15.

9 2 2
                                    


"Kenapa diam aja? Tumben?" Ujar Bintang dengan tetap fokus menyetir.

"Gausa sok tanya-tanya"

"Apa salahnya coba"

"Gue gak suka"

"Sukain aja dong"

"Turunin gue disini"

"Gausa Ngada Ngada" ucap Bintang mulai serius menatap kedepan.

"Oke gue loncat sekarang juga!" Ancam Caca yang mampu membuat Bintang berhenti dipinggir jalan, membiarkan Caca turun dan pergi.

Tak mengejar, atau hanya sekedar menatapnya. Bintang hanya memilih diam, dan pergi dengan wajah datar kembali kesekolah.

Berjalan ditrotoar sendiri tak begitu buruk, justru membuat hati Caca sedikit hangat. Teringat masa SMP-nya dulu saat sendiri menunggu bus dihalte. Bahkan perlu berjalan kaki dulu sebelum sampai dihalte. Masa dimana dia tak mengenal apapun. Dan itu damai.

Namun awan mulai mendung, gerimis mulai turun perlahan, membuat gadis itu mengeluh.

"Drama banget sih hari ini, ahh i hate rain" keluhnya memilih tetap melangkah meski gerimis sudah menjadi hujan deras.

Caca merasakan anyir dibibirnya, darah segar mengalir dari hidungnya.

"Pukulan itu, hah!"

Sudah hampir lima belas menit Caca menunggu sang Abang. Mimisannya sudah berhenti, tapi tangan dan bajunya terkena bercak darah.

"Dek.. lu dimana..." Teriak Purnama membawa payung dan celingak celinguk mencari Caca. Sedangkan yang dicari duduk santai dibangku taman dengan membiarkan dirinya basah.

"Disini bang"

Dengan kecepatan penuh, Purnama berlari dan mendapati sang adik dengan keadaan mengenaskan.

"Masih bagusan lu jadi gembel dek, daripada kek gini"

"Hm"

"Bodyguard lu mana?"

"Gtw"

"Ohh"

Caca menatap abangnya jengah, tak ada tindakan apapun dari sang Abang ketika mengetahui dirinya seperti itu. Ponsel Caca bergetar, rupanya sang sepupu. Caca segera mengangkatnya.

"Halo"

"Lu dimana ha!"

"Taman"

"Jangan kemana mana! Gue kesana!"

"Hm"

Melihat sang adik enjoy bermain ponsel disaat hujan, membuat Purnama geram dan segera mengambil ponsel Caca.

"Udah dibeliin, gak makasih, malah seenaknya aja" celoteh Purnama, pasalnya ponsel itu Purnama yang membelikan.

"Gak ada cita cita ngasih tuh payung ke gue? Atau khawatir gitu?" Tanya Caca sedikit menekan.

"Ya ampun.. iya gue lupa, ngapain lu hujan hujanan hah! Ya kalau ingusan aja gak masalah entar gue beliin Bodrex sin, tapi ini mimisan, gimana coba! Lu abis ngapain? Gak kayak biasanya, pakek acara mimisan! Lu tuh gak boleh hujan hujanan dek!"

"Lu lupa? Gue gagar otak ringan?"

Riko yang baru sampai sedikit terkejut dengan pernyataan Caca barusan, Purnama sedikit terdiam, raut wajahnya berubah mengerikan. Dia baru teringat mimisan sang adik bukanlah hal biasa.

Melihat perubahan pada raut wajah Purnama membuat Caca sedikit ngeri, pasalnya dia mengingatkan kejadian dimana dia dipukul secara brutal oleh seseorang hingga menyebabkan dia gagar otak ringan.

SelokanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang