Sebelas

319 66 9
                                    

"Kalian hati-hati ya. Hyunjin, lo jagain Siyeon." Ucap Jeno yang dibalas anggukan oleh kedua orang yang namanya tadi ia sebut.

Tubuh Siyeon berubah dalam sedetik. Kini dia sedang menduplikasi salah satu senior di tempatnya berkerja.

"Wow. Cantik bener." Puji Jaemin.

"Sumpah gue merasa bersalah sama kak Eunseo." Ucap Siyeon.

"Oh, namanya Eunseo." Gumam Jaemin lagi.

"Kenapa sih Jaem? Demen ya lo?" Cerca Heejin tepat di sebelah Jaemin.

"Enggak sayang."

"Buaya."

"Yaudah. Gue sama Siyeon berangkat sekarang. Kalian juga jaga diri baik-baik." Ucap Hyunjin lalu pergi berlalu bersama Siyeon.

Dari depan pintu rumah Jaemin, mereka melihat Hyunjin yang menghilang. Rencananya mereka berdua akan berbelanja di pasar dekat rumah Jaemin. Tentu saja dengan penyamaran.

Dan Siyeon merupakan ahlinya. Hyunjin sendiri bertugas mengawasi Siyeon dengan tubuhnya yang transparan.

Kenapa hanya berdua? Karena menurut Siyeon, akan repot jika terlalu banyak orang yang ikut. Dan juga, jika tiba-tiba terjadi sesuatu pada Siyeon dan Hyunjin setidaknya masih ada empat orang yang akan menyelamatkan keduanya.

Dan keempat orang itu kini tengah duduk berjejer di lantai dan bersandar pada tembok.

"Jin." Panggil Jaemin.

Heejin menoleh.

"Hm?"

"Gue boleh minta tolong?"

"Apaan?"

"Bisa gak lo liat masa lalu di rumah gue?"

Kini semua atensi terfokus pada Jaemin.

"Jaem lo—"

"Iya gue tahu ini bukan waktu yang tepat. Tapi gue cuman pengen tahu kemana orang tua gue? Kenapa saat gue bangun tidur rumah udah kosong?"

Heejin mendekati Jaemin dan memegang pundak Jaemin dari samping.

"Tapi gue minta lo janji satu hal. Jangan paksa gue buat cerita kalau bukan gue sendiri yang mau cerita." Ucap Heejin serius.

"Trua gunanya gua minta tolong sama lo apaan?"

"Jaem. Denger. Gue tanya dulu. Lo siap denger apapun kemungkinan yang bakal terjadi?"

Jaemin mendadak gusar. Mendengar pertanyaan Heejin membuatnya ragu. Tapi Jaemin benar-benar ingin tahu kemana orang tua nya.

"Gue siap Hee."

Heejin menghela nafas sekali. Lalu memejamkan matanya. Tangan nya terangkat membuka penutup matanya. Lalu secara perlahan dia membuka matanya.

Senyum simpul muncul di wajah Heejin saat melihat Jaemin kecil berlarian bersama orang tua nya. Tapi aneh. Dari raut wajah orang tua Jaemin jelas terlihat kalau mereka ketakutan.

"Pah, malam ini Jaemin bobo sama mamah ya. Mamah Jaemin pinjem dulu."

Heejin tertawa mendengar penuturan Jaemin kecil. Jangan lupakan wajah polosnya itu saat mendorong sang papah memasuki kamar dan menutupnya dari luar. Lalu menarik tangan mamah nya untuk dia ajak ke kamarnya sendiri.

Soobin, Jeno dan Jaemin mulai terbiasa saat pintu terbuka dan tertutup sendiri. Bahkan saat waktu yang awalnya pagi kini menjadi malam.

Bari saja Heejin hendak ikut masuk ke kamar Jaemin, papah Jaemin keluar dengan wajah penuh keringat. Dengan baju yabg berbeda. Heejin mengamati dengan pasti. Seperti pernah melihat nya.

The Memories of PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang