Dua

420 74 10
                                    

"Kayaknya kalian salah orang. Gue gak bisa. Yang kalian butuhin itu psikometri. Bukan gue." Ungkap Heejin nyaris frustasi.

Ini bukan urusannya dan dia terseret ke masalah ini. Terlebih sebuah fakta yang menyatakan kalau dia buronan yang standarnya bukan lagi negara, tapi buronan dunia. Hidup Heejin benar-benar tidak akan tenang mulai sekarang.

"Psikometri cuman bisa lihat masa lalu dari sebuah benda Jin." Tukas Jaemin.

"TAPI GUE GAK BISA LIHAT MASA LALU ANJING!" Teriak Heejin.

"Belum. Lo belum bisa. Bukannya gak bisa. Kita bakal bantu lo." Ucap Jeno.

Heejin mengerang frustasi.

"Sebenarnya kalian mau liat masa lalu siapa sih?" Tanya Heejin.

"Lo pasti ngalamin ini. Hilang ingatan diumur sepuluh tahun. Pagi hari pas bangun tidur udah gak inget apa-apa." Jawab Jeno.

Heejin menatap kelimanya bergantian.

"Bisa disebut kita kayak manfaatin lo Jin. Karena apa yang kita cari itu beda-beda. Dan gue yakin lo pasti juga butuh alasan buat suatu hal." Ujar Jaemin menatap Heejin dalam.

Sudahkan Heejin katakan kalau dia lemah pada pesona Jaemin? Jadi tanpa sadar gadis itu mengangguk.

"Welcome to the underline girl." Ucap Jaemin riang.

"Underline?" Cicit Heejin.

"Kita dibawah jalur dunia." Jawab Hyunjin sambil tertawa.

"Jin, lo harus pindah kesini." Tutur Soobin.

Heejin melotot.

"Yang bener aja anjir. Tinggal serumah sama cowok segini banyaknya?" Ucap Heejin nyaris teriak.

"Tenang sayang. Kita gak akan ngapa-ngapain lo kok." Balas Jaemin genit.

"Bukan. Bukan gitu. Takut gue yang khilaf. Mana ganteng semua tai." Tutur Heejin.

"Ternyata lo juga ngerasain apa yang gue rasain ya Jin." Balas Siyeon penuh haru.

Sudah satu tahun lebih Siyeon jadi satu-satunya diantara empat pria ini. Banyak hal yang mampu membuatnya frustasi saat menghadapi keempatnya yang selalu kumat disaat bersamaan. Tenang rasanya dia akan punya teman.

"Heejin." Panggil Jaemin.

"Ya?" Jawab Heejin.

"Gue anter lo pulang sekarang. Besok gue jemput lagi dan lo udah harus siap buat pindahan." Lanjut Jaemin.

"Gimana cara gue ngomong ke kakek?" Gumam Heejin.

"Apapun itu Jin. Tapi jangan bawa-bawa underline." Peringat Jaemin.

Heejin hanya mengangguk pasrah. Lalu kembali mengekori Jaemin. Heejin hanya terdiam selama di dalam mobil. Pikiran gadis itu sedang berkeliaran mencari alasan yang hendak dia pakai nanti agar kakeknya tidak curiga.

"Jin, kenapa diam aja? Mikirin apaan?" Tanya Jaemin yang mulai risih.

Rasanya dia seperti sendirian di dalam mobil padahal ada presensi lain disana.

"Gue harus alesan apa ke kakek." Balas Heejin pelan.

Jaemin tertawa. Dan di liriknya Heejin sebentar.

"Lo kerja dimana Hee?" Tanya Jaemin.

Memang sangat out of topic. Tapi Jaemin punya rencana jika jawaban Heejin menyokongnya.

"Di perpustakaan kota." Jawab Heejin.

"Kalo gitu bilang aja sama kakek lo, kalo ada peraturan baru yang ngewajibin karyawan perpustakaan nginep disana. Buat ngejaga buku lebih maksimal." Usul Jaemin.

The Memories of PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang