9. Zagreb

75 6 2
                                    

Ada berbagai alasan yang membawa Lista menginjakkan kaki di Zagreb. Mungkin, hari itu sudahlah cukup. Cukup baginya hari itu kala Brylian benar-benar bersikap seolah bisa mengerti. Lista memang kehilangan keluarga bahagianya. Ketika Brylian datang dengan kondisi hampir serupa, bukan berarti setiap sudut kehidupannya yang sama dengan Brylian harus dibagi.

Lista melirik ponselnya.

"Maaf, Bry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf, Bry."


Seperti tidak diizinkan untuk pergi seorang diri, Zagreb justru mempertemukan Lista dengan seorang Dean Andhika, teman semasa sekolah. Sederhana saja, tiba-tiba akun instagram Lista kedatangan pesan singkat dari Dean yang menanyakan kabar setelah hampir beberapa tahun terpisah dan putus komunikasi.

Lista menaikkan alis kanannya, matanya mengamati pria yang duduk di depannya itu dengan seksama.

"Eh ini bener lo gak sih, De?"

Yang diajak bicara tertawa ringan sejenak, seolah mengerti bahwa berpisah empat tahun lalu yang mana bukanlah waktu sebentar mungkin sangatlah wajar menjadi alasan Lista menanyakan hal itu. "Eike kangen deh sama lo, Ta."

Tubuh agak gempal, dan nada bicaranya yang terdengar seperti perempuan bukanlah hal yang asing bagi Lista. Bukan lagi rahasia jika Dean dahulu seringkali mendapat julukan 'ngondek' oleh teman-teman sekelas.

"Oh bener, deh. Dean si banci."

Waktu terus berjalan, tidak akan ada yang abadi. Begitupun dengan kebiasaan Dean, perlahan menghilang dan bahkan hampir membuat Lista lupa siapa orang yang ada di depannya.

"Lo masih suka cewek kan?"

"Sembarangan, suka lah! Gue masih normal, ya. Gue begini biar lo gak lupa aja gitu sama gue."

Keduanya menghabiskan waktu di lobby sebuah hotel bintang tiga yang berada di antara keramaian kota Zagreb. Dibandingkan dengan penginapannya di Sveti Martin, jelas ini jauh lebih mewah. Bahkan Lista tidak pernah terpikir akan bertemu Dean yang mungkin akan menemaninya di Zagreb untuk beberapa waktu.

"De.."

"Ya?"

"Tapi ini terlalu mewah gak sih? Kemarin gue di Sveti Martin aja cuma book yang gak sampe semewah ini fasilitasnya."

Dean terkekeh Geli. "Eh, Ta. Lo jangan lupa ya, gue masih sultan kayak dulu. Nah berhubung gue juga belum tau mau pulang ke Indonesia kapan, jadi selama gue masih di sini semua biaya hotel lo gue yang tanggung deh."

Suasana kota Zagreb kali ini cukup cerah dengan udara yang sejuk. Gereja St. Mark sebagai salah satu objek dengan nilai historis tinggi di Zagreb tidak pernah sepi dari pengunjung.

love from nowhere || brylian aldamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang