eight

671 119 25
                                    

"Hinata, [lastname]-san mencari mu." ujar Sugawara.

Hinata mengangguk pelan, "sebentar. Satu spike lagi! Kumohon!" pinta Hinata.

Sugawara menggeleng. Tanda dia tidak mau memberi toss.

"Selesaikan masalah mu dulu."

Hinata cemberut. Dia menghampiri Kageyama yang sedang meminum airnya.

"Kageyama! Berikan aku satu Toss!!"

Kageyama menatap Hinata. Lalu dia menggeleng, "tidak."

"Ayolah! Hanya satu!"

"Ku bilang tidak! Selesaikan masalah mu dengan [nickname] dulu sana! Baru nanti ku beri ribuan toss!"

Kageyama segera meninggalkan Hinata yang termenung sendirian.

Hinata yang kesal dengan sikap Kageyama dan Sugawara berteriak, "AKU HANYA INGIN SEBUAH TOSS!! APA HUBUNGANNYA DENGAN [NAME]!!"

Terlanjur marah, Hinata menyudahi latihannya.

[name] melihat semunya dibalik pintu. Termasuk kemarahan Hinata tadi. Badannya bergetar takut. Dia sangat takut dengan seseorang yang marah lalu berteriak keras. Hingga tanpa sengaja, air matanya mengalir deras.

Gadis itu menangis tanpa suara.

Hinata berpapasan dengan [name]. Namun, bukannya menyapa dengan senyuman, Hinata malah memberinya tatapan tajam. Lalu pergi.

[name] menyenderkan punggungnya pada pintu besi yang dingin. Kakinya seolah menjadi jelly dan tidak bisa menopang tubuhnya dengan benar.

Hingga dirinya jatuh.

Bruk!

Yachi yang kebetulan dekat dengan pintu,  menolehkan kepalanya. Betapa terkejutnya dia menyadari seseorang sedang menangis sendirian.

"[Name]-san!"

Kageyama yang mendengar nama sepupunya dipanggil langsung menghampiri Yachi yang duduk di tangga pintu gym sambil mengelus pundak [name].

"[n-name]-san. Jangan menangis. Hinata tidak marah pada mu." ucap Yachi.

Kageyama segera menggendong sepupunya ala bridal style.

"Yachi-san, tolong sampaikan pada--"

"Kau mau kemana dengan sepupu mu yang digendong begitu?" tanya Tsukishima yang sebenarnya menyimak sedari tadi.

"Aku harus--"

Tangan [name] mencengkram kuat kaus Kageyama. Lelaki itu langsung panik dan pergi. Mengabaikan dua orang yang menatapnya heran.

Yachi melihat tempat yang tadi di
pijak Kageyama dan tempat yang diduduki [name].

Matanya membulat.

"D-DARAH!"

•••

(n : akan ada keluarga Kageyama yang lain. Jadi aku ketik pakai nama depannya aja ya)

Rumah sakit Sendai. Tempat Tobio dan sepupunya berada. Tobio duduk dibangku umum. Menunggu seseorang yang bertanggung jawab penuh akan [name].

Sudah sekitar empat jam Tobio duduk disana. Sepupunya sudah ada di kamar rawat inap.

Saat Tobio datang dengan [name] yang di mulut dan tangannya ada noda darah, dokter yang menjaga segera membawa gadis itu ke ICU.

Tap

Tap

Tap

Greb!

"Akh!" ringis Tobio.

"B-bagaimana keadaan Adik ku?!" tanya Tatsuya masih dengan nafas yang terengah-engah.

"Dia sudah ditangani dokter." jawab Tobio menahan sakit di bahunya.

Cengkraman Tatsuya bukan main sakitnya ngab.

Maklum.

Kakak yang khawatir sama adiknya.

(Tapi kakak gw kagak, hiks-)

"B-bagaimana bisa penyakitnya kambuh lagi?!"

Kageyama menceritakan semunya kesalah pahaman yang dialami Hinata dan [name].

Setelah Tatsuya mendengarnya, tangannya mengacak kasar surai gelap miliknya.

"Haah, ku kira dia tidak akan mencintai siapa pun. Selain aku, Miwa, dan Tobio." gumam Tatsuya.

"Lalu? Mereka sekarang bagaimana?" tanya Tatsuya sambil mendudukan diri disamping Kageyama.

"[name] dan temannya yang mengajukan dare, masih berusaha berbicara dengan Hinata. Namun, terkadang Hinata yang menghindar."

"Apa Hinata sudah menyatakan perasaannya pada [name]?" tanya Tatsuya.

Tobio menggeleng, "belum."

Tatsuya mengerang frustasi. "untuk apa lelaki itu marah dan kecewa pada adik ku, jika dia saja belum menyatakan perasaannya."

Tobio diam. Dia memikirkan sesuatu yang mengganjal di kepalanya.

Oh!

"Tadi, [nickname] sempat berbisik pada ku. Dia kembali mengingat pertengkaran orang tuanya. Jadi karena itu dia menangis. Tapi, aku tidak mengira kalau penyakitnya akan kambuh lagi." ucap Tobio. Tangannya mengepal kuat.

Tatsuya menatap adik sepupunya. "t-tunggu, berteriak marah? Ada orang yang berteriak marah di depannya?!"

Tobio mengangguk. "si Boge berteriak kesal karena aku bilang untuk menyelesaikan masalah nya dengan [nickname] dulu baru ku beri dia toss. Setter yang satunya lagi juga bilang begitu pada Hinata."

Tatapan Tatsuya menajam, "panggil orang yang bernama Hinata itu kemari."

Tobio agak bergidik dengan tatapan Tatsuya.

Jarinya menscrool handphonenya segera. Menekan sebuah kontak, lalu mendekatkan ke telinga.

••°•••°••

"Hinata boge! Cepat ke rumah sakit Sendai!"

"Haa? Untuk apa aku kesana?"

"[nickname] masuk rumah sakit."

"... HAAA?!"

"jangan berteriak!"

"Halah! Kau juga berteriak!"

"Aku akan kesana!"

••°••°••

Hinata menatap horror handphonenya.

Tangannya bergetar. Lalu bergerak mengacak surainya kasar.

"S-salah ku. Semuanya salah ku. Harusnya, saat dia bilang itu hanya dare, aku menyatakannya saja!"

Hinata segera menyambar jaketnya. Berjalan keluar dengan memapah sepedanya.

Ibu Hinata yang kebetulan melihat putranya buru-buru segera bertanya, "Shoyo, kamu mau ke mana?"

"Teman ku masuk rumah sakit. Aku harus menjenguknya sekarang." jawab Hinata lalu menunggangi sepedanya dan pergi.



🌤🌤🌤

Aghu gak bikin Omake dulu ya guys
Mon mahap 👁👄👁




Ralibra05

My Sunshine (Hinata Shoyo x readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang