Dua Puluh Tiga

310 57 11
                                    

Part | 23

Soobin berjalan santai dari kamarnya menuju dapur. Saat melewati ruang tv, dia melirik jam dinding sekilas. Ternyata sudah dini hari.

Pantas saja dia meresa kedinginan. Bukan tanpa alasan dia terbangun pada dini hari seperti sekarang. Hanya satu alasan. Dia kelaparan.

"Siyeon?" Panggil Soobin saat melihat ada perempuan dengan rambut terurai berdiri di sebelah kompor yang kini membelakanginya.

Tanpa harus melihat wajahnya pun Soobin sudah tahu kalau dia Siyeon.

"Oh elo, Bin. Kok bangun? Laper ya?" Tanya Siyeon yang sudah hafal kelakuan Soobin.

"Ya gitu." Jawab Soobin setelah berdiri di sebelah Siyeon.

Soobin hanya menggunakan kaos gandul?(Indonesia nya kaos gandul apaan sih?) Jadi saat lengannya tidak sengaja bersinggungan dengan rambut Siyeon, Soobin agak terkejut.

"Lo abis keramas?" Tanya Soobin.

"Iya. Gara-gara Jeno sih. Abis keramas eh laper. Lo mau gue masakin mi sekalian?" Tanya Siyeon lalu menoleh ke arah Soobin.

Mata Soobin langsung menangkap luka di bibir atas Siyeon dengan sedikit darah yang agak kering.

"Bibir lo luka." Ujar Soobin pelan.

Siyeon tersenyum.

"Iya. Jeno suka banget gigit bibir atas gue. Kalau lo dulu kan suka nya gigit yang bawah." Balas Siyeon dengan maksud bercanda.

"Mau gue gigit lagi? Biar pas atas bawah luka semua."

"     "

"Boleh gak gue anggep diem lo itu berarti iya?"

Dan detik selanjutnya, Soobin langsung mendekatkan wajahnya sambil menarik pinggang Siyeon untuk mempermudah kegiatannya melukai bibir bawah Siyeon.

Sudah lama sekali sejak terakhir kali Siyeon merasakan bibir Soobin. Dan rasanya masih semanis dulu.

"Akh." Ringis Siyeon pelan saat Soobin akhirnya berhasil memberi luka baru pada bibirnya.

Setelah melepas tautan mereka, Soobin terkekeh geli melihat darah dibibir Siyeon lalu melapnya menggukan jari nya.

"Sakit." Rengek Siyeon.

"Sorry deh. Abis keenakan gue nya." Kata Soobin.

"Perih, Bin." Rengek Siyeon lagi.

Soobin sedikit menundukkan kepalanya untuk meniup bibir Siyeon.

"Udah-udah. Gue mau masak mie dulu." Ucap Siyeon sembari mendorong Soobin pelan.

"Lo kedinginan gak sih, Yeon?" Tanya Soobin.

Siyeon tergelak pelan.

"Lo yakin tanya itu ke gue?"

"Jawab iya kek. Kan mau gue peluk dari belakang gitu."

"Alah pencitraan. Peluk tinggal peluk sih."

Soobin terkekeh pelan lalu melakukan apa yang dia katakan tadi. Memeluk Siyeon dari belakang. Kapan lagi Siyeon akan semanis ini. Sebenarnya Siyeon memang seperti ini saat tidak bersama Jeno.

Alasan Soobin mau bergabung dengan underline pun bukan lain dan tidak lain ya Siyeon. He loves her. But another man stole her.

Mereka diam dengan kegiatan masing-masing sampai suara bising barang jatuh terdengar dari ruang rapat.

Soobin langsung bergegas pergi dan Siyeon juga langsung menyusul setelah mematikan kompor. Keduanya terdiam melihat Jaemin berdiri di tengah ruangan rapat yang agak remang karena hanya lampu di meja saja yang menyala.

"Jaem?" Panggil Siyeon.

Tak ada jawaban hingga beberapa saat. Jaemin tetap diam dan berdiri tegak di tempatnya.

Siyeon dan Soobin saling melirik bingung.

"Jaemin. Lo ngapain disini?" Tanya Siyeon lagi.

Jaemin menoleh sambil mengusap matanya.

"Lah. Gue ngapain disini?" Tanya Jaemin.

"Waras lo? Lo yang kesini sendiri juga. Ngapain tanya balik." Cerca Soobin yang bingung bukan main dengan perilaku Jaemin.

"JAEMIN!"

Heejin berjalan memasuki ruang rapat lalu menepuk bahu Jaemin pelan.

"Sekarang makin kebiasaan ya tidur nya sambil jalan-jalan." Omel Heejin.

Siyeon mengerutkan keningnya. Ditatapnya Jaemin dan Heejin bergantian.

"Yuk. Balik ke kamar. Lama-lama gue iket juga lo di kasur." Ancam Heejin sambil menarik Jaemin.

"Tunggu dulu. Sejak kapan Jaemin punya kebiasaan tidur sambil jalan?" Tanya Siyeon.

"Emangnya itu bukan kebiasaan nya Jaemin? Sejak kita sekamar, dia udah gitu kok." Jawab Heejin.

"Jaem?" Tanya Siyeon.

"Gue gak tahu." Jawab Jaemin.

Keadaan menjadi hening selama beberapa saat.

"Yaudah, kalian buruan tidur. Besok kita harus berangkat lagi." Ucap Siyeon akhirnya.

Sebenarnya Siyeon hanya ingin segera pergi ke kamar dan memikirkan banyak hal. Banyak hal janggal yang mulai terjadi sekarang. Dan itu sudah mulai tidak wajar.

Tanpa protes panjang, mereka langsung mengikuti perintah Siyeon. Selain kekuatan, mereka juga butuh tenaga. Dan sumber dari tenaga itu salah satunya adalah tidur.

Heejin sedang menutup pintu saat Jaemin berdiri di sisi ranjang. Heejin menatap pria itu dalam diam. Meunggu kegiatan apa yang selanjutnya akan Jaemin lakukan.

Tapi nihil. Sampai setengah jam lamanya. Jaemin hanya berdiri dengan tatapan kosong.

Karena terlalu lelah, Heejin menghampiri Jaemin dan memeluknya dari belakang. Mengusap perut rata pria itu dan menempelkan pipinya pada punggung Jaemin.

"Jaem, ikhlas ya. Jangan terlalu difikirin. Gak baik buat kesehatan. Dia sahabat kita, walaupun pengkhianat dia tetep sahabat kita." Tutur Heejin.

"Gue gak akan sanggup kalau harus bunuh dia."

"Lo harus, Jaem. Untuk sekarang jangan lo fikirin ya. Kita tidur dulu. Lo harus sehat. Kita harus sehat."

Jaemin menghela nafas sekali lalu menuruti perkataan Heejin untuk tidur.

Sebenarnya Jaemin memang punya kebiasaan tidur sambil berjalan. Tapi itu hanya akan muncul saat dia benar-benar stres atau tertekan.

Disatu sisi ada program utama topline yang sampai sekarang masih menjadi mIsteri Dan disatu sisi ada pengkhianat.

Dan Sejak berdirinya underline, Jaemin mendapat tugas dari Siyeon untuk membunuh setiap pengkhianat di underline.

Jaemin setuju setuju saja karena berfikir kalau itu tidak mungkin. Tapi sekarang itu terjadi.

Jaemin tidak tahu haruskah dia membunuhnya atau tidak.

Apa siyeon tahu kalau ada pengkhianat diantara mereka?

Bagaimana bisa Jaemin tega dan ikhlas membunuh Heejin?




.
.
.
.
.
.
.

Terbuka satu rahasia tanpa harus susah susah aku bikinin plot. Karena aku lagi mager gaes mikir plot twist.

The Memories of PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang