"Hinata-kun saa."
Lelaki yang dipanggil Hinata menundukkan kepalanya dalam. Tidak berani bergerak barang seinchi pun dari hadapan kakak sepupunya Tobio.
Yep.
Dia Tatsuya.
"Haah." helaan napas keluar dari mulut Tatsuya. "kenapa masalah remaja labil seperti kalian bisa kompleks seperti ini, sih?"
"Jadi? Bisa kau jelaskan kenapa diri mu sering menghindari adik ku, akhir-akhir ini?"
Glup!
Hinata meneguk ludahnya kasar.
"A-aku kira hanya aku yang menyukai dirinya. Pernyataan itu muncul saat dia melakukan dare pada ku. Lalu, etto- aku menghindarinya karena ... aku tidak ingin tersakiti oleh perasaan ku sendiri. Atau mungkin, Harapan ku?"
Hinata berkeringat dingin. Dirinya gugup.
"Apa kau tau kalau adik ku juga sebenarnya memiliki perasaan yang sama dengan mu, huh? Kenapa pula kau tidak menyatakan perasaan mu saat adik ku bilang kalau yang waktu itu hanya dare saja?" tanya Tatsuya.
"A-ano, Aku tidak berani." lirih Hinata.
"Kau ini laki-laki atau perempuan? Kenapa nyali mu gampang menciut, sih?" tanya Tatsuya dengan nada datarnya.
"Aku laki-laki." ucap Hinata.
"Kuat kan nyali mu!"
Hinata meremas celana panjangnya.
"M-maaf."
"Jangan minta maaf pada ku."
"..."
Keduanya hening. Tidak ada yang mengangkat pembicaraan lagi.
Ruangan itu, lebih tepatnya, di kamar inap [name] hanya suara tetesan dari selang infus yang terdengar.
"Huuh.." Tatsuya menghela napas, "Hinata-kun saa."
Yang dipanggil langsung menegang. "Ha'i!"
"Kau ini ... Menyukai adik ku atau mencintainya? Ingat, Menyukai dan Mencintai itu berbeda." ucap Tatsuya.
'Beda? Apa bedanya?' batin Hinata.
"Menyukai itu, ibarat menyukai sebuah bunga, kau pasti akan memetik bunga itu, kan? Karena pasti kau bilang, 'aku suka warnanya' atau 'aku suka bentuknya, lucu'. Begitu, kan?"
'Diibaratkan bunga, ya? Tapi memang benar sih.' batin Hinata.
"Lalu? Jika mencintai?" tanya Hinata bingung.
"Jika kau mencintai, diibaratkan lagi sebuah bunga, maka kau akan menjaganya, menyiramnya, merawatnya, menghindarinya dari hama. Apa kau paham?" tanya Tatsuya.
"Y-ya!" jawab Hinata.
"Hal itu juga berlaku pada perasaan manusia. Jika kau mencintai adik ku, akan ku beri kesempatan. Namun, jika kau hanya menyukai adik ku, lebih baik menjauh darinya."
Napas Hinata tercekat.
"Untuk sekarang, pasti kan dulu perasaan mu itu apa. Jika sudah jelas ... Langsung nyatakan saja."
Tatsuya kembali menatap Hinata tajam. "kau itu lelaki, kan?"
Yang ditanya mengangguk kuat.
"Beranikan diri mu! Soal resiko itu belakangan!"
Kepala jingganya mengangguk lagi.
•••
Mulai dari saat itu, Hinata mulai rutin datang menjenguk. Gadisnya sadar saat hari ke-tiga dirinya datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine (Hinata Shoyo x readers)
FanfictionJeruk. Kata pertama yang kutangkap saat melihat kepalanya. Bersinar. Kata kedua yang kutangkap saat melihat tingkah lakunya. Matahari. Kata terakhir yang kutangkap saat dirinya tersenyum pada ku. Story by = Ralibra