Part 26

159 63 14
                                    

.

Happy reading

.
.
.

Acara pernikahan Laras sudah selesai kemarin dan malam ini mereka mengadakan makan malam bersama semua keluarga sebelum mereka kembali ke Bandung.

Tika terlihat cantik dengan gaun polos yang dilengkapi dengan hijab warna senada, hijab yang diberikan oleh Rausan saat acara makan malam mereka tempo hari.

Makan malam itu hanya dihadiri beberapa kerabat dekat saja, seperti anggota keluarga inti dari mempelai wanita maupun mempelai pria.

"Cantik." Suara bisikan kecil berisikan pujian singkat mendarat tepat ditelinga Tika membuat ia kaget, pasalnya ia sedang sibuk mempersiapkan tataan piring diatas meja. Tika sangat kenal dengan pemilik suara itu. Ia hanya tersenyum kecil, tersipu malu karna pujian kecil itu, sebelum akhirnya wajah kemerahan itu melemparkan tatapan nyalang pada Sang pemilik suara tadi.

"Nggak usah ngerusuh. Mending kamu bantuin yang lain buat bakar sate, gih!" pintah Tika pada Rausan. Bukan tanpa sebab Tika menyuruh Rausan pergi menjauh darinya, pasalnya mereka semua memang sedang sibuk menyiapkan acara makan malam keluarga ini. Alasannya lainya, Tika hanya tidak ingin fokusnya terganggu karna ulah Rausan yang selalu menggodanya sedari tadi.

Dengan wajah terpaksa Rausan pergi, menuruti perkataan Tika.

Malam ini mereka merencanakan makan malam bertemakan outdoor disebuah villa mewah yang mereka sewa untuk semalam, tujuannya agar bisa merasakan angin malam, sekaligus menjalin keakraban satu sama lain.

Setelah makan malam selesai, mereka poum berlanjut ke kegiatan selanjutnya yaitu bernyanyi bersama di depan api unggun sebagai punjak kegiatan mereka malam ini.

Semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, para orang tua sibuk mengobrol dimeja makan sedangkan anak-anak mereka duduk bernyanyi didepan api unggun. Rasanya sangat menyenangkan, seakan saat itu tidak ada beban karna semuanya rasa lelah mereka telah dibuang dan dibawa pergi oleh angin.

Laras memetikkan senar gitarnya sembari mengeluarkan nada-nada indah bukan hanya dari gitar yang ia mainkan, tetapi juga dari bibir kecilnya itu. Perempuan itu memang sangat berbakat dalam seni musik, bahkan ia pernah memenangkan lomba menyanyi dan mendapatkan sebuah penghargaan saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

Sedangkan Dimas, pria yang berstatus sebagai suami dari Laras itu tengah bertugas untuk mengambil gambar ditiap kegiatan mereka malam ini. Dimas mempunyai keahlian dalam photography, karna itu merupakan hobinya sejak masih SMP. Dalam tugas itu, Dimas dibantu oleh Rausan.

Rausan memang sedikit merasa tidak betah dengan keramaian, hal itu terlihat jelas dari wajahnya. Maka dari itu, Rausan menawarkan bantuan kepada Dimas yang kemudian disetujui oleh pria itu.

Suasana semakin ramai karna sorakkan dari para anak-anak muda itu, hingga mereka tak sadar akan bahaya yang sedang mengintai mereka.

Tak jauh dari tempat Rausan dan Dimas berdiri ada seseorang yang sedang mengarahkan senjata kepada mereka dari arah samping. Suara kebisingan yang mereka ciptakan membuat pergerakan orang itu tak bisa didengar.

Tika yang merasa haus pun pergi ke tempat minuman yang berada tak jauh dibelakang Rausan dan Dimas, ia merasa ada yang aneh saat melihat sebuah cahaya laser berwarna merah yang mengarah ntah kepada siapa. Ia melihat mengikuti arah laser itu membidik sasarannya dan yang benar saja, mata Tika terbelalak saat melihat sasaran dari laser itu adalah Dimas.

Wajah Tika seketika memucat, ia bingung harus menyelamatkan siapa terlebih dahulu. Disatu sisi ada Dimas, pria itu baru saja menikahi adik sepupunya dan dosis lain ada Rausan yang merupakan suaminya. Jika dia menyelamatkan Dimas terlebih dahulu maka Rausan yang akan menjadi sasarannya, tetapi jika ia melakukan sebaliknya maka nasib Laras pasti tidak akan baik-baik saja.

Halo, Bu Dosen! (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang