Brylian dan kawan-kawan yang tergabung dalam Timnas U-19 di bawah asuhan Shin Tae-Yong, harus rela menelan kekalahan di laga pertama melawan Bulgaria yang termasuk dalam rangkaian International Friendly Match.
Memang, pertandingan ini bukanlah untuk mencari menang-kalah. Namun tetap saja, kekalahan di laga pertama cukup membuat mereka sedikit down.
Termasuk Brylian.
Brylian rindu, sebagian kawan-kawan baiknya saat menimba ilmu dalam program Garuda Select justru tidak mendapat bagian dalam pemusatan latihan ini. Ada Nando yang mengalami cidera saat latihan, Zico yang namanya di coret beberapa hari sebelum latihan, dan Rendy yang bahkan kabarnya hanya mengikuti latihan di klub lokal.
Terlepas dari itu, masih ada sesuatu yang mengganjal saat sesi latihan shuttle run pagi tadi. Secara tak sengaja, mata Brylian menangkap sosok wanita yang bersepeda santai di jalan Dunajska Ulica, tepat berada di arah sebelah kanan lapangan Nogometni Klub Polet.
Kayak gak asing deh; begitulah pemikiran Brylian saat itu, walaupun jarak dari tempat berdirinya dengan tepi jalan itu sekitar 20 meter.
Hanya saja, saat itu Brylian tak ingin konsentrasinya dalam menyiapkan kondisi untuk laga menjadi kacau. Tentu, terlalu memperhatikan orang itu akan sangat-sangat membuang waktu, apalagi menjelang match pertama yang akan mereka lakoni.
"Gak apa-apa bro, match pertama. Next harus lebih baik.." ujar seseorang tanpa diminta, datang lalu duduk di sebelah Brylian yang termenung di bench.
Pratama Arhan, menjadi satu diantara banyak orang baru yang Brylian kenali. Tanpa disangka, malah menjadi orang yang dekat dan sering sekali bertukar cerita dengannya.
"Ngelamun aja lo, Bry."
"Enggak," elak Brylian sambil sesekali merapikan rambutnya yang basah karena keringat. "Lo tadi pagi lihat cewek gak, Han?"
"Hah? gimana?" tanya Arhan tidak mengerti.
"Itu loh di sana," kata Brylian lagi sembari menunjuk jalan yang terlihat sepi dari lalu lalang kendaraan.
"Bry ah jangan macem-macem lo, masa iya mbak Kun nyasar ke Kroasia?"
"Gak nyambung banget lo kalo gue ajak ngomongin cewek."
Sepertinya, memang hanya Brylian yang memperhatikan gadis itu. Walaupun, rasa tidak percaya Arhan juga menggambarkan rasa tidak percaya tentang tidak asingnya gadis itu di memorinya. Siapa ya?
"Mau ikut ke restoran seberang gak? mumpung dikasih waktu coach Shin," ajak Arhan tiba-tiba.
"Siapa aja?"
"Paling gue, Witan sama Supri. Tapi kayaknya yang lain juga sekalian," jelas Arhan. "Gak apa-apa lah, biar rileks. Gak usah terlalu dipikirin, tapi tetep harus jadi bahan belajar buat next match, oke?" sambung Arhan, meyakinkan Brylian akan tawarannya tadi.
Mungkin Arhan benar, kekalahan mereka hari ini hendaknya tidak terus disesali. Mengistirahatkan pikiran dan raga sejenak terdengar seperti ide yang bagus, setidaknya untuk menghibur diri.
✴
Sesuai ajakan Arhan tadi sore. Setelah match benar-benar berakhir dan semua pemain berkemas membersihkan diri, restoran yang tepat berada di seberang lapangan NK Polet itu kini dipenuhi para punggawa timnas beserta para official.Restoran ini langsung berhadapan dengan jalan Dunajska Ulica berlatarkan lahan perkebunan subur milik warga setempat. Angin malam nan dingin membuat beberapa dari mereka mengenakan pakaian agak tebal. Walaupun sudah lama beradaptasi, tetap saja terasa berbeda dengan suhu dingin di beberapa kota di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
love from nowhere || brylian aldama
Fiksi Penggemar-ON HOLD- Mengembara, menelisik setiap jengkal langkah yang tersisa di Kroasia. Mengingat tentang cintanya yang kerap kali bertepuk sebelah tangan, tidak menjadikan Brylian kehilangan asa. Seiring waktu, ia menemukan sesuatu yang terlihat tidak bi...