░⃟⃜💚 25 ░⃟⃜💚

2.6K 265 18
                                    

Makin gaje ya? Soalnya yang komen makin sedikit.
*❀---❀---❀---❀---❀*
┃ ┃ ┃ ┃ ┃
┋ ┋ ┋ ┋ ┋
│ │ │ │ ★
┆ ┆ ┆ ┆
┆ ┆ ┆ ┆
┆ ┆ ★ ✰
┆ ✰




Sejak kejadian Hyera bertengkar dengan orang tuanya, gadis itu menjadi lebih tertutup dengan keluarganya. Ia tidak mau berbicara barang sedetik pun dengan ayah maupun bunda. Sebisa mungkin Hyera akan menghindari orang tuanya. Jika sebelumnya Hyera biasa makan malam dengan keluarganya, kali ini ia lebih memilih mengurung diri di kamar dan akan keluar jika orang tuanya sudah tidur.

Ayah yang menyadari anak bungsunya semakin menjauh dari keluarga pastinya sangat sedih, namun ia bingung harus memulai darimana. Setiap ayah ingin berbicara, Hyera akan menjauh darinya. Seolah-olah sedang membuat dinding perbatasan antara dirinya dengan keluarga. Ayah menyesal karena telah mengecewakan putri satu-satunya.






▬▭▬▭ ፝֯֟ ✧◦✦◦✧ ፝֯֟ ▭▬▭▬





Jeno keluar dari kamar Jaemin lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Jeno lebih memilih tidur di kamar Jaemin daripada kamar tamu karena kamar sepupunya lebih nyaman. Setelah melepas dahaga, Jeno berniat kembali ke kamar Jaemin dan kembali mengerjakan tugas. Ya walaupun Jeno sedang libur, tugas kuliah tetap mengikutinya. Untung saja tugasnya hanya sedikit jadi Jeno masih bisa bersantai.

Disaat Jeno melewati ruang keluarga, Langkah kakinya terhenti ketika melihat ayah yang sedang duduk di sofa sambil memijit pelipis. Sebagai keponakan yang baik, Jeno berinisiatif untuk mendekati ayah. Bisa Jeno liat raut wajah ayah sangat lelah seperti banyak pikiran.

"Om." Ayah menoleh menatap keponakannya.

"Eh, Jen. Ada apa?"

"Om banyak masalah, ya?" Ayah tersenyum.

"Enggak, kok."

"Bohong, keliatan banget muka om kayak banyak masalah gitu. Papah sama om emang sama-sama gak jago nyembunyiin masalah." Ayah menghela nafas berat.

"Keliatan banget, ya?" Lirih ayah.

"Om boleh kok cerita sama Jeno. Tapi kalau om gak mau juga gapapa." Melihat ayah hanya diam, Jeno kembali berbicara.

"Yaudah gapapa, Jeno gak—"

"Ini tentang Rara." Akhirnya ayah membuka suara.

"Rara kenapa?" Ayah menceritakan secara detail kejadian dimana ia mengingkari janjinya untuk datang ke acara sekolah anaknya. Sesekali Jeno mengangguk saat mendengar cerita ayah.

"Harusnya om bisa nepatin janji buat datang ke sekolah Rara. Om juga baru inget kalau Rara gak suka ingkar janji."

"Om ngerasa gagal jadi orang tua." Jeno bisa melihat ayah menitikkan air mata, namun ayah langsung mengusapnya secara kasar.

"Jangan mikir kayak gitu. Anggap aja ini sebuah pembelajaran agar kedepannya om bisa menjadi orang tua yang lebih baik lagi, yang adil dalam membagi waktu untuk anak-anak om, yang bisa menjadi tempat bersandar keluarga, dan bisa menjadi penengah saat ada pertikaian di keluarga."

"Disini Jeno gak bisa mihak siapapun. Jeno tau om sama tante panik saat itu. Jeno juga tau perasaan Rara saat orang tuanya gak datang hari itu. Kecewa, karena orang tuanya ingkar janji. Kata maaf juga belum tentu bisa rubah segalanya. Jeno juga yakin Rara pasti pingin banget nunjukin bakatnya didepan keluarganya."

"Menurut Jeno Rara hanya butuh penjelasan. Jadi saran Jeno, om jelasin semuanya ke Rara, alasan kenapa om gak bisa datang. Lambat laun Rara pasti ngerti, kok."

[✓] My Brother | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang