14. Keputusanku itu bulat

3 0 0
                                    

"Lo seriusan Anna? Lo bakal milih jurusan Mekatronika?" ucap sepupunya dengan nada tinggi yang mengganggu telinga.

Sejujurnya Anna sudah akan pergi dari rumah sepupunya, sederhana saja ... tidak ada Santanu di sana. Katanya laki-laki itu sedang belajar bela diri di perguruan dan Daffa sama sekali tidak tahu tempatnya. Jadilah Anna tidak bisa bertemu dengan Santanu atau bahkan menyusulnya.

Lalu pertanyaan jurusan mana yang ingin Anna pilih di Dreamland Univesity pun keluar. Ibunya menyuruh dia masuk jurusan manajemen bisnis atau sastra saja, tetapi dia enggan memilih keduanya. Oke, dia memang suka menulis puisi dulu, tetapi dia merasa lebih tertantang dengan mekatronika. Pemprograman, pneumatik dan lainnya. Itu terlihat sangat mengesankan.

"Iya Kak. Aku udah mutusin bulet-bulet kalau aku bakal masuk ke jurusan Mekatronika, emang kenapa?" tanya Anna pada kakak sepupunya.

Daffa terlihat bingung. Tidak tahu harus mengatakan apa. Perempuan yang mengincar teknik itu jarang. Sangat jarang. Bahkan harus diabadikan kalau gadis itu ada di jurusan teknik. Seperti di kampusnya, hanya beberapa bahkan tidak sampai belasan yang masuk ke jurusan Mekatronika. Biasanya perempuan di teknik hanya akan memilih teknik lain yang tidak berat.

Mekatronika tidak hanya tentang program dan pneumatik yang dijelaskan oleh Anna. Bahkan dia tahu kalau sepupunya itu jarang melakukan kontak dengan listrik, terkecuali jia urusannya dengan mengisi daya pada alat komunikasi dan laptop. Selebihnnya tidak. Kadang gadis itu masih takut dan menghindari listrik seperti menghindari minyak panas.

Daffa mengembuskan napasnya. Ada satu lagi masalah. Sepupunya ini pasti tidak akan disetujui masuk mekatronika oleh ibunya. "Gue rasa itu gak cocok sama lo, Anna. Lo itu bukan orang yang mau berurusan sama listrik. Gimana kalau nanti ada tugas di mana lo harus masangin kabel? Dan gimana kalau lo salah nyambungin dan terjadi kebakaran?"

"Aduh Kak. Masa sih segitunya? Lagian kan aku gak mungkin nyambungin kabel yang salah. Pasti ada tandanya kayak di ilmu fisika. Itu loh tanda positif sama negatif," elak Anna.

"Terus gimana kalau lo di suruh bawa alat-alat yang berat? Bawa buku ke sekolah yang berat-berat aja lo gak mau," balas Daffa menyindir.

Anna mendengkus. "Yang kayak gitu kan bisa aku lakuin kalau terbiasa. Dan kebiasaan itu bisa dimulai dari sekarang. Emang seberat apa sih barangnya?"

Daffa menopang dagu. Mencari alasan yang tepat agar sepupunya berubah pikiran. Seberat apa? Dia melihat ke sekelilingnya dan mengingat CPU serta monitor yang ada di kamarnya.

"Ah, yang paling ringan itu seperti CPU dan monitor gue. Gimana, lo sanggup?" balas Daffa.

Tidak lama, Anna segera mengangkat telepon. "Pak Harry, tolong beliin CPU sama monitor kayak di rumah Kak Daffa, jangan ketahu—"

Sebelum semuanya semakin rumit, Daffa segera mengambil paksa ponsel itu dan menyatakan pada Pak Harry, supir pribadi sepupunya untuk tidak membeli apa pun. Dia lalu memandangi sepupunya itu dengan ganas. Stress lama-lama dia.

"Anna, gue tahu lo bucin sama Santanu, tapi, kenapa lo harus ngikutin dia sampai ke jurusan mekatronika?"

"Apa sih, Kak," elak Anna. Dia memang bucin tetapi soal masa depan dia tidak sepenuhnya karena Santanu. Memang laki-laki itu memiliki peranan. Namun, namun ...

"Gue Cuma takut lo gak dapetin Santanu. Dia itu susah dideketin bahkan gak deket sama cewek. Tiap kali gue ajak buat dikenalin, dia selalu nolak. Lo paham kan, kenapa gue gak mau lo deket sama dia?" tanya Daffa padanya.

Anna menggeleng. "Itu karena Kak Tanu belum nemu cewek yang pas. Dan sebelum gue ditikung, gue yang bakal nyatain perasaan gue sama dia!" 

Anna : I'm Chasing on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang