Tanpa dia

17 2 0
                                    

'06:30'
Nayra melihat jam yang ada ditangannya. Matanya sedari tadi mengedarkan pandangan mencari sosok yang ditunggu-tunggu. Nayra berdiri tepat didepan rumahnya, sudah siap dengan seragam sekolahnya yang rapi. Menunggu kehadiran Afan dan Argio, tidak menunggu Gesya-sudah berangkat ke sekolah sebelum Nayra siap.

Semenjak bertengkar dengan Argio, Gesya selalu pergi sekolah lebih awal. Alasannya hanya karena ia tidak mau bertemu Argio lagi, meskipun Gesya sedikit rindu dengan sahabat teranehnya.

Afan mempercepat langkahnya saat melihat Nayra sudah menunggu dengan gelisah. Nayra menoleh, mendapati Afan hanya berjalan sendirian.

"Gio mana?" Tanya Nayra

Afan hanya menggelengkan kepalanya. Lalu meraih tangan Nayra dan bergegas menuju sekolah.

Diperjalanan Nayra tak henti-hentinya menanyakan keberadaan Argio, sementara Afan hanya menggeleng dan selalu menggeleng. Nayra pasrah, yasudah jika memang Gio tidak sekolah. 'Mungkin sakit' pikir Nayra.

Keduanya telah sampai di halaman sekolah. Sekolah telah terisi ramai oleh murid-murid dan beberapa guru. Saat Afan dan Nayra berjalan menuju kelasnya masing-masing, Gesya tak sengaja melirik kearah Nayra dan Afan. Gesya menautkan alisnya, heran ketika melihat mereka tidak bersama Argio. Lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat, Argio sudah bukan urusannya lagi, pikir Gesya.

Jam pelajaran telah berlalu, bel istirahat menggema di seluruh sudut kelas. Dan sampai saat itu juga Argio tidak nampak di sekolah.

Afan, Nayra dan Gesya sudah duduk manis di kantin dengan menyantap makanan yang ia pesan. Gesya mau gabung dengan Nayra dan Afan karena mengetahui tidak ada Argio bersama keduanya.

Nayra sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanan dihadapannya, tatapannya kosong. Gesya menghela nafas, dirinya tahu Nayra sedang memikirkan Argio.

"Udahlah Nay, nggak penting banget sih mikirin dia. Dia nggak sekolah sehari aja lo udah nggak semangat gitu. Lebay" omel Gesya pada Nayra.

"Ya rasanya aneh aja, Ge. Tumben aja ngga sekolah tanpa kabar gitu" Ujar Nayra dengan mata yang menatap ke handphone yang digenggamnya, berharap Argio membalas pesannya.

"Lo udah paham kan gimana dia? Bolos tuh udah jadi rutinitas" lanjut Gesya. Gesya selalu menyebut Argio dengan kata dia.

Nayra berusaha menelpon Argio berkali-kali, namun tetap saja tidak ada jawaban. Ia pun sudah mengirim pesan bahkan spam, tapi sama sekali tidak dibaca oleh Argio.

"Dih, udah sih, Nay. Lo itu buang-buang pulsa aja. Nanti juga kalo udah waras lagi pasti masuk sekolah dia."

Nayra mengangguk. Gesya benar, Argio memang sudah sering bolos jadi tidak perlu khawatir yang berlebihan. Ia lalu melanjutkan makannya sebelum jam istirahat habis.

Sementara Afan sedari tadi hanya diam.

🌬️🌬️🌬️


Saat pulang pun sama, Nayra seketika menjelma menjadi Afan yang tidak banyak omong. Ia mengakui, tanpa Argio semuanya terasa sepi. Lain halnya dengan Gesya, gadis ini biasa-biasa saja meski tanpa sosok Argio. Mungkin sampai sekarang ia masih marah dengan Argio, meskipun Gesya tahu jika Gio dan Via sudah putus sejak kemarin.

Setelah sampai di depan rumah Nayra, Nayra tak berkata apapun pada Gesya dan Afan, dirinya langsung masuk ke rumahnya.

"Assalamualaikum" Nayra mengucapkan salam.

"Waalaikumussalam" Jawab Alisa dari dalam rumah dan membukakan pintu.

Dilihatnya Nayra yang sama sekali tidak bersemangat seperti biasanya. Alisa menghampiri putri semata wayangnya yang duduk di sofa. Nayra menyandarkan punggungnya di sofa seraya memejamkan matanya.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang