Sembilan

327 62 8
                                    

Heejin menatap Hyunjin bingung. Wajahnya pucat pasi. Raut ketakutan nampak jelas disana. Heejin beralih pada genggaman tangan mereka. Hyunjin menggenggamnya kian erat.

Ingin sekali Heejin bertanya, tapi itu mustahil. Heejin sedikit menggoyangkan tangan Hyunjin. Akhirnya Hyunjin berani membuka matanya, walau kembali lagi harus bersitatap dengan mata bule milik Felix.

"Mereka gak disini. Mendingan lo jagain tempat anak underline disekap, takutnya mereka udah disana." Ucap Felix.

Hyunjin melotot. Sungguh, dia tahu betul seperti apa kekuatan Felix yang sebenarnya. Tapi apa ini? Bukankah mata mereka tadi saling menyorot?

Nakyung mengangguk dan pergi dari sana. Heejin tersenyum simpul lalu melepas ganggaman tangan Hyunjin.

"Thank you Felix." Ucap Heejin.

"Your welcome sweetheart. Udah sana ikutin si Nakyung." Balas Felix lalu segera pergi dari sana.

Heejin menjulurkan tangannya agar Hyunjin menggenggamnya. Hyunjin segera menggenggam tangannya dan dia ikut menghilang.

"Gue jelasin nanti." Tukas Heejin saat Hyunjin sudah siap membombardirnya dengan banyak pertanyaan.

Mereka sedikit berlari untuk mengejar Nakyung. Beruntung sekali Hyunjin tidak ikut tertangkap, kekuatannya sangat berguna. Nakyung tidak menyadari kehadiran keduanya.

Mereka berdiri di belakang Nakyung saat di dalam lift. Dan itu digunakan Heejin untuk mengejek gadis itu. Bagaimana pun, dia kesal karena Nakying menggunakan wajahnya. Lift berhenti di lantai 10. Hyunjin dan Heejin terus mengikuti kemanapun Nakyung pergi.

Dan mereka tiba disebuah ruangan. Heejin memperhatikan Nakyung yang membuka pintu berkode itu. Dan pintu itu hanya bisa dibuka dengan mendeteksi mata. Pintu terbuka.

Heejin dan Hyunjin segera ikut masuk. Keduanya refleks menahan jerit saat melihat keadaan teman mereka. Melihat itu membuat Heejin ingin menghentikan waktu hidup semua anggota pemerintah.

Jeno tersenyum miring saat tahu kalau Heejin dan Hyunjin kini berada di ruangan yang sama dengannya. Heejin menatap Jaemin sambil menggigit bibir bawahnya.

Hyunjin melepas genggaman tangan Heejin. Kini tubuh keduanya kembali terlihat. Nakyung tidak menyadari itu karena dia membelakangi keduanya. Hal itu menjadi kesempatan Heejin untuk menghentikan waktu. Kini hanya anggota underline yang dapat bergerak.

Heejin segera berlari menghampiri Nakyung dan mencari kunci borgol yang mungkin ada pada Nakyung. Dan Heejin hanya menemukan satu kunci. Itu kunci pintu. Tapi tetap harus dicoba kan?

Heejin dengan tergesa menghampiri Jaemin. Dengan tangan bergetar, Heejin mencoba membuka gemboknya. Tapi nihil.

"AAAKKHH!" Teriak Heejin lalu melempar kunci itu.

"Tenang Jin. Kita pasti bisa nemuin cara lain." Ucap Jaemin menenangkan.

"Siapa aja yang masuk kesini selama kalian disekap?" Tanya Hyunjin.

"Gak ada. Dia yang pertama." Jawab Siyeon sambil mengarahkan dagunya pada Nakyung.

Semua menghela nafas. Heejin teringat sesuatu. Dia memegang rantai yang mengikat tangan Jaemin. Kakeknya pernah mengajarkan ini padanya. Menghilangkan waktu dan tekanan pada benda bisa menghancurkan benda itu.

"Lo tahan ya Jaem, kalau seumpama nanti sakit." Tutur Heejin lembut.

Sebenarnya Heejin tidak yakin bisa. Karena sudah lama dia tidak melakukan itu. Kakek melarangnya. Mengingat terakhir kali dia melakukan itu dan hampir menghancurkan seisi rumah.

Heejin memejamkan matanya. Beberapa kali gadis itu menggeram. Dan akhirnya rantai itu hancur. Namun bukan hanya rantai itu, tapi seluruh benda yang tersambung pada rantai itu ikut hancur.

Semua panik kecuali Heejin. Karena Heejin tahu cara menghentikan itu. Dan gadis itu menunggu semua rantai yang mengikat teman-temannya hancur. Setelah sudah, Heejin kembali menjalankan waktu yang sempat terhenti tadi.

Kerusakan berhenti. Nakyung terkejut melihat seberapa beantakannya ruangan itu. Dia menatap sekitar dengan delikan tajam. Segera dia mengambil ponselnya. Tapi sebelum gadis itu menghubungi siapa pun, Siyeon sudah menendang ponsel yang ada di genggaman Nakyung.

Saat Nakyung lengah, Heejin melompat ke arah gadis itu dan langsung menubruknya. Menempatkan kepala Nakyung di antara pahanya dan tangannya menarik tangan Nakyung yang hendak melawannya.

"Kalo gue jahat udah gue hentiin waktu hidup lo." Ucap Heejin.

Nakyung yang semakin kesulitan bernafas karena paha Heejin semakin mengapit kepalanya akhirnya pingsan. Heejin pun bernafas lega dan bangun dari duduknya.

"Sekarang gimana?" Tanya Soobin.

"Kekuatan lo belum balik?" Tanya Jeno balik.

Soobin hanya balas menggeleng. Kini semua mata tertuju pada Siyeon. Dia ketuanya. Semua keputusan ada di tangannya. Siyeon menghela nafas pelan lalu mengucir rambutnya yang sedari tadi teruai. Heejin melongo melihat Siyeon mengucir rambutnya tanpa ikat rambut. Dia akan les privat dengan Siyeon nanti.

"Ini lantai berapa?" Tanya Siyeon.

"Sepuluh." Jawab Hyunjin dan Heejin bersamaan.

"Jin." Panggil Siyeon.

"Jin yang mana nih?" Tanya Heejin.

"Hyunjin. Lo pake kekuatan lo buat ngilangin mereka. Gue bakal pake kekuatan gue buat nyamar jadi dia." Siyeon menunjuk Nakyung.

"Namanya Nakyung." Tutur Hyunjin.

"Kita jalan sekarang. Ayo." Ucap Siyeon.

Semua saling bergandengan kecuali Siyeon. Sambil berjalan keluar, wujud Siyeon berubah menjadi Nakyung. Nyaris sempurna. Tapi bagi orang awam, itu sudah sangat sempurna. Berbeda bagi Siyeon. Masih ada kekurangan. Dia tidak bisa meniru bentuk mata dan sidik jari orang lain.

Siyeon berjalan sesantai mungkin. Diikuti oleh kelima anggotanya yang berbentuk gas. Langkah mereka terhenti saat dua orang berbaju serba hitam menghampiri Siyeon.

"Mereka aman?" Tanya salah satunya.

"Aman terkendali." Jawab Siyeon.

"Bisa anda kembali lagi kesana? Dan berikan formula ini?" Pinta satu orang lagi sambil memberikan sekotak formula dan lima alat suntik.

"Untuk yang namanya Soobin, suntikkan nanti malam. Dia sudah disuntik tadi siang. Efeknya baru akan hilang nanti malam." Jelas orang itu.

Siyeon mengangguk faham.

"Jadi ini hanya untuk menghilangkan sementara? Kenapa tidak dihilangkan selamanya saja?" Tanya Siyeon.

Anggota underline yang lain melotot kaget mendengar itu.

"Anda selalu menanyakan hal yang sama selama dua minggu ini. Jangan banyak tanya. Anda hanya penyihir rendahan, jadi cepat kerjakan tugasmu." Setelah mengucapkan kalimat super menohok itu dua pria plontos itu pergi.

Siyeon dan yang lain jadi sedikit bersedih. Sehina ini kaum mereka dimata para manusia biasa. Sungguh, mereka membenci ini. Siyeon menengok ke belakang. Kosong, tak ada apapun. Tapi gadis itu tetap menunjukan raut sedih dan menatap ke belakang.

Setelah sunyi beberapa saat, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Masih dengan Siyeon yang berwujud Nakyung. Anggota underline yang lain tidak mengerti jalan pikiran Siyeon. Bukankah akan lebih mudah jika Siyeon ikut menghilang?

Siyeon memberi isyarat untuk berhenti menggunakan tangannya. Kini gadis itu menatap satu ruangan dengan label "RUANG PENELITIAN" di depan pintunya.

Siyeon mencoba membuka pintu itu. Tentu saja tidak akan terbuka. Siyeon berdecak kesal.

"Formula itu udah cukup Yeon. Kita balik sekarang." Teguran Jeno membuat Siyeon terjingkat.

Semua setuju dengan penuturan Jeno. Yang terpenting sekarang mereka bisa keluar dari gedung terkutuk ini. Dan kembali menyusun rencana baru juga tujuan baru.




.
.
.
.
.
.

Adakah yang kobam rambut biru Jeno selain aku?

The Memories of PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang