28. Mulan dan Vania

3 0 0
                                    

Mulan baru saja mengerjakan tugas sebagai mahasiswa pertukaran pelajar. Agak berat ternyata. Selain dia harus mengejar pendidikan di perguruan tinggi lain, dia juga harus tetap belajar di kampusnya. Sebenarnya akan mudah jika dia tidak sepusing ini dengan mata kuliah yang berbeda jauh.

Setelah merebahkan diri di kosan, Mulan memilih menengok pada ponsel. Membukanya sekilas-sekilas. Tumben sekali Vania heboh. Tidak, biasanya gadis itu memang heboh, tetapi tidak sampai mengirim stiker beruntun. Vania harus menghentikan grup keluarga ini, atau ponselnya akan ngadat karena kelakuan sahabatnya yang satu itu.

Mulan : Van lo baik-baik aja? Ada apa?

Vania : Theo jahat, Lan. Dih, dia gak mau nongol. Gak mau masuk kelas. Gak mau  apa-apa pokoknya. Masa dia ngajak gue bolos ke bengkel buat nyelesain robot?

Mulan agak menggelengkan kepala. Kelakuan Theo memang seenaknya, tatpi biasanya laki-laki itu akan pergi dari matkul apabila disuruh guru. Jika Vania ikut, maka Theo membuat gadis itu jadi pembantunya. Mencari-cari komponen untuk dipasang. Pantas saja emotikonnya menangis.

Vania : BTW, Lan. Gue sedih.

Mulan : Sedih kenapa, Van? Lo gak kebagian baso di kantin?

Vania mengirimkan stiker yang bertuliskan no. Pertanda tidak atas pernyataan Mulan. Hal itu membuat sang gadis berambut pendek pun bertanya-tanya. Sepertinya banyak yang dia lewatkan di kampus ini.

Vania : Orang yang gue suka udah jadi milik orang.

Mulan bungkam. Bukannya apa-apa. Dia tahu siapa yang Vania suka. Dia lebih terkejut dengan kata 'milik orang'. Setahunya, Theo sama sekali tidak berniat untuk pacaran. Lantas mengapa gadis itu berkata seperti ini?

Apa Theo menyembunyikan sesuatu darinya?

Anna : I'm Chasing on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang