Mill On The Mura namanya, atau disebut Mlin na Muri oleh warga lokal. Sebuah tempat penggilingan tepung yang terkenal yang juga beroperasi sebagai objek wisata, panoramanya yang berhadapan langsung dengan sungai Mur menjadikan Mill On The Mura memiliki keunikan tersendiri.
Lista berubah pikiran, tepat semalam akhirnya tiket yang ia pesan terpaksa ia batalkan. Siapa lagi kalau bukan Brylian, yang membuatnya harus menyusul ke tempat ini. Berbekal informasi yang ia dapat, hari ini akan sangat dingin, atau mungkin sedikit diwarnai dengan gerimis kecil.
Sweater turtle neck strip merah hitam menjadi outfitnya hari ini, Lista tak memiliki pilihan lain, hanya sweater itu satu-satunya yang belum ia masukkan ke dalam koper semalam. Betul, apa boleh buat, Lista harus mengenakan pakaian ini lagi untuk kedua kalinya. Tidak lupa dengan ransel yang ia bawa berisikan barang yang ia janjikan kepada Brylian untuk dibawa.
Hampir tak percaya, Lista yang tidak sempat untuk search apapun tentang tempat ini pun terkagum-kagum. Memuji pesona alam ciptaan Yang Maha Kuasa satu ini menjadi hal pertama yang dilakukannya begitu keluar dari taksi. Rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai tertiup angin sejuk, kalbunya tak henti memuji.
So beautiful!
Kedua kaki Lista sudah mulai terasa pegal setelah berjalan beberapa saat. Pasalnya, jarak dari tempat drop off taksi menuju loket tiket kurang lebih seratus meter. Harusnya tidak terlalu masalah, karena ia pernah berjalan lebih jauh dari ini. Tempatnya yang begitu dekat dengan sungai, membuat taksi hanya dapat mengantar hingga tempat yang ditentukan.
Omong-omong, ini sudah cukup lama setelah Lista mengunggah foto suasana di Sveti Martin na Muri untuk pertama kalinya. Semalam, ia mengunggah foto yang sempat ia ambil di Mill Wheel dua hari lalu bersama Brylian. Benar, teman barunya. Orang baru yang membuat hari-harinya sedikit berbeda, orang yang terkesan peduli, dan tentu saja yang mengajak Lista untuk bergabung dalam acara yang entah dalam rangka apa hari ini, walaupun diwarnai sedikit perdebatan di roomchat semalam.
Lista sendiri sebenarnya sudah menerka-nerka tentang maksud dari 'gabung sama anak-anak' yang dimaksud Brylian semalam. Sepanjang jalan dari titik drop off menuju lokasi, Lista melihat bus-bus berukuran sedang itu terparkir rapi. Apa ini agenda rombongan?
Notif Instagram terdengar sekilas dari ponselnya. Terbesit rasa untuk mengabaikan, tapi seperti ada alasan yang mengharuskan dirinya merogoh kantong celana dan segera mengecek ponsel, bahkan saat ini juga. Dan alasan itu membuat Lista menggeleng, langkahnya terhenti sejenak, dengan kemarahan yang perlahan menyelimuti.
Lista benar-benar tidak percaya, orang yang kerap mencampuri urusannya kini menampakkan diri di akun sosial media miliknya. Rendy Juliansyah, dialah sang pemilik panggilan RJ itu. Seperti masih kurang cukup dengan sikap pahlawannya, kini laki-laki itu hampir membuat citranya rusak seketika.
Citra diri sebagai anak perempuan baik-baik seperti yang orang kira, dan citra sebagai seorang kakak yang sangat ingin Lista sangkal.
Setelah menghapus komentar yang bertengger di postingan terakhir, Lista bergegas mencari kontak Rendy lalu menghubunginya. Kenapa sih cara main lo harus kayak gini, Je. Gue gak ngerti salah gue apa sama lo. Rutuknya dalam hati sembari menunggu jawaban dari seberang panggilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
love from nowhere || brylian aldama
Fanfiction-ON HOLD- Mengembara, menelisik setiap jengkal langkah yang tersisa di Kroasia. Mengingat tentang cintanya yang kerap kali bertepuk sebelah tangan, tidak menjadikan Brylian kehilangan asa. Seiring waktu, ia menemukan sesuatu yang terlihat tidak bi...