Menyesal

7 2 0
                                    

Gesya duduk bersebrangan dengan Nayra, dirinya sedang sibuk menyantap makanannya di kantin. Namun Nayra sedari tadi hanya memandangi ponselnya, diam-diam ia melihat foto Argio yang kala itu pernah berselfi di ponselnya. Nayra begitu merindukan sosok yang selama ini selalu membuatnya tersenyum.

"Liat apaan sih" Sergah Gesya pada Nayra.

Tap

Nayra sudah mematikan handphone-nya lebih dulu sebelum Gesya merebut paksa handphone miliknya. Gesya mencoba mengaktifkan handphone milik sahabatnya, namun malah terpampang jelas password yang tidak ia ketahui.

Nayra menjulurkan lidahnya, membuat Gesya mendengus kesal. Sementara Afan yang duduk disamping Gesya hanya memandangi Nayra dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Ia menelusuri setiap lekuk wajah sahabatnya yang ada dihadapannya.

"Nanti kerumah Gio yuk" Ajak Nayra sembari merebut kembali handphonenya.

"Ogah" Tolak Gesya dengan cepat.

"Yaudah aku sama Afan aja"

"Bodoamat"

Nayra mendengus, sepertinya Gesya masih saja menyimpan dendam pribadi pada Argio. Padahal dirinya tahu kalau Argio sudah memutuskan Via.

"Gio ngga dirumah" Ujar Afan, sudah berhari-hari ia membohongi sahabatnya dengan berkata bahwa ia tidak mengetahui keberadaan Argio. Padahal Argio sejak kemarin selalu bersama Afan.

Nayra mengernyit heran, "terus?"

"Sebenarnya, selama ini Gio ada di---"

"CEK CEK. PENGUMUMAN!"

Ucapan Afan seketika terhenti saat suara keras yang berasal dari toa menggema di seluruh penjuru sekolah.

"KEPADA SELURUH SISWA DIMOHON UNTUK MENDENGARKAN. PENGUMUMAN BERITA DUKA. BERITA DUKA INI BERASAL DARI SALAH SATU KELUARGA SISWA DI SEKOLAH KITA. YAITU ARGIO MAHESA, KELAS XII IPS"

Suara ribut para siswa-siswi bergemuruh. Penasaran dengan apa yang terjadi dengan salah satu siswa yang cukup terkenal di sekolah ini.

Nayra yang tadinya berdiri, terduduk tiba-tiba. Kakinya begitu lemas saat mendengar nama Argio Mahesa. Terutama Afan, tadi pagi Argio masih dirumahnya namun sekarang terdengar kabar buruk yang membuat wajahnya yang tadinya datar kini berubah menjadi wajah cemas. Gesya memejamkan matanya rapat-rapat, berharap semoga hal buruk itu tidak menimpa sahabatnya.

"INNALILAHI. TELAH MENINGGAL DUNIA, AYAH DARI ARGIO. KEPADA PARA GURU DAN SISWA YANG MASIH MEMILIKI HUBUNGAN DENGAN KELUARGA TERSEBUT, DIPERSILAHKAN UNTUK MELAYAT"

"MOHON PERHATIAN" seru laki-laki yang mengenakan almamater OSIS.

"Buat temen-temen yang ada disini, kalau kalian memiliki hubungan saudara dengan Argio dipersilahkan buat melayat" Ujar laki-laki yang memakai almamater bername tag Zulfa Kaldarel sang ketua OSIS yang berdiri di atas kursi.

"Tapi kalau temen-temen nggak ada kepentingan tetap di sekolah aja dan cukup berdoa. Jangan jadiin berita duka ini buat alasan kalian bisa bolos" Perhatian siswa-siswi teralihkan pada laki-laki yang saat ini berbicara, Elang Kaldarel sang wakil ketua OSIS sekaligus adik dari Zulfa.

Suara ribut para siswa-siswi semakin menjadi-jadi. Mereka semua berlalu lalang mencari tumpangan untuk diajak pergi ke rumah Argio. Sementara semua guru telah bersiap-siap untuk melayat, menyisakan beberapa guru untuk mengatur siswa yang masih tinggal di sekolah.

Nayra, Afan, dan Gesya? Mereka sudah berlari menuju rumah Argio bahkan saat guru belum menyelesaikan pengumumannya.

Ketiganya telah sampai di rumah duka, bendera kuninglah yang pertama kali menyambut. Ramai namun sunyi, itulah keadaan yang bisa menggambarkan rumah Argio saat ini. Orang-orang berbaju hitam mondar-mandir diluar rumahnya, merapihkan beberapa kursi yang berserakan.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang