Dua Puluh Enam

262 46 7
                                    

"Gue gak mau." Tukas Hyunjin bahkan sebelum semua yang ada diruangan itu selesai menaruh pantat mereka.

"Ya lo pikir ada yang mau?" Tanya Jeno sarkas.

"Trus sekarang mau gimana?" Tanya Soobin.

"Tetap jalanin rencana kita." Jawab Siyeon tegas.

"Trus Heejin?"

"Peduli setan sama dia. Dulu dia yang ngekhianatin kita. Jadi sekarang kita yang bakal jadi pengkhianat."

........

"Jadi, lo mau ngirim siapa buat misi besok?" Tanya Renjun ke Heejin.

"Kalau enggak Soobin ya Jeno." Jawab Heejin.

"Kenapa gak Jaemin? Dia telekinesis kan? Kekuatannya  pasti berguna banget buat besok." Usul Sunwoo.

Raut serius yang Heejin tunjukkan berubah menjadi raut ragu. Dan Sunwoo sadar itu. Helaan nafas kesal langsung terdengar dari Sunwoo.

"Buang perasaan lo,Jin. Misi kita lebih penting buat sekarang." Cerca Sunwoo.

"Gue cuman takut."

"Jadi cuman Jaemin yang lo pikir? Lo gak mikirin gimana gua sewaktu lo milih gue buat berangkat misi besok?" Tanya Sunwoo emosi.

Sunwoo adalah manusi yang tidak suka dengan hal monoton. Setiap harinya harus ada perubahan agar tidak membosankan. Tapi kali ini, Sunwoo benci itu. Sunwoo benci dengan perubahan Heejin.

"Bukan gitu, Woo. Jaemin itu beda."

Renjun, Felix dan Aisha yang juga ada diruangan remang itu saling melirik dengan tatapan mengejek. Sudah faham betul kalau sebenarnya rapat kali ini bukan tentang rencana mereka, melainkan tentang perasaan ketua dan wakil ketua mereka.

"Jangan egois, Jin." Sentak Sunwoo tajam.

Heejin hanya berdecak pelan saat Sunwoo memilih pergi setelah mengatakan hal semenyakitkan itu.

Aisha menaruh bungkus snack yang dia makan di atas paha Felix lalu mendekat ke arah Heejin.

"Gue gak tau terjadi apa antara lo sama Jaemin. Tapi buat sekarang tolong lo singkirin perasaan lo. Misi kita lebih penting. Nyawa taruhannya. Kasihan Sunwoo kalau lo ngirim bocah yang kekuatannya gak ada gunanya kayak Jeno—"

"Lo ngomong lagi, gue pastiin detik berikutnya lo tinggal nama. Mereka juga teman gue."Ancam Heejin pada Aisha

Aisha bungkam. Heejin menatap tajam ke arah Aisha lalu pergi. Dia melewati ruangab dimana Underline berada. Heejin menggigit bibir bawahnya. Dan kaget saat pintu itu dibuka dari dalam.

Jeno yang membuka pintu hanya tersenyum kecil.

"Kenapa gak masuk?" Tanya Jeno.

Heejin terkekeh pelan lalu menggeleng.

"Gak ada kepentingan." Jawab Heejin ketus.

Baru beberapa langkah Heejin berjalan, dia memutar langkahnya kembali ke arah Jeno.

"Oh iya, besok jam lima pagi suruh Jaemin ke lapangan. Gue bakal ngirim dia buat misi besok." Tutur  Heejin.

Tanpa mendengar jawaban Jeno, Heejin berlalu begitu saja.

The Memories of PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang