disana.
Pria berjaket kulit hitam itu mengendap-endap dan masuk ke sebuah halaman rumah besar. Bisa dilihat halaman rumah yang Rausan masuki itu sangat ramai karna ada banyak sekali orang disana, sepertinya di rumah itu sedang acara makanya banyak ada banyak orang disana.
Dia berusaha menghindari tatapan semua orang yang ada disana, ia berjalan masuk kedalam rumah besar tersebut dan masuk kedalam sebuah ruangan. Dimana ruangan itu adalah ruangan pertama yang ia temui setelah masuk ke rumah itu.
Disini pasti aman.
Rausan masuk dan memilih bersembunyi disana untuk sementara waktu.
Tanpa ia ketahui ada sebuah peristiwa yang menantikannya disana, yang pasti peristiwa itu akan mengejutkan dirinya dan membuat ia mendapatkan awal kehidupan yang baru.
--oOo--
Pusing, penat, lelah, capek, dan mengantuk, semua yang Tika rasakan itu harus ia lawan. Kepalanya benar-benar terasa berat saat ini, pasalnya ia baru saja pulang dari Kampus sekitar jam 6 sore tadi dan tanpa beristirahat ia langsung pergi dari Jakarta menuju Bandung dengan mengendarai mobil sendirian tanpa seorang supir.
Jika saja bukan karna Sang ibu yang memaksanya untuk datang ke acara pertunangan sepupunya, ia tidak akan mau membuang tenaganya hanya untuk mengendarai mobil sendirian dari Jakarta.
Tapi, ada satu hal yang mengganggu pikirannya saat ini, melihat acara pertukaran cincin yang baru saja dilakukan oleh sepupunya dan sang kekasih, membuat ia teringat pada seseorang yang pernah ada dalam hidupnya.
Puing-puing masa lalu ia sudah ia pendam kini mulai mengembun kembali dalam benaknya.
"Tika."
Lamunannya terhenti saat seseorang memegang tangannya membuat Tika menoleh kepada pemilik tangan tersebut.
Tika memandang wajah wanita yang tengah duduk dikursi roda itu dengan menampilkan senyum diwajahnya, menandakan bahwa ia baik-baik saja saat ini.
"kamu udah makan, sayang," tanya wanita itu dengan suara lembut khas yang ia miliki.
Tika tersenyum dan menganggur, "Tika udah makan, bu."
Ningsi Yunita, perempuan yang merupakan ibu kandung dari Tika itu harus menerima kenyataan pahit atas apa yang menimpa putrinya. Bagi seorang ibu anak adalah hartanya yang paling berharga, lalu bagaimana ia bisa tenang setiap kali melihat putrinya yang selalu terlihat sedih, apalagi dengan kondisi seperti ini?
"Ibu udah minum obatnya?" tanya Tika pada Sang ibu, sudah hampir dua tahun Ningsi terduduk dikursi roda karna terserang struk ringan akibat kejadian itu, untungnya ia tidak depresi setelah kehilangan putra semata-wayangnya.
"Ibu udah minum obatnya kok, kan ada bi Lastri yang bantuin," ujar Ningsi tersenyum pada satu-satunya anak yang punya sekarang ini. "Kamu keliatan capek, yah. Mau istirahat?"
"Eh, Tika kenapa, sayang? Tante perhatiin dari tadi kayak nggak nyaman gitu sama acaranya?" tanya Tantri --adiknya dari Ayah Tika, tuan rumah yang punya acara-- kepada Tika, sebenarnya ia tidak enak hati mengajak Tika ke acara pertunangan anaknya tapi, ia berpikir Tika harus bisa melawan traumanya saat ini.
Meskipun Tantri sudah mempunyai anak kandung sendiri, baginya Tika tetaplah putri pertamanya. Seluruh keluarga Tika sangat menyayanginya terlebih lagi setelah kejadian yang menimpanya dua tahun yang lalu. Mereka semua ingin selalu melindunginya dari setiap rasa sakit yang ada di dunia ini.
"Tika cuma kecapean kok, tan," ujar Tika meyakinkan tantenya itu.
"Yaudah kalo gitu, Tika, istirahat aja didalam. Ada kamar tamu diruang depan yang bisa kamu pake."
Tika mengangguk paham dan berpamitan kepada ibu dan tantenya, ia pun masuk kedalam rumah menuju kamar tamu pertama yang tantenya maksud.
Ia memasuki kamar itu, ia sengaja tidak mengunci kamar itu agar ibu atau keluarganya yang lain dapat dengan mudah masuk ke sana untuk membangunkannya nanti.
Tika merasa perlu mencuci mukanya sebelum beristirahat agar ia merasa lebih segar. Tika masuk ke kamar mandi yang ada di kamar itu, menyalakan kran di wastafel dan membasuh mukanya.
Setelah merasa lebih segar, ia pun langsung keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan wajahnya dengan cara, menepuk-nepuk pelan wajahnya dengan handuk kecil yang tersedia disana.
Kegiatannya terhenti saat melihat seorang pria dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam yang baru saja menutup pintu dan berdiri membelaknginya.
Tika langsung berjalan menghampiri pria itu, "kamu siapa?" tanya Tika bingung.
Meskipun diluar sana sedang ada acara, tapi tak ada tamu yang bisa sembarangan masuk ke rumah ini apalagi sampai masuk kedalam kamar.
Pria itu berbalik kearah Tika, dia sama halnya terkejut melihat kehadiran Tika disana. Posisi mereka sekarang, Tika berdiri disamping tempat tidur yang jaraknya tidak jauh dari tempat Rausan berdiri.
Yah pria itu adalah Rausan, pria yang tidak sengaja menabrak Tika di kampus tempo hari.
Niatnya, Rausan ingin membekap mulut Tika agar tidak berteriak dan menimbulkan suara, karna jika hal itu terjadi akan mengundang masalah untuk mereka berdua terutama bagi keberadaan dirinya yang akan diketahui oleh Alex nantinya.
Tapi, entah kaki Rausan yang memang tidak pernah berguna dengan benar atau matanya yang tidak berfungsi lagi dengan benar. Pasalnya kaki dan matanya itu terkadang tidak berfungsi dengan baik dan menimbulkan masalah di beberapa tempat seperti saat ini
Sepertinya, Rausan benar-benar akan mengutuk kaki dan matanya hari ini.
Tanpa disadari kaki Rausan tersandung karpet. Karna tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, alhasil ia jatuh kedepan, kearah tempat Tika berdiri. Yang berarti Rausan jatuh menimpa Tika.
"Aaa..!!" teriak Tika
Mereka terjatuh diatas tempat tidur dengan posisi Tika harus menahan beban berat dari tubuh Rausan, sedangkan tangan Rausan bertumpu pada tempat tidur menahan badannya agar tidak benar-benar jatuh sepenuhnya, menimpa tubuh kecil Tika.
Kasian, tubuh Tika yang kecil harus menahan tubuh Rausan yang besar seperti beruang itu.
Mata mereka tak sengaja bertemu dan mereka saling memandang.
Mata itu?
Melihat mata Rausan mengingatkan Tika pada seseorang. Namun, sebelum berhasil mengingat orang tersebut, suara pintu yang terbuka membuat keduanya mengalihkan padang, melihat kearah suara itu berasal.
Gawat -Batin keduanya.
Mereka berdua kaget, masih tetap dalam posisi yang sama seperti tadi, saat melihat sosok wanita yang duduk dikursi roda itu muncul didepan pintu.
"Tika, kamu kenap-- Astagfirullah, Tika!!" teriakan itu benar-benar akan membuat kehidupan keduanya berubah.
————————Batas Suci————————
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo, Bu Dosen! (On Going)
General FictionTerjebak dalam situasi yang sulit, membuat puzle-puzle masa lalu yang berantakan mulai tersusun kembali dengan rapih. Kehidupan dengan duka yang tersembunyi menguak fakta dari masa lalu yang tak pernah diketahui.. Ini adalah kisah cinta yang penuh d...