Empat

364 68 5
                                    

"Anjing kenapa gak ada yang ngangkat sih." Gerutu Siyeon.

Setelah tragedi seprei, tiba-tiba Heejin pingsan. Beruntung Heejin pingsan di atas ranjang, jadi mudah. Tapi masalahnya sudah satu jam dan Heejin belum sadar juga. Siyeon jadi khawatir.

Siyeon sudah mencoba menghubungi yang lain. Tapi tak ada yang mengangkatnya. Dan dia mencoba lagi menghubungi Hyunjin.

"Angkat Jin." Gumam Siyeon.

"Halo Yeon."

"Sayang ku Hyunjinnn." Pekik Siyeon penuh suka cita.

"Kenapa?"

"Ke rumah gue sekarang. Heejin pingsan. Cepet."

Siyeon segera mematikan sambungan ponselnya sebelum Hyunjin protes atau banyak bertanya.

Siyeon kembali berusaha membangunkan Heejin yang terlihat snagat tentram dalam pingsannya.

"Jin bangun. Lo pingsan atau mati sih anjir." Kesal Siyeon.

Siyeon itu khawatir bukan main. Takut terjadi hal yang buruk. Gerutuannya terus terdengar sampai ke empat anggota underline datang.

"Buset. Kenapa yang dateng rombongan gini." Ujar Siyeon saat keempatnya datang dengan rusuh.

"Cewek cantik, pingsan aja ayem lihatnya." Lirih Jaemin dengan tatapan berbinar.

"Dasar buaya. Ini Heejin pingsan udah satu jam an gak bangun-bangun." Ucap Siyeon takut.

"Kenapa bisa pingsan?" Tanya Jeno sambil mengelus kening Heejin.

"Gara-gara seprai." Jawab Siyeon.

Semua diam.

"Maksudnya?" Tanya Soobin bingung.

"Dia ngelihat sepreinya tuh gambar dora. Padahal seperti yang kalian lihat, seprei gue warna item. Dan seprei dora itu udah dibuang sama nyokap pas gue umur 10 tahun." Jelas Siyeon.

"Trus ini gimana? Jen, lo bisa baca pikiran Heejin gak?" Tanya Hyunjin.

"Gila kalo lo. Lagi pingsan gini." Soobin mendorong kepala Hyunjin pelan

"Coba lo tampar Bin." Usul Hyunjin lagi, dan kali ini bukan hanya Soobin tapi yang lain ikut memukul Hyunjin.

"Lo aja sini gue banting." Tutur Soobin kalem.

"EH HEEJIN MATANYA KEDER." Teriak Jeno tiba-tiba.

Mendengar itu, mereka lantas mendekat ke arah Heejin. Dan benar saja, tak lama Heejin membuka matanya. Heejin berusaha bangun dibantu Jeno dan Siyeon dari kanan dan kiri.

"Masih pusing Jin?" Tanya Jaemin.

Heejin mengangguk. Mereka memilih diam membiarkan Heejin baikan. Setelah dirasa Heejin audah baik-baik saja, Siyeon bertanya.

"Jin, seprei gue warna item kan?" Tanya Siyeon pelan.

Heejin menoleh ke arah Siyeon. Dan terjengit saat menatap ke arah seprei yang masih bergambarkan dora itu.

"INI KENAPA GAMBARNYA DORA TERUS SIH. MANA KEPALA MONYETNYA GUE DUDUKIN." Teriak Heejin frustasi.

"Heejin mabok ya? Orang sepreinya warna item kok." Ucap Hyunjin bingung.

"Diem deh lo. Bacot banget." Omel Heejin.

Heejin menoleh ke kanan dan kiri bingung.

"Yeon. Coba lo sebutin apa aja yang lo lihat." Suruh Heejin dengan nada tidak sabar.

Siyeon segera melihat sekitar.

"Lemari trus—"

"Ada poster doranya kan?" Potong Heejin.

"GAK ADA HEEJIN. STOP SEBUT DORA TERUS." Teriak Siyeon yang malu.

"TAPI INI MASALAHNYA KAMAR LO YANG GUE LIHAT ISINYA DORA SEMUA NJIR. PINTU LO ADA GANTUNGAN BONEKA MONYETNYA DORA. MEJA LO ADA FOTO EDITAN LO BERTIGA SAMA DORA SAMA MONYET. KORDEN LO GAMBAR DORA. BONEKA—"

"TAPI SEMUA BARANG DORA DORA AN ITU UDAH DI BUANG NYOKAP, JEON HEEJIN!!"

Hening.

"Sekarang jam berapa?" Tanya Heejin yang sedang memelototi jam dinding bergambar dora di atas lemari berposter dora milik Siyeon.

Kelimanya refleks melihat jam tangan mereka. Dan semuanya kompak membelalak kaget.

"Kok ini jam 11 malem? Bukannya kita kesini baru jam 9 pagi an ya." Turur Jeno bingung.

"Sekarang tanggal berapa?" Tanya Heejin lagi yang kali ini sedang menatap kalender bergambar dora diatas nakas Siyeon.

Semua langsung membuka ponsel. Dan langsung menutup mulut bingung.

14 November 2010

"Ini hari ulang tahun gue yang ke 10 tahun." Lirih Siyeon.

"Gimana bisa kalender hp gue jadi tahun 2010 gini. Jin ini ada apaan?" Tanya Hyunjin heboh.

Heejin tersenyum tipis dan menyadari. Mereka sedang kembali ke masa 10 tahun lalu. Tapi hanya Heejin yang bisa melihat. Sedangkan yang lain terkena dampaknya.

Pintu kamar Siyeon terbuka. Semua terpekik kaget.

"Siapa yang buka pintunya?" Tanya Jaemin.

Heejin menaikkan alisnya saat melihat dua orang dewasa masuk. Si pria menggendong seorang anak perempuan. Pintu kembali ditutup oleh si wanita.

Semua kecuali kini terpekik kembali.

"SIAPA YANG TUTUP PINTUNYA? JIN LO JANGAN DIEM AJA." Teriak Hyunjin yang mulai ketakutan.

Heejin tetap diam. Gadis itu sedikit menggeser tubuhnya saat si pria menurunkan perempuan kecil dalam gendongannya untuk duduk di sebelahnya.

"Besok Siyeon bakal lupa segalanya termasuk aku. Kamu jaga dia baik-baik. Kalau dia udah ingat, sampaikan maafku."Tutur si pria yang kentara akan rasa sedih. Lalu berjalan menjauh

"Papah, Siyeon ikut. Mah, ayo ikut papah." Tangis perempuan kecil di sebelah Heejin.

Heejin diam sesaat. Dia mencoba fokus dan tidak menghiraukan teriakan teman-temannya karena pintu kamar Siyeon kembali terbuka dam tertutup sendiri.

Dan Heejin mendapatkan jawaban. Dia sedang melihat masa lalu Siyeon. Perempuan kecil disebelahnya adalah Siyeon. Keringat dingin mulai mengucur dari pelipis Heejin.

"Siyeon tidur ya. Besok kamu harus bantuin mamah beres-beres. Ayo tidur." Bisik mamah Siyeon lembut.

Walau lembut, tapi airmata terus mengalir dari matanya. Tak beda jauh dari Siyeon kecil. Walau dia belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"AKH!!" Suara teriakan terdengar dari luar rumah.

Heejin dengan tergesa turun dari ranjang. Yang lain hanya menatap Heejin bingung. Heejin terpekik takut saat melihat papah Siyeon terkapar tak berdaya setelah satu tembakan postol menembus dadanya.

Heejin melihat mamah Siyeon berusaha memeluk Siyeon kecil yang menangis mendengar teriakan sang papah. Heejin kembali dibuat terpekik saat orang-orang yang tadi menembak papah Siyeon kini membakar jasad itu.

Heejin duduk dengan airmata mengalir. Dia takut. Sangat. Heejin mengedipkan matanya berkali-kalu berusaha kembali ke masa kini. Tapi tak berhasil.

"KENAPA GAK BISA?" Teriak Heejin.

"Jin, lo kenapa?" Tanya Jaemin sembari memgangi Heejin yang sudah seperti kesetanan.

"Tolong Jaem. Takut. Gue gak bisa balik ke masa kini." tangis Heejin pecah di pelukan Jaemin.




.
.
.
.
.
.
.
.



Agak sadis ya wkwk

The Memories of PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang