Dua Puluh Dua

339 63 18
                                    

Part | 22

"Kalo gak kuat bilang ya. Jangan terlalu maksain diri kamu." Ucap Jaemin sembari mengelus surai hitam milik Heejin yang masih basah karena beberapa menit yang lalu gadis itu keramasi.

"Aku tahu kok Jaem, kapan dan dimana aku harus berhenti. Aku gak bakal buat kalian kerepotan karena aku maksain diri. Kamu tenang aja." Balas Heejin.

Tak lama terdengar tawa nyaring dari bangku belakang Jaemin dan Heejin. Pelakunya adalah Siyeon dan Soobin.

"Kalian berdua beneran udah jadian?" Tanya Siyeon.

Bukan tanpa alasan Siyeon tertawa dan bertanya demikian karena sungguh, gadis cantik itu merasa geli mendengar percakapan manis dipagi hari antara Jaemin dan Heejin.

"Enggak ada kayak begituan..." Ucap Jaemin.

"...Tapi Heejin punya gue." Lanjut Jaemin.

"Bangsat bucin." Ejek Soobin.

Jeno tertawa paling keras mendengar ejekan itu. Sebenarnya bukan itu alasan dia tertawa. Tapi Hyunjin. Sungguh jika kalian memiliki kekuatan seperti Jeno, kalian akan tahu apa yang Hyunjin fikirkan sekarang.

"Gaes, ada masalah." Ucap Jeno diiringi memelannya laju mobil yang mereka tumpangi.

"Rumah Soobin rame banget." Gumam Hyunjin.

"Felix?"

Semua refleks menoleh ke arah Heejin. Dan mengikuti kemana arah pandangan gadis itu. Dan ya. Ada Felix disana. Pemuda tampan dengan suara husky itu tengah berdiri tepat di delan rumah Soobin bersama banyak orang yang lain.

Dan beberapa detik setrlahnya, Felix menoleh. Ke arah mobil mereka. Lalu senyuman miring muncul di bibirnya.

"Kita pergi sekarang." Ajak Siyeon.

Semua setuju. Baru saja mobil mereka mundur beberapa meter, sebuah tembakan berhasil mengenai ban mobil depan. Lalu disusul dengan tiga tembakan lain yang berhasil juga mengenai ban lainnya.

Mereka panik bukan main. Terlebih sekarang mobil mereka dikepung di seluruh sisi oleh pria berjas hitam dan badan yang kekar.

Felix muncul dari balik kerumunan itu. Dan menodongkan pistolnya ke arah mobil.

"KELUAR!" Teriak Felix.

"Jangan." Cegah Hyunjin.

"Mata lo jangan. Entar kalau kita di tembak gimana?" Tanya Soobin.

"Kan ada elo Bin." Balas Hyunjin.

"Masalahnya posisi gua sekarang itu dibelakang kalian. Kalau gue pindah otomatis ini mobil bakal goyang dan mereka bisa aja ngartiin itu sebagai ancaman. Salah-salah mereka narik pelatuknya." Jelas Soobin.

"Kita keluar. Mereka bukan dari pemerintah." Ucap Heejin lalu membuka pintu mobil.

Semua terdiam. Terlebih saat melihat Heejin menhampiri Felix dan memeluk pria itu. Jaemin ikut turun dari mobil lalu menarik Heejin dari pelukan Felix.

Tak lama anggota underline keluar.

"Gue tau kalian pasti bakal kesini. Jadi, sekarang kalian ikut kami." Ucap Felix.

"Kami?" Tanya Heejin sembari melirik semua bodyguard-bodyguard itu.

"Nakyung." Panggil Felix.

Tiba-tiba bodyguard itu hilang satu persatu. Dan salah satunya berubah menjadi gadis cantik yang mereka semua tahu memiliki kekuatan yang sama dengan Siyeon.

"Kekuatan lo?" Tanya Siyeon.

"Lo juga bisa kok. Entar gue ajarin." Jawab Nakyung.

Sekarang mereka berdelapan masuk ke dalam mobil Felix. Dan pergi ke rumah Heejin.

"Ngapain ke rumah gue?" Tanya Heejin.

"Rumah kita." Sela Felix.

"Iya. Rumah kalian berdua." Kata Jaemin ketus.

Felix ngelirik Jaemin melalui spion.

"So, its that you? Heejin's boyfriends?" Tanya Felix.

"No Felix. He is not my boyfriend..." Potong Heejin saat Jaemin hendak membuka mulutnya.

"...He is mine." Lanjut Heejin.

"Yeah. I see." Komentar Felix diselingi kekehan pelan.

Akhirnya mereka sampai di rumah Heejin dan Felix. Saat masuk, Felix langsung membawa mereka ke kamar Jinyoung.

"Kakek masih di tahan sama pemerintahan. Karena mereka fikir kakek ikut berkhianat seperti kalian." Ucap Felix.

"Maksudnya?" Tanya Siyeon.

"Siwon, Yoona dan Chanyeol. Mereka masih hidup." Ucap Nakyung.

"Trus maksudnya kita berkhianat?" Tanya Siyeon lagi.

"Kalian inget tragedi pembantaian penyihir besar-besar an beberapa hari lalu?" Tanya Nakyung.

"Ya ingetlah."

"Mereka yang dibunuh sebenarnya ekang udah meninggal. Mereka itu cuman klonningan yang dibuat sama anggota Topline." Jelas Nakyung.

"Bisa jelasin lebih rinci? Gue sama anggota gue gak faham."

"Kakek bukan pengkhianat. Justru dia yang dikhianati. Kakek yang bentuk Topline dengan tujuan melindungi negara dan kerjasama sama pemerintah. Pemerintah gak pernah ada masalah sama kaum kita. Topline yang buat."

"Topline mangkir dari tujuan aslinya. Kalian pasti tahu kan tujuan topline itu apa? Menguasai negara. Apa kalian gak sadar arti dari tujuan itu? Mereka gak mau hidup berdampingan sama manusia biasa."

"Jadi maksud lo, semua kekacauan ini yang buat Topline?" Tanya Soobin.

"Ya. Semua rumor buruk tentang pemerintah. Justru pemerintah itu ngelindungin para penyihir. Karena pemerintah takut topline bakal memepengaruhi mereka kalau para penyihir keluar bebas dan ketemu sama kloningan topline. Seperti kalian." Jelas Felix.

"Dan selain ketiga anggota topline tadi, anggota yang lainnya juga hidup. Tapi klonningannya. Mereka bertiga buat klonningan anggota yang lainnya."

Jujur saja, anggota underline tidak sanggup berucap lagi. Benar-benar diluar ekspektasi mereka selama ini.

"Dan salah satu diantara kalian itu juga klonningan. Lebih tepatnya program utama topline. Salah satu diantara kalian bukan manusia. Tapi program buatan."

"Siapa?" Tanya Jeno.

"Belum tahu. Karena dia satu-satunya program topline yang paling sempurna. Bahkan bisa tumbuh dan menua layaknya manusia pada umumnya." Jawab Nakyung.

"Dan sebenarnya, anggota topline bisa tahu segala rencana kalian dari dia. Mata nya itu milik topline, telingannya juga." Lanjut Felix.

.
.
.
.
.
.
.

Ayok tebak siapa

The Memories of PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang