Chapter 09 | Bos Baik Hati

133 24 15
                                    

Sebelum baca alangkah baiknya follow dulu akun author

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca alangkah baiknya follow dulu akun author. Tanda menghargai author yang telah meluangkan waktunya untuk membuat cerita ini. Klik cndyllia feffiamlp

Vote + komen ya, cntik/gnteng.

Happy reading 💙

******

Flashback ke beberapa saat yang lalu...

Ara terjerembab di lantai. Menahan sakit di tubuhnya dengan mata terus berair sejak tadi.

"Gue muak sama lo!" kata Affan penuh emosi. Ia menatap Ara jijik.

Perih di tubuh Ara semakin terasa dan ia tak sanggup berkata-kata.

Affan mencengkram dagu Ara. Sampai Ara merasa dagunya sangat sakit. "Jangan sampai lo ngaku ke Gazza atau siapapun kalau gue udah bikin lo babak belur kayak gini! Berani ngadu, gue gak akan segan-segan menyiksa lo lebih parah lagi!!"

"Jadi, lebih baik lo tutup mulut, biar dunia lo aman. Kalau bisa lo ngarang aja kalau Gazza sama Gina nanyain lo!"

Ara meringis dan tambah terisak. Pukulan dan tamparan yang dilayangkan Affan memberikan rasa sakit yang luar biasa. Perkataan keji lelaki itu pun semakin membuatnya tak berdaya.

*****

Pada dunia yang diagung-agungkan, banyak masa sebagai surga.

Tapi mengapa teruntuk Ara seperti neraka?

-DI BALIK LAYAR

*****

"Kita ke rumah sakit sekarang!" ujar Gazza panik dengan keadaan Ara.

"G-gak p-perlu Bang," sergah Ara dengan suara tertatih.

"Ini parah banget loh Ra, walaupun udah dikasih salep tapi alerginya nggak hilang, Ra! Nggak bisa didiemin aja." Tanpa sadar lelaki itu menjadi emosi.

Nyali Ara ciut. "B-bentar lagi baikan kok Bang," jawabnya lirih. Ia tak berani menatap Gazza maupun Gina, takut dicurigai.

Gina yang sedari tadi memeluk Ara, merasakan sesuatu yang tidak beres. Ia curiga jika Ara tidak alergi. Ia membisikkan sesuatu pada Ara. "Lo beneran alergi? Kok bisa separah ini?" tanyanya ragu.

Ara mengangguk dengan satu tetes air mata yang jatuh ke pipinya.

Gina melepaskan pelukannya. "Gimana kalau bawa Ara pulang aja, Bang?" usulnya.

"Nggak! Bawa Ara ke rumah sakit dulu, baru pulang!" Gazza keras kepala. Lelaki itu pun tidak tahu mengapa ia bisa sekhawatir ini dengan Ara.

Badan Ara semakin gemetar, takut jika ia benar-benar dibawa untuk memperiksakan keadaannya di pelayanan kesehatan. "Tadi udah diobatin sama Affan kok Bang," katanya dengan dada sesak, sakit hati. Sebenarnya ia tak sudi menyebut nama laki-laki brengsek itu.

Di Balik Layar [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang