97L

501 81 11
                                    

.
.
.

Jia pulang dengan langkah gontai. Sungguh semangat nya berkurang setelah ia memberitahukan kepada Rose perihal Juan.

Jujur Jia tak ingin menyakiti Juan dengan pengakuan nya, tapi Jia harus lakukan itu. Dirinya tak tega melihat binar Juan yang meredup. Apalagi setelah kelas tadi Juan bahkan tak menyapa nya, jangankan menyapa melirik saja mungkin Juan sudah tidak Sudi.

Andai saja Jia tak terikat janji, mungkin keadaan nya sekarang tidak seperti ini. Tapi apalah daya Jia hanya manusia biasa, Jia juga punya kewajiban yang harus ia lakukan. Dan kewajiban itu mengharuskan Jia melepas Juan.

Jia membuka pintu rumahnya dengan pelan. Tak ingin penghuni rumah yang lain mendengar nya. Apalagi ini sudah tengah malam, dimana Jia sudah sangat amat telat pulang.

Jia melangkah pelan ke arah tangga yang menghubungkan dengan kamarnya. Tapi baru saja menginjak tangga pertama suara sang papa nya menginterupsi.

" Masih berani pulang Jia Kalista?! " Suara yang berat menggelegar di tengah keheningan

Kali ini Jia mengaku salah, ia hanya menunduk tanpa perlawanan.

" Jawab! " Bentak sang papa

Jia mendongak " maaf " ujarnya

Papa Kris menghampiri putri semata wayangnya dengan tergesa-gesa.

" Ini jam berapa Jia?! Habis kemana kamu jam segini baru pulang?! Kamu itu perempuan apa kata orang nanti, kalau anak perempuan pulang tengah malam?! " Ujar papa Kris tepat di hadapan putri nya

" Ya udah gak usah dengerin kata orang, toh itu gak bener " balas Jia sengit

Papa Kris menggeram marah " kamu ngerti gak sih maksud papa apa?! Stop bikin papa malu! " Bentak nya

Jia terkekeh " oh, papa malu punya anak kayak Jia? Bagus deh, Jia juga malu punya papa kayak papa " congkak nya

" Dasar anak gak punya etika! " Seketika emosi Kris naik setelah mendengar pengakuan anak nya

Jia memejamkan matanya menahan ledakan emosi yang sedari tadi di tahan nya. " Gak usah papa mempertanyakan etika Jia! Emang nya papa pernah ngajarin Jia yang namanya etika? Jadi gak usah kaget kalau anaknya ini kayak gini, gak punya etika " balas nya lalu pergi meninggalkan sang papa yang terdiam

Wendy yang sedari tadi melihat pertengkaran antara ayah dan anak itu akhirnya menghampiri sang suami.

" Mas udah ya " ujar Wendy sambil mengusap lengan suaminya itu

" Tapi Jia kurang ajar! " Bentak Kris

" Udah mas lebih baik ke kamar, tenangin diri mas biar aku yang bicara sama Jia " titah Wendy

" Anak itu gak nurut sama aku, apalagi sama kamu Wendy " Kris kurang setuju dengan saran sang istri

" Mas gak usah khawatir, aku bisa kok serahin semua nya untuk kali ini sama aku ya " balas Wendy

Kris mengusap wajahnya kasar " ya udah, mas minta tolong ya " ujarnya sambil meninggalkan sang istri

.
.
.

Wendy mengetuk pintu kamar putri nya dengan pelan.

" Jia sayang mama masuk ya " izin Wendy, tak ada balasan karena itu Wendy mengambil inisiatif untuk langsung masuk saja

Wendy mendekati Jia yang berbaring di atas kasur. Wendy tau jika putri nya itu tengah menangis.

" Jia " panggil Wendy, nada panggilan nya tenang sangat lembut seperti yang pernah Jia dengar persis seperti Mama nya saat membangunkan dirinya

Together 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang