Chapter 04 | Harapan

170 36 18
                                    

Mulmed: Bagaimana kalau aku tidak baik-baik saja - Judika 🎧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mulmed: Bagaimana kalau aku tidak baik-baik saja - Judika 🎧

Vote-nya jangan lupa ya, anggap aja ibadah 😛

Yuk, komen di setiap paragraf, biar ramee.

Atau komen pake stiker aja, kalau cape ngetik😭

Sebelum lanjut, follow dulu akun wp author cndyllia dan feffiamlp

Ig:
Cndylliastory
Feffiamlp

******

Orang bilang harapan hanyalah angan kosong yang akan membuat dirimu sakit, tapi bagiku harapan adalah segalanya, karena harapan kecil yang aku miliki adalah alasanku bertahan hidup.

-KAMERY ARAZIFA

Air mata telah menggenangi mata Ara, tapi Ara menahan segenap jiwa raga agar air matanya tak turun membasahi pipinya. Keadaannya sedang tak baik-baik saja. Namun melepaskan air matanya sekarang pun bukan solusi terbaik.

"Ra, lo kenapa, sih? Sakit?" Gina tak henti-hentinya menanyakan keadaan Ara.

"Gak apa-apa kok Kak," jawab gadis beraura murung itu. Jawabannya selalu sama setiap kali ditanya. Padahal ia sedang tidak baik-baik saja, pikirannya sedang kusut, hatinya amburadul, batinnya menjerit pilu, tapi ia tak mungkin membeberkan aibnya sendiri kepada orang lain.

Ara bahkan telah mengklaim dirinya sendiri hina, penuh dosa, dan manusia lemah yang tak bisa menjaga dirinya sendiri.

Ara menyederkan kepalanya ke sandaran kursi mobil Gazza. Ia memejamkan mata dengan kedua telapak tangan menutupi muka. Air matanya lolos turun, tapi ia cukup memastikan tak ada satu pun yang melihat cairan bening itu mengalir di pipinya.

Masalah yang menghadangnya kian pelik, mengaku kalah kepada keadaan juga bukan solusi yang baik, tapi jiwa dan raganya sudah meronta-ronta meminta lepas pada seluruh masalahnya.

******

Kini Ara tengah menelungkupkan mukanya di atas bantal. Gadis itu menyendiri di kontrakan sempitnya. Setelah Gazza menurunkannya di depan gang, gadis itu langsung berlari menuju kontrakannya. Bahkan tadi dua kali ia hampir terjatuh karena tersandung batu. Derai air mata Ara bercecer di permukaan sarung bantal, membentuk pulau air mata bahkan ingusnya pun ikut berceceran di sana.

"Arrghhhh!" jerit Ara frustasi. Ia berteriak sekeras mungkin, namun tak terdengar keras karena teriakannya tertahan dengan bantal. "Kenapa sih harus ketemu lagi dengan lelaki brengsek itu?! cowok kejam kayak dia! Harusnya mendekam di penjara!" makinya kepada diri sendiri.

Di Balik Layar [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang