Dua Puluh

306 56 5
                                    

Pagi-pagi sekali mereka pergi. Bahkan mentari belum sepenuhnya muncul. Tapi untuk segala kemungkinan yang terjadi, baiknya mereka berangkat sepagi ini.

Menaiki mobil curian, hehe. Selama perjalanan Siyeon tak henti-henti nya mengingatkan yang lain untuk selalu bersama. Jangan pernah memisahkan diri. Jika memang harus, paling sedikit dua orang.

"Heejin. Selama lo ngobrol sama kakek lo nanti, jangan terlalu emosional ataupun gegabah. Kita gak boleh kepancing amarah. Ngerti kan maksud gue?" Tanya Siyeon.

"Dia kakek gue. Gue tahu dia gimana." Tukas Heejin.

"Enggak, Jin. Dia bukan kakek lo. Gue yakin banget lo gak tahu sepenuhnya dia kayak gimana. Tapi dia pasti tahu lo kayak gimana, karena dia yang didik lo. Ibaratnya dia udah tahu kelemahan lo. Satu kosong buat kakek lo." Cerca Siyeon.

"Anjir. Sebenarnya kakek lo tuh siapa sih. Kenapa dia ngelakuin ini semua." Kata Soobin frustasi.

"Tenang. Kita pasti bakal dapet jawabannya nanti. Yang harus kita pastikan sekarang itu, kakek Heejin gak punya kekuatan apapun dan dia masih di rumah." Ucap Jaemin.

"Eh iya juga. Gue gak pernah kepikiran soal itu. Gimana kalau ternyata dia punya kekuatan?" Tanya Hyunjin.

"Udah kali. Yang kalian bicarain itu masih kakek gue. Yah walaupun dia udah ngekhianatin gue. Tapi tetep gak nutup kenyataan kalau dia yang ngerawat gue selama ini." Omel Heejin.

"Dia ngerawat lo karena dia yang ngebunuh orang tua lo. Kalau orang tua lo masih hidup, dia gak mungkin ngerawat lo." Balas Hyunjin.

Heejin menghela nafas sekali.

"Tapi papah gue masih hidup. Orang tua Jaemin juga."

"HAH?"

"Di masa lalu gue, kakek gak bunuh papah dan orang tua Jaemin ada di pihak kakek. Tapi besar kemungkinan mereka masih hidup kan?" Tanya Heejin entah kepada siapa.

"Jadi, lagi-lagi orang tua gue. Haha." Gumam Jaemin di akhiri tawa lirihnya.

Heejin yang duduk di sebelahnya meraih tangan pria itu.

"Gak usah mikir yang aneh-aneh. Ini bukan salah lo." Kata Heejin.

Bohong. Heejin tahu betul alasan orang tua Jaemin berkhianat karena untuk Jaemin. Tapi sekali lagi Heejin mengingatkan diri, ini bukan keinginan Jaemin.

Tindakan yang sangat bodoh kalau sampai Heejin membenci Jaemin yang bahkan tidak tahu kenyataan ini.

"Tapi mereka orang tua gue."

"Jaem. Udah deh. Kita gak ada yang pernah mikir ini salah lo kok. Kita gak bakal sampai benci sama lo." Tukas Jeno cepat.

Jeno semakin muak dengan apa yang difikirkan Jaemin. Selalu saja pria itu menyalahkan dirinya sendiri dan mengira semua orang akan membencinya.

Jaemin menghela nafas pelan tapi Heejin tetap bisa mendengar itu. Dia mengeratkan genggaman tangannya pada pria itu dengan maksud menenangkan, tapi Jaemin justru menarik tangannya dari Heejin dan memasukkannya kedalam saku hoodie.

Dan detik selanjutnya mobil berhenti. Bukan karena mereka sampai, lampu merah ataupun kehabisan bensin. Tapi karena waktu juga berhenti. Heejin menghentikan waktu. Hanya dia dan Jaemin yang tetap bergerak.

"Na." Panggil Heejin.

Jaemin menoleh.

"Jangan mikir macem-macem. Kita gak pernah nyalahin elo. Jangan pernah mikir buat pergi." Tutur Heejin lembut.

"Gimana kalau ternyata ini semua ada kaitannya sama gue?" Tanya Jaemin.

"Gak peduli. Gue sayang sama lo. Yang lain juga. Kita gak akan peduli soal itu. Ini semua juga bukan kehendak lo."

"Kamu bakal terus ada disamping aku kan, Jin?"

"Pasti. Asal kamu juga janji buat stop nyalahin diri kamu sendiri."

Jaemin meluruhkan tubuhnya pada Heejin yang dengan sigap langsung memeluknya. Waktu kembali berjalan. Soobin dan Siyeon yang duduk di belakang mereka kaget bukan main karena seingat mereka, Heejin dan Jaemin tidak seperti ini.

"Heejin ngehentiin waktu kali." Bisik Soobin.

"Ah iya. Bener juga." Balas Siyeon.

Setengah jam kemudian mereka sampai di rumah kakek Heejin. Alasan lain kenapa mereka datang di pagi buta karena takut jika ada yang melihat mereka dan melaporkan pada pemerintah.

Tanpa mengetuk pintu, mereka masuk begitu saja. Aneh. Pintu nya tidak terkunci. Heejin didampingi Jaemin berlari menuju kamar Jinyoung-Kakek Heejin.

Tidak ada orang. Rumah itu kosong.

"Kakek gak ada." Ucap Heejin.

"Heejin?"

Semua menoleh. Di ambang pintu Ryujin berdiri disana. Dan setelah memastikan kalau gadis dengan rambut terikat itu Heejin, Ryujin berlari dan memeluknya erat.

Bahkan Ryujin sampai menangis.

"Lo baik-baik aja kan?" Tanya Ryujin.

Ryujin melepas pelukannya dan menatap badan Heejin meneliti apakah ada luka atau apapun itu.

"Gue gapapa Ryu." Jawab Heejin.

"Lo kemana aja? Semua orang nyari elo. Mereka bahkan buat sayembara yang bisa nemuin elo bakal dapet hadiah. Gue takut lo kenapa-kenapa." Tutur Ryujin masih sambil menangis.

"Ryujin. Liat gue sekarang. Gue masih baik-baik aja. Ada mereka juga."

Ryujin menatap anggota underline yang lain.

"Hwang Hyunjin?" Cicit Ryujin.

"Lo kenal gue?" Tanya Hyunjin.

"Gue temen sd lo dulu yang pernah lo janjiin bakal dibeliin permen karena nangis di gerbang sekolah."

"Lah elo?"

"Makasih ya udah di php in."

Heejin tersenyum miring.

"Ryu." Panggil Heejin.

Ryujin mengalihkan atensinya pada Heejin.

"Lo tahu gak kakek kemana?" Tanya Heejin.

Bahu Ryujin turun begitu saja.

"Setelah berita tentang lo kesebar, kakek di jemput sama pemerintah. Dan sampai sekarang dia belum balik." Jawab Ryujin.

"Oke. Makasih, Ryu. Sekarang gue minta tolong lo pulang. Dan jangan kasih tahu siapapun tentang kita. Lo bisa kan?" Tanya Heejin.

"Apapun bakal gue lakuin demi keslamatan lo." Jawab Ryujin.

Ryujin pergi dari rumah kakek. Setelah Heejin mengunci pintu, mereka berkumpul di ruang tengah.

"Pemerintah pasti nahan dia." Ucap Heejin.

"Bukannya dia sekutu pemerintah?" Tanya Soobin.

"Ah iya. Lupa gue." Jawab Heejin.

"Jin, lo keberatan gak kalau kita geledah rumah lo?" Tanya Siyeon.

"Sama sekali enggak."

"Yaudah ayo mencar kita bongkar rumah ini, siapa tahu ada petunjuk."

Sesuai komando Siyeon, semua langsung berpencar. Heejin dan Jeno masuk ke kamar Jinyoung. Siyeon dan Hyunjin masuk ke kamar Heejin. Soobin dan Jaemin sisanya.

Mengingat rumah Heejin tidak sebesar rumah Jaemin, jadi ruang lingkup nya kecil.

Heejin menemukan satu map usam di atas lemari. Dan Jeno juga dapat map lain di bawah keramik yang sedikit terbuka.

Sisanya nihil.

Setelah pemburuan itu mereka memutuskan kembali ke rumah Jaemin. Menurut mereka satu-satunya tempat paling aman sekarang hanya rumah Jaemin.


.
.
.
.
.

Kemungkinan aku bakal sering update minggu ini. Entah sehari dua kali atau sehari sekali.

Mumpung lagi encer banget otak ini.

Juga karena insyaallah minggu depan aku bakal sibuk banget.

Kalau sempet aku bakal sempetin update.

The Memories of PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang